Sabtu, 20 Januari 2024

Cara Memulai Menulis yang Baik

 Oleh: Misno


Bagaimana cara memulia tulisan yang baik? Anda perlu melakukan beberapa langkah berikut:

  • Tentukan tujuan dan sasaran tulisan Anda. Apa yang ingin Anda sampaikan kepada pembaca? Siapa pembaca yang Anda targetkan? Bagaimana gaya bahasa dan struktur tulisan yang sesuai dengan tujuan dan sasaran Anda?
  • Lakukan riset dan kumpulkan data yang relevan dengan topik tulisan Anda. Anda bisa mencari sumber dari buku, jurnal, internet, atau wawancara. Pastikan Anda memilih sumber yang kredibel dan akurat. Jangan lupa untuk mencatat sumber-sumber yang Anda gunakan sebagai referensi1.
  • Susun kerangka tulisan Anda. Kerangka tulisan adalah rangkaian poin-poin utama yang akan Anda bahas dalam tulisan Anda. Kerangka tulisan akan membantu Anda mengatur alur dan logika tulisan Anda. Anda bisa menggunakan metode peta pikiran, diagram alir, atau daftar2.
  • Tulislah draf pertama Anda. Dalam tahap ini, Anda bisa menuangkan semua ide dan data yang telah Anda kumpulkan ke dalam bentuk kalimat dan paragraf. Jangan terlalu khawatir dengan kesalahan ejaan, tata bahasa, atau format. Yang penting, Anda bisa mengekspresikan pikiran Anda dengan jelas dan runtut.
  • Revisi dan perbaiki tulisan Anda. Setelah menulis draf pertama, Anda perlu membaca kembali tulisan Anda dan memeriksa apakah ada bagian yang perlu diperbaiki, ditambah, atau dikurangi. Anda bisa meminta bantuan teman, guru, atau editor untuk memberi masukan dan kritik. Perhatikan juga aspek-aspek seperti ejaan, tata bahasa, tanda baca, dan format.

Saya harap tips ini dapat membantu Anda memulai tulisan yang baik. Selamat menulis! 😊

Manfaat Menulis bagi Dosen

Oleh: Misno


Menulis adalah salah satu kewajiban dan tanggung jawab moral bagi dosen di Indonesia. Menulis bukan hanya bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga untuk menunjang karir dan reputasi dosen sebagai ilmuwan dan pengajar. Berikut adalah beberapa keuntungan menulis bagi dosen di Indonesia:

Semoga bermanfaat... 

Pelantikan Pengurus STIT Sirojul Falah Bogor Masa Bhakti 2024-2027



Yayasan Sirojul Falah Bogor melantik para pengurus pejabat struktural Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Sirojul Falah Bogor pada Sabtu 20 Januari 2024. Acara yang diselenggarakan di Aula STIT Sirojul Falah berlangsung dengan khidmat dengan dihadiri oleh Pimpinan Yayasan Sirojul Falah dan unit-unit yang dikelolanya. Beberapa mahasiswa program sarjana dan Pascasarjana juga hadir dalam pelantikan ini. Bapak Kaimudin, M.Si kembali menerima Amanah sebagai Ketua STIT Sirojul Falah untuk periode masa bhakti 2024-2027. Maknanya beliau memasukan masa jabatan kedua, Ketua Yayasan Sirojul Falah Bapak M. Amin, M.Pd menjelaskan bahwa STIT Sirojul Falah mengalami kemajuan pesat pada masa kepemimpinan Bapak Kaimudin, M.Si, oleh karena itu Yayasan Sirojul Falah Kembali memberikan amanah kepada beliau untuk melanjutkan kembali memimpin STIT Sirojul Falah.

Pada sambutannya, Bapak Kaimudin, M.Si selaku Ketua terpilih menyampaikan bahwa pada masa jabatan pertama beliau berperan sebagai striker, maka di masa kepemimpinan kedua beliau memilih memosisikan diri di tengah untuk mendorong seluruh pengurus untuk maju dan mengembangkan STIT Sifa. Saat ini STIT Sifa telah memiliki dua program studi yaitu Program Sarjana Pendidikan Agama Islam dan Program Pascasarjana Pendidikan Agama Islam. “Saat ini STIT juga telah mengajukan izin prodi baru yaitu Program Studi Ekonomi Syariah dan Hukum Keluarga Islam (HKI/Ahwal asy-Syakhsiyah), dan sudah selesai assement di Ban-PT sehingga tinggal menunggu SK Pendirian jadi” ungkap Ketua STIT Sifa. Beliau juga menyampaikan bahwa setelah dua program studi ini keluar, maka selanjutnya akan mengajukan alih jenjang dari sekolah tinggi ilmu tarbiyah menjadi institut agama Islam. Semoga harapan menjadikan STIT Sirojul Falah sebagai Institut Agama Islam Sirojul Falah segera terwujud.

Para pejabat baru yang mengurus STIT SirojuL Falah Bogor saat ini adalah: Ketua Bapak Kaimudin M.Si., Wakil Ketua 1 Dr. Edy, M.Pd, Wakil Ketua 2 Bapak Alek Maulana, M.Ag, Wakil Ketua 3 Bapak Ahmad Sofyan, M.Si, Kepala P2MI Bapak Nurhasan, M.Pd dan Kepala P3M Bapak Dr. Misno, SHI., SE, MEI., MH.  Selamat kepada sleuruh pengurus STIT Sirojul Falah Masa Bhakti 2023-2027, semoga STIT Sirojul Falah semakin maju dan berkembang serta memberikan manfaat bagi agama, bangsa, negara dan semesta. (mbmd).

Selasa, 02 Januari 2024

Anugrah dan Angkara pada Hawa dan Cinta

Oleh: Bambang Sahaja


Manusia adalah mahkul ciptaan Allah Ta’ala yang dihiasi dengan cinta dan hawa, keduanya memiliki sisi positif dan negatif. Hawa menjadi media untuk mengembangbiakan manusia, selain kesenangan yang menjadi anugerah dari Allah Ta’ala. Sementara cinta adalah rasa suka yang biasanya terkait pula dengan hawa. Jika ia dikelola sesuai dengan syariahNya maka kebahagiaan tiada tara akan didapatkan oleh yang empunya. Namun, apabila tidak kuasa mengelolanya, maka bisa jadi keduanya membawa pada kesengsaraan dunia dan di alam sana.

Hawa yang biasanya menempel dalam jiwa dan menguasai raga adalah keinginan untuk memenuhi apa yang diinginkannya, kebutuhan seksual, makan, minum, dan kenikmatan duniawi lainnya menjadi tujuan utama dari hawa yang senantiasa harus didapatkan. Kepuasan makan dan minum, pemenuhan kebutuhan seksual hingga kesenangan terhadap dunia lainnya selalu dibumbuhi dengan hawa.

Sementara cinta adalah rasa suka pada sesuatu, termasuk seseorang yang dirasa sesuai dengan keinginannya, baik dari segi fisiknya (ganteng atau cantik) serta perilaku dan berbagi sendi kehidupannya. Rasa ini kadang tidak logis, karena bisa muncul kapan saja, di mana saja dan dengan siapa saja. Cinta adalah anugerah darinya, yang tentu saja tidak bisa lepas dari hawa yang ada pada diri manusia. Bagi saya, sangat tidak mungkin seseorang cinta pada orang lain tanpa ada “apa-apa-nya”. Maksudnya adalah seseorang uang cinta pada orang lain pasti ada sebab fisik yang nampak darinya, entah itu fisik atau tubuhnya, keluarganya, hartanya, kekuasaannya dan urusan dunia lainnya. Pendapat ini mungkin akan dikritik banyak orang, karena cinta yang tulus katanya tidak pernah memandang fisik, saya jawab “ya betul” tapi pasti ada sisi lainnya yang memunculkan rasa itu.

Perdebatan tentang cinta dan hawa memang tidak ada habisnya, karena ia terkadang saling berkaitan dan tidak terpisahkan. Hawa pada dunia akan memunculkan rasa suka, dan bisa jadi cinta itu muncul karena melihat fisik manusia lainnya. Sementara cinta muncul karena melihat fisik, dan sisi yang nampak lainnya, ada juga yang melihat dari sisi spiritualnya. Tapi intinya tetap saja “Cinta terkadang diawali dengan hawa, sementara hawa akan memunculkan cinta”.

Hawa dan Cinta sejatinya bisa saling menguatkan, di mana hawa yang selalu berada dalam naungan syariahNya akan memunculkan rasa cinta yang bukan hanya melihat fisik saja namun juga sisi spiritual yang akan membawa kepada kebahagiaan selamanya, di dunia dan di akhirat sana. Semoga kita semua mampu untuk mengelola hawa dan cinta kita sehingga ianya akan membawa kita kepada keridhaan Allah Ta’ala. Wallahu a’alam, 02012024.