Jumat, 10 Juni 2022

Dosa Suami berdampak pada Perilaku Istri?

Dr. Abd Misno, MEI

 


Salah satu atsar (ucapan, tindakan dan sifat para shahabat tabi’in, tabi’ut tabi’in dan ulama masa lalu yang sholeh) dari salaf ash-sholeh (para pendahulu umat Islam yang sholeh dari kalangan sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan ulama masa lalu yang sholeh) yang selalu mengiang di telinga adalah ucapan dari mereka:

إن عصيت الله رأيت ذلك في خلق زوجتي و أهلي و دابتي

Sungguh, ketika bermaksiat kepada Allah, aku mengetahui dampak buruknya ada pada perilaku istriku, keluargaku dan hewan tungganganku.

Pada riwayat lainnya, disebutkan dari Fudhail bin Iyadh, beliau berkata:

إني لأعصي الله فأعرف ذلك من خلق حماري وخادمي.

Sesungguhnya ketika aku bermaksiat kepada Allah Ta’ala, maka dampaknya akan terlihat pada perilaku kendaraan dan pembantuku.

Sebagai suami tentu saja atsar ini harus menjadi perhatian, bagaimana ternyata dosa dan kesalahan yang kita lakukan akan nampak dari perilaku istri dan kendaraan yang kita miliki. Tentu saja para salaf ash-sholeh mengucapkan astar ini bukan berdasarkan hawa nafsunya, namun berdasarkan kepada pengalaman dan pemahaman mereka terhadap nash dari al-Qur’an dan al-Sunnah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.

Bahkan setelah 1400 tahun lebih berlalu, ternyata atsar ini masih berlaku hingga saat ini dan dapat dirasakan oleh orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan kesadaran tentang agama dan keyakinan pada Allah Ta’ala yang Esa dan RasulNya yang mulia. Bukan sebuah kebetulan ketika sebagai suami seringkali kita mendapatkan realita yang demikian; istri uring-uringan, kendaraan yang mogok di jalan hingga khadimah yang susah untuk diberikan amanah. Ternyata merujuk kepada atsar tersebut salah satu penyebabnya adalah karena dosa yang oleh para suami lakukan.

Merujuk pada atsar tersebut, maka efek dari dosa yang dilakukan oleh para suami adalah perilaku istri yang sering tidak sesuai ekspektasi. Susah ketika diajak kepada kebaikan, selalu melanggar yang dilarang hingga uring-uringan dan ngomel-ngomel tanpa adanya sebab yang kita lakukan. Bagi para suami mungkin hal ini seperti biasa, padahal apabila kita cermati lebih mendalam ternyata memang benar atsar tersebut. Oleh karena itu, ke hadapan jika istri ngomel-ngomel atau marah-marah tanpa adanya sebab maka muhasabah diri, “Dosa apa yang telah para suami lakukan?”

Kedua adalah kendaraan yang susah diatur, pada masa lalu kendaraan seperti kuda, unta, keledai dan binatang tunggangan lainnya menjadi alat transportasi utama. Salaf ash-sholeh sangat meyakini bahwa jika tiba-tiba binatang tunggang tersebut susah diatur, memberontak ketika diperintah berjalan atau berhenti, tiba-tiba terjatuh atau berhenti dan berlari tanpa sebab. Maka semua itu adalah karena dosa dan kesalahan yang mereka lanjutkan. Mereka sangat meyakini hal ini sehingga mereka sangat berhati-hati dalam menjalani kehidupan ini. Kontekstualisasi dari pemahaman ini adalah, jika kendaraan kita seperti sepeda, sepeda motor, mobil, pesawat dan kendaraan lainnya tiba-tiba mogok atau sulit dikendalikan maka salah satunya adalah karena dosa dan kesalahan yang kita lakukan.

Ada tambahan dalam riwayat yang lainnya yaitu, susahnya khadimah diatur adalah karena dosa dan kesalahan yang dilakukan oleh para lelaki termasuk sebagai suami. Kontekstualisasi dari pemahaman terhadap atsar ini adalah bahwa jika bawahan kita, staff dan orang-orang yang berada dalam tanggungjawab kita dalam pekerjaan tiba-tiba susah diatur, melawan dan tindakan yang tidak menyenangkan lainnya. Maka dapat dipastikan bahwa salah satu sebabnya adalah karena dosa dan kesalahan yang kita lakukan.

Sebagai orang beriman, saya sangat meyakini atsar ini, karena para shahabat adalah umat terbaik yang ada dalam Islam, sebagaimana firman Allah Tala “Sungguh Allah telah ridha kepada orang-orang yang beriman (para sahabat Nabi) ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon (Bai’atu Ridwan). Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada mereka dan membalas mereka dengan kemenangan yang dekat.” (QS. Al Fath : 18). Demikian juga firmanNya “Dan orang-orang yang terlebih dulu (berjasa kepada Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka Allah telah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha mepada Allah. dan Allah telah mempersiapkan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. At Taubah : 100). Selain itu banyak lagi ayat dan hadits yang menunjukan keutamaan mereka, di antaranya adalah sabda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam “Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in).” HR. Muttafaq ‘alaih.

Tentu saja selain ayat dan hadits tersebut, pengalaman hidup menunjukan hal yang demikian, di mana ketika istri, kendaraan dan staff kita ngambek biasanya saya akan muhasabah diri tentang dosa apa yang sudah saya lakukan. Ternyata benar adanya, hingga kemudian efek positifnya adalah selalu berusaha utuk terus memperbaiki diri, mujahadah dan terus berusaha meninggalkan dosa dan maksiat kepadaNya. Apakah anda juga merasakan yang demikian? Bogor, menjelang maghrib, 10 Juni 2022.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...