Oleh: Dr. Misno, MEI
Wakalah atau wikalah merupakan ism masdar yang secara etimologis
bermakna taukil, yaitu menyerahkan, mewakilkan, dan menjaga (Mardani, 2015)
Secara terminologi wakalah adalah pelimpahan oleh seseorang sebagai
pihak pertama kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang
diwakilkan dalam hal ini pihak kedua hanya melakukan sesuatu sebatas kuasa atau
wewenang yang diberikan olah pihak pertama, namun apabila kuasa itu telah
dilaksanakan sesuai yang disyaratkan, perintah tersebut sepenuhnya menjadi
milik pihak pertama atau pemberi kuasa.
Konsep terjadinya akad wakalah
bil-ujrah antara lain akad wakalah dengan akad ijarah yaitu, dimana perpaduan
akad wakalah tersebut nasabah sebagai pihak pembeli yang akan membeli suatu
produk yang ditawarkan oleh bank, meminta bank untuk mewakilkan membelikan
produk yang dibeli oleh nasabah tersebut dan setelah proses akad wakalah
tersebut terlaksana bank sebagai pihak yang menjual meminta suatu imbalan atau
disebut juga fee ataupun ujrah kepada pihak nasabah sebagai pihak yang
diwakilkan bank, yang ketentan akad wakalah ini disebut dengan akad wakalah bil
ujrah. Hal ini sesuai dengan Fatwa DSN MUI Nomor: 34/DSN-MUI/XI/2002. Wakalah
bil ujrah adalah ketika nasabah memberikan kuasa kepada bank dengan imbalan
pemberian ujrah atau fee.
Dasar Hukum adalah firman Allah
surat al-Nisa' 4: 9:
وَلۡيَخۡشَ
ٱلَّذِينَ لَوۡ تَرَكُواْ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةٗ ضِعَٰفًا خَافُواْ
عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡيَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدًا
Artinya:
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak- anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Demikian pula firman Allah surat
al-Hasyr [59]: 18:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ
لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ
Artinya:
"Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan
bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Demikian pula firman Allah surat
al-Taubah 9: 60:
۞إِنَّمَا ٱلصَّدَقَٰتُ لِلۡفُقَرَآءِ
وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱلۡعَٰمِلِينَ عَلَيۡهَا وَٱلۡمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمۡ وَفِي
ٱلرِّقَابِ وَٱلۡغَٰرِمِينَ وَفِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِۖ فَرِيضَةٗ
مِّنَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٞ
Artinya:
"Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Hadits riwayat Bukhari:
حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ بْنِ حَرْبٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ سَمِعْتُ
اَبَا سَلَمَةَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
اَنَّ رَجُلاً اَتَى النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَتَقَاضَاهُ فَاَغْلَظَ
فَهَمَّ بِهِ اَصْحَابُهُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
دَعُوْهُ فَاِنَّ لِصَاحِبِ الْحَقِّ مَقَالًا ثُمَّ قَالَ اَعْطُوْهُسِنَّا مِثْلَ
سِنِّهِ قَالُوْا يَارَسُوْلُ اللهِ اِلاَّ اَمْثَلَ مِنْ سِنِّهِ فَقَالَ اَعْطُوْهُ
فَاِنَّ مِنْ خَيْرِكُمْ اَحْسَنَكُمْ قَضَاءً.
"Telah
menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami
Syu'bah dari Salamah bin Kuhail aku mendengar Abu Salamah bin 'Abdurrahman dari
Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Ada seorang laki-laki yang datang
menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk menagih apa yang dijanjikan
kepadanya. Maka para sahabat marah kepadanya. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Biarkanlah dia karena bagi orang yang benar ucapannya
wajib dipenuhi". Kemudian Beliau berkata: "Berikanlah untuknya seekor
anak unta". Mereka berkata: "Wahai Rasulullah, tidak ada kecuali yang
umurnya lebih tua". Maka Beliau bersabda: "Berikanlah kepadanya, karena
sesungguhnya yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik menunaikan
janji".(HR. Al Bukhari dari Abu Huraira No.2306) (Al-Bukhari)
Demikian pula hadits "Ali bin
Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syabib menceritakan kepada kami, ia berkata: saya
mendengar penduduk bercerita tentang 'Urwah, bahwa Nabi s.a.w. memberikan uang
satu dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau; lalu dengan
uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan
harga satu dinar. Ia pulang membawa satu dinar dan satu ekor kambing. Nabi
s.a.w. mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya 'Urwah
membeli tanah pun, ia pasti beruntung." Hadits ini menjelaskan pemberian
upah kepada Urwah karena telah mewakilkan Nabi untuk memberi seekor kambing.
Kegiatan di atas disebut akad wakalah bil ujrah.
Dasar hukum dari Kaidah Fiqih:
الأصل
فى المعاملة الإباحة إلا أن يدل دليل على تحريمها
“Segala bentuk muamalah pada dasarnya adalah mubah (boleh) kecuali
ada dalil yang mengharamkannya”
Rukun dan Syarat akad ini ada empat
rukun dari akad wakalah bil ujrah antara lain adalah:
1.
Wakil
(orang yang mendapat kuasa)
2.
Muwakkil (pemberi kuasa)
3.
Muwakkal
fih (objek yang diwakilkan)
4.
Shigat
(lafal serah terima).
Adapun syarat ketentuan dari akad wakalah
bil ujrah adalah:
a.
Pernyataan
ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak
mereka dalam mengadakan kontrak (akad).
b.
Wakalah
dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak.
c.
Wakil
adalah orang yang cakap hukum, dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan
kepadanya, dan wakil adalah orang yang diberi amanat.
d.
Muwakkil
adalah Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan. Orang
mukallaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas tertentu, yakni dalam hal-hal
yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk menerima hibah, menerima
sedekah dan sebagainya.
e.
Objek
atau suatu yang diwakilka harus diketahui dengan jelas, tidak bertentangan
dengan syari’ah Islam (Fatwa DSN No. 10/DSN-MUI/XI/2008 tentang Wakalah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...