Selasa, 31 Mei 2022

Etika dan Norma Ekonomi Islam (Part 1): Larangan Berbuat Curang

Oleh : Aziz Abdurrahman, S.Li (Mahasiswa Pascasarjana INAIS Bogor)


 

Sebagai agama yang universal, sisi ekonomi juga mendapat perhatian yang serius dalam Islam, selain perkara tauhid yang merupakan fundamental. Cakupan ekonomi tentu lebih luas daripada hanya sekedar transaksi jual beli semata. Meskipun demikian kegiatan transaksi jual beli adalah bagian terbesar dari ekonomi, karena di dalamnya adalah faktor produksi, distribusi dan konsumsi.

 Sudah kita maklumi secara historis bahwa kehidupan masa muda Nabi Muhammad, sangat kental sekali dengan aktifitas perdagangan. Bahkan sudah menjadi kebiasaan kaum Quraisy yang berada di Mekah pada saat itu untuk melakukan perjalanan bisnis ke negeri Yaman pada saat musim dingin, dan ke negeri Syam apabila musim panas (Ibnu Katsir, 2002.

Nabi Muhammad sejak masih usia muda dikenal dengan julukan Al-Amin, yang artinya orang yang menjaga amanah. Orang-orang Quraisy sangat percaya akan kejujuran beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Nampaknya akhlak yang baik ini juga diteruskan oleh para Sahabat Radhiyallahu ‘Anhum, sebagian diantara mereka juga ada yang mencari mata pencaharian sebagai pedagang, sebut saja Abdurrahman bin Auf yang terkenal akan kecerdikannya dalam berdagang.

Dalam beberapa sabda-sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan bahwa pedagang yang jujur dan amanah akan mendapatkan pahala yang besar dan keberkahan dalam jual belinya. Diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;

التاجر الصدوق الأمين مع النبيين و الصديقين  و الشهداء يوم القيامة

“Pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para Nabi, orang-oran Shiddiq, dan para Syuhada pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim).

Dalam hadits lainnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;

البيعان بالخيار ما لم يتفرقا فإن صدقا و بينا بورك في بيعهما و إن كتما و كذب محقت بركة بيعمها

“Penjual dan pembeli itu diberikan pilihan (untuk meneruskan jual beli atau membatalkannya) selama keduanya belum berpisah. Apabila keduanya jujur dan menjelaskan (keadaan barang), jual beli keduanya akan diberkahi. Namun, apabila keduanya menyembunyikan dan berdusta, akan dihilangkan keberkahan jual beli keduanya.” (HR. Bukhari dan Muslim.)

Namun dewasa ini banyak sekali praktik-praktik jual beli yang tidak dilandasi dengan kejujuran. Mulai dari pedagang kelas teri sampai kelas kakap ada saja berita telah terjadi penipuan dalam transaksi jual beli. Misalnya, pedagang buah di pasar yang menjual dagangannya sambil bersumpah atas nama Allah bahwa yang ia jual manis dan modalnya besar, padahal faktanya tidak demikian. Ada lagi misalnya penjualan properti rumah atau tanah namun ternyata surat-surat kepemilikan rumah atau tanah tersebut palsu.

Perbuatan curang tersebut juga ditemukan dalam kasus yang lainnya misalkan tindak korupsi yang dilakukan oleh para pejabat, oleh menteri dan yang lainnya. Semua itu membuktikan kepada kita bahwa kejujuran sudah menjadi barang langka di negeri yang mayoritas muslim ini.

Ketika seorang muslim hendak membeli dan menjual, menyimpan dan meminjam, atau menginvestasikan uang, ia selalu berdiri pada batas-batas yang telah ditetapkan Allah. Ia tidak makan uang haram, memonopoli milik rakyat, korupsi, mencuri, berjudi, ataupun melakukan suap menyuap. Seorang muslim secara tegas menjahui daerah yang diharamkan Allah. (Al-Qardhawi, 1997)

Segala macam tindak kecurangan dan ketidakjujuran ini perlu diberikan sanksi tegas. Dalam sebuah hadits yang terdapat di kitab Shahîh Muslim No. 102, suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melewati tumpukan makanan (yang dijual) kemudian beliau memasukkan tangannya ke dalam makanan tersebut, saat itu tangannya merasakan bahwa bagian bahwa pada makanan tersebut basah. Lantas Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya, “Apa ini wahai penjual makanan?” Sang penjual tersebut menjawab, “Terkena air hujan wahai Rasulullah.” Kemudian Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya kembali kepada penjual tersebut, “Mengapa tidak engkau letakkan yang basah ini di atas juga agar dapat diketahui oleh yang lain? beliau menasehati penjual tersebut dan memerintahkan untuk berlaku jujur seraya bersabda;

من غشنا فليسا منا

“Barang siapa yang menipu/berbuat curang maka ia tidak termasuk golongan kami.” (Nawawi, 2010)

Hadits ini sangat jelas bagi kita semua bahwa orang-orang yang berbuat curang tidaklah dianggap sebagai bagian dari golongan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, karena beliau selalu mengajarkan kejujuran baik dalam tindakan maupun ucapan.

 

Sabtu, 28 Mei 2022

Islam dan Etika Lingkungan

Oleh: Aziz Abdurrahman, S.Li (Mahasiswa Pascasarjana INAIS Bogor)

 


Beberapa hari yang lalu media massa dihebohkan dengan banjir rob di Semarang Jawa Tengah, dalam video yang direkam oleh warga sekitar terlihat air laut naik ke permukaan, persis seperti bencana tsunami yang menghancurkan kota Palu pada tahun 2018 silam. Ketika gelombang air laut menghantam pesisir Semarang terlihat dengan jelas bagaimana kendaraan bermotor masyarakat sekitar yang jatuh terbawa arus. Juga terlihat dalam video itu ketinggalan air setinggi dada orang dewasa.

Sejatinya pesisir utara pulau Jawa memang diprediksikan akan tenggelam, bahkan Presiden Amerika Joe Biden menyatakan bahwa tahun 2030 Jakarta akan tenggelam. Tentu pernyataan Biden bukankah untuk menakut-nakuti, sekelas Presiden apalagi negara besar seperti Amerika Serikat, pasti berbicara berdasarkan data saintis yang ada.

Hal senada diungkapkan oleh Dr. Eko Prasetyo dari Universitas Airlangga sebagaimana dikutip oleh CNBC Indonesia, menurut beliau sebab utamanya kata beliau adalah pemanasan global, penurunan muka tanah, dan mencairnya gletser di kutub selatan menjadikan tingginya air laut.

Lantas sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, tidakkah Islam memberikan solusi untuk problem tersebut? Sebelum jauh membahasnya ada baiknya kita pahami bersama bahwa islam adalah agama sempurna. Kesempurnaan agama Islam ini ditinjau dari beberapa sisi, diantaranya adalah bahwa dalam ajaran islam, kita sebagai umatnya harus bisa menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. Islam bukanlah agama rahbaniyah yang pemuka agamanya hanya tinggal di tempat ibadah serta meninggalkan kehidupan dunia sama sekali. Lihat saja bagaimana Nabi Muhammad dan para sahabatnya mengamalkan ajaran Islam, diantara para sahabat Nabi adalah yang berdagang di pasar, namun aktivitas tersebut tidaklah melalaikan mereka dari mengingat Allah.

Dalam ayat al-Quran di surat Al-Jumu'ah  disebutkan;

يا أيها الذين آمنوا إذا نودي للصلاة من يوم الجمعة فاسعوا إلى ذكر الله و ذروا البيع

"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan shalat pada hari jumat maka bersegeralah untuk mengingat Allah dan tinggalkan jual beli." (QS. Al-Jumu'ah: 9) Oleh karena itu kita dianjurkan untuk  memperbanyak berdoa;

 ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

Semua kita pasti menginginkan kehidupan yang baik, dunia dan akhiratnya.

Selain itu juga agama Islam membawa pesan rahmat untuk sekalian alam. Sehingga sifat rahmat (kasih sayang) itu berlaku universal, tidak terbatas pada sesama orang Islam saja, bahkan sifat rahmat itu berlaku pula untuk orang-orang diluar islam.

Dalam Al-Quran Allah Ta'ala berfirman;

و ما أرسلناك إلا رحمة للعالمين

"Dan tidaklah kami mengutusmu kecuali menjadi rahmat bagi sekalian alam semesta." (QS. Al-Anbiya: 107)

Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda;

ياأيها الناس إنما أنا رحمة مهداة

"Wahai manusia, aku adalah rahmat yang dihadiahkan (untuk kalian)."

Bahkan lebih dari itu, sifat rahmat dalam islam tidak terbatas pada manusia, melainkan juga kepada binatang. Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kita apabila hendak menyembelih hewan agar menajamkan pisaunya agar hewan sembelihan tersebut tidak merasa kesakitan ketika disembelih. Dan sifat rahmat ini juga berlaku untuk tumbuhan, Dalam islam ketika terjadi peperangan melawan musuh orang-orang kafir, ada larangan untuk menebang pohon, menghancurkan gereja dan membunuh para pemuka agama mereka.

Itulah gambaran sifat rahmat dalam agama islam. Jika demikian bagaimana mungkin islam tidak mengajarkan kepada umatnya untuk memiliki kepedulian terhadap lingkungannya?

 Menurut penelitian, penurunan tanah disebabkan karena eksploitasi air tanah yang berlebihan. Padahal di dalam agama Islam kita diperintahkan untuk hemat dalam penggunaan air. Sampai-sampai sikap hemat ini dipraktekkan langsung oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dalam sebuah hadits yang menjelaskan tentang tata cara mandi besarnya Nabi disebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam cukup dengan 1 sha'. Dalam penjelasannya bahwa ukuran 1 sha' adalah 4 mud sedangkan 1 mudah adalah ukuran 2 telapak tangan orang dewasa. Dan untuk berwudhu Nabi cukup dengan 1 sha' saja. Lihatlah bagaimana Nabi kita mengajarkan kita bersikap hemat dalam penggunaan air. Dan hal ini sangat bertentangan sekali dengan sebagian orang yang boros dalam penggunaan air bersih.

Islam juga berusaha menjaga air yang tersedia agar tetap bersih sehingga bisa dimanfaatkan oleh orang banyak. Dalam hadits yang lainnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda;

لا يبولن أحدكم في الماء الدائم

"Janganlah salah seorang diantara kalian kencing di air yang diam/tidak mengalir." (HR. Al-Bukhari)

Para ulama menjelaskan mengapa tidak boleh kencing di air yang tidak bergerak alias diam? Karena jelas akan mengotorinya, sedangkan air yang tidak bergerak seperti air di danau atau sumur sangat dibutuhkan oleh orang banyak untuk kebutuhan mandi, mencuci bahkan bisa untuk dikonsumsi. Masya Allah, sangat indah syariat islam apabila diterapkan oleh umatnya.

Dari penjelasan diatas yang telah disebutkan, sejatinya masih banyak ajaran-ajaran islam kepada umatnya untuk peduli kepada lingkungannya namun penulis batasi pada hal utama yaitu tentang menjaga ketersediaan air bersih yang sangat berguna untuk kebutuhan semua makhluk hidup dan menjaga keselarasan alam.

Dari hadits-hadits yang penulis sebutkan diatas juga membuktikan bahwa islam bukanlah agama yang hanya mengatur kehidupan akhirat saja, bahkan lebih parah dari itu sampai-sampai keluar ucapan bahwa islam adalah agama candu. Sejatinya apabila islam dipahami dengan baik dan diamalkan secara holistic maka akan membawa dampak yang positif bagi lingkungan sekitar

Kamis, 26 Mei 2022

Ayo Menulis (Lagi)…

Oleh: Abd Misno

 


Menulis adalah sebuah manifestasi dari keimanan seseorang, ia merupakan bukti kepeduliannya terhadap agama, bangsa dan negara. Bagaimana tidak? Tulisan yang dihasilkan adalah respon atas berbagai kejadian yang terjadi di sekitar kita. Jika banyak cara dalam merespon berbagai kejadian di tengah masyarakat, maka menulis adalah respon nyata yang bisa dibaca oleh siapa saja yang termotivasi untuk membacanya. Ayo Menulis (lagi)…

Permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat memang tidak pernah ada habisnya, berbagai persoalan muncul silih berganti. Dari pentas politik yang penuh intrik, hingga isu-isu kemanusiaan yang seringkali tidak memiliki nilai kemanusiaan. Jika dulu berbagai kejadian tidak langsung dapat disaksikan, maka saat ini dengan kemajuan tekhnologi kita dapat menyaksikan secara real time berbagai kejadian di seluruh penjuru dunia.

Hal ini tentu memberi bahan yang melimpah bagi para penulis dalam merespon berbagai kejadian tersebut, dari kejadian di tingkat RT (Rukun Tetangga), hingga kejadian di ujung dunia dapat langsung kita saksikan dan kemudian kita respon dalam tulisan kita. Tidak ada yang melarang menulis berbagai ide dan gagasan terkait dengan berbagai kejaddian, selama tidak menyinggung isyu sara’ atau ujaran yang tidak baik maka silahkan menulis sebanyak-banyaknya sebagai respon berbagai kejadian yang ada.

Sebagai muslim, tentu saja setiap tulisan yang dihasilkan haruslah mencerminkan keyakinan kepada Allah Ta’ala. Respon dalam bentuk persetujuan atas berbagai kejadian yang mendukung bagi tegaknya kebenaran dariNya haruslah terus disebarkan. Demikian pula respon negative atau mengkritik dan menunjukan ketidaksetujuan atas berbagai kejadian yang melanggar syariahNya adalah bukti dari keimanan seorang penulis muslim. Dengan kata lain bahwa tulisan kita adalah bukti keimanan dalam bentuk amar ma’ruf (mengajak kepada kebaikan) dan nahi mungkar (mencegah segala bentuk kemungkaran). Ini adalah energi yang luar biasa dalam menulis, Menulis dengan Iman adalah menghasilan maha karya dalam bentuk tulisan untuk meninggikan kalimah Allah Ta’ala.

Menulis untuk menyebarkan ide dan gagasan, mengajak kebapda kebaikan dan mencegah segala bentuk kemungkaran menjadi sebuah keniscayaan di tengah berbagai kejadian di tengah masyarakat. Bahkan ketika kita diam saja atas berbagai kedzaliman di tengah masyarakat, maka sama saja kita dengan setan bisu yang tidak peduli dengan agama, bangsa dan negara.

Oleh karena itu… Ayo Menulis (Lagi)… mari bersemangat lagi dalam menulis, karena ia adalah aktifitas yang akan bernilai ibadah jika diniatkan karena Allah Ta’ala. Menulis lagi dan semangat lagi dalam menulis yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, karena itu adalah tiang tegaknya Islam. Jangan menunggu mood menulis datang, karena berbagai kejadian harus segera dicarikan jawaban, umat menunggu dari orang-orang yang berilmu. Ilmu yang bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi dituliskan agar semua orang dapat membaca dan mendapatkan kemanfaatan. Ayo menulis (lagi)… (Bogor, menjelang tengah malam 26052022).

 

Rabu, 25 Mei 2022

Ketika Hawa Membelenggu Raga

Oleh: Misno Mohammad Djahri

 


Salah satu dari tema utama yang terkait dengan manusia adalah hawa yang ada di dalam dirinya, sebagai sebuah keistimewaan yang juga bisa menjadi kekurangan maka hawa nafsu manusia memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupannya. Hawa yang dimaknai secara umum dengan keinginan dan jiwa adalah diri manusia itu sendiri menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Ia diciptakan bersama dengan lahirnya manusia ke dunia, banyak ayat AL-Qur’an yang mencela hawa ini karena memang selalu membawa kepada keburukan. Hawa Nafsu sendiri dipahami sebagai kaingin jiwa manusia yang cenderung kepada hal-hal yang tidak selaras dengan nilai-nilai Islam. Syahwat adalah salah satu dari hawa nafsu manusia yang telah banyak menyesatkan umat mulia ini.

Hawa nafsu dalam bentuk syahwat memang tidak bisa terpisahkan dari diri manusia, keinginan untuk menikmatinya begitu kuat dalam jiwa manusia. Hanya mereka yang mendapat rahmat dari Allah Ta’ala yang dapat mengendalikannya. Syahwa manusia seperti anak kecil yang bila dia menginginkan sesuatu dan dituruti maka akan terus menjadi kebiasaan. Syahwat yang terus duturuti memang membawa kepada kenikmatan, yang walaupun semu namun banyak manusia yang mati-matian untuk mendapatkannya. Syahwat dalam makna yang negatif selalu membawa kepada hal-hal yang memesona raga, memberi kenikmatan dan kenyamanan sementara yang kebanyakan manusia lalai dengannya.

Syahwat yang terkait dengan kenikmatan badani yang biasanya terkait dengan hubungan badan menjadi inti dan puncak dari syahwat manusia. Berjuta manusia terjebak dalam syahwat ini hingga mereka terbelenggu di dalamnya, ketika pernikahan menjadi solusi bahwa syahwat ini, ternyata banyak manusia yang mencari jalan lainnya. Jalan-jalan yang mereka tempuh hanya untuk memuaskan syahwatnya, memenuhi hawa liarnya hingga mengeluarkan setetes air yang semestinya ditempatkan sesuai dengan fitrah manusia. Namun banyak manusia yang yang membuangnya sia-sia atau bukan pada tempat yang telah diciptakan oleh Allah Ta’ala.

Ya, syahwat ini memang begitu kuat membelenggu sebagian manusia, hingga ia akan mengorbankan “segalanya” hanya sekadar menyalurkannya di tempat yang tidak semestinya. Sebagian bahkan menjadi candu dan pemuja hawa, hingga menjadi profesi dan kesenangannya, na’udzubillah. Tapi memang demikianlah adanya, berapa banyak lokalisasi prostitusi, juga prostitusi online yang merebak dan dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Berapa banyak penjaja hawa yang secara sembunyi ataupun terang-terangan menjual jasa untuk memuaskan syahwat manusia. Belum puas dengan hal yang telah menjadi fitrah manusia, sebagian mereka terjebak ke dalam hubungan sesama bahkan banyak yang lebih hina berhubungan dengan binatang dan yang selainnya.

Sebagai manusia biasa, kita dapat merasakannya bagaimana hawa manusia memang begitu kuat membelenggu jiwa, bahkan memberi fantasi yang kadang kita tersesat di dalamnya. Ia begitu kuat dengan dorongan dari iblis dan bala tentaranya. Bahkan ketika ia telah membelenggu begitu kuat, maka ketika tidak dituruti maka manusia akan tersiksa dan hidup bagaikan di lama penuh siksa. Sangat berat terasa ketika hawa harus diarahkan di jalan fitrahNya. Berapa banyak manusia yang jiwa dan raganya menjadi lara karena hawa yang ditahannya. Mereka tersiksa hingga harus menahan rasa yang bergelora di dada, bahkan sebagiannya akan menjadi linglung dan akalnya hilang karena hawa yang tidak disalurkan.

Maka, wahai manusia… kuatkanlah pertahananmu untuk terus menjaga hawa dalam bentuk syahwat agar disalurkan di jalan fitrah manusia. Kuatkan terus pertahanan itu, karena jika jebol maka engkau akan terjatuh dalam kehinaan di dunia dan di akhirat sana. Berat memang terasa, tapi akan manis nanti buah dan hasilnya. Sesak memang di jiwa tapi akan menjadi kelapangan di akhirat sana. Semoga Allah Ta’ala sentiasa memberikan rahmatNya, sehingga kita akan mampu menjaga hawa dalam jiwa dan menyalurkan syahwat di tempat yang telah menjadi fitrah manusia. Beratnya menahan hawa, 25052022.

Dzikir Setelah Shalat Fardhu

DZIKIR SETELAH SHALAT FARDHU



 

أَسْتَغْفِرُ اللهَ (3x)

“Aku minta ampun kepada Allah,” (3x).

اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ

“Ya Allah, Engkau pemberi keselamatan, dan dariMu keselamatan, Maha Suci Engkau, wahai Tuhan Yang Pemilik Keagungan dan Kemuliaan.” HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud dll.

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ، اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

“Tiada Rabb yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya puji dan bagi-Nya kerajaan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang memberi apa yang Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain iman dan amal shalihnya yang menyelamatkan dari siksaan). Hanya dari-Mu kekayaan dan kemuliaan.” HR. Bukhari dan Muslim.

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ

“Tiada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Allah. Tiada Rabb (yang hak disembah) kecuali Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya. Bagi-Nya nikmat, anugerah dan pujaan yang baik. Tiada Rabb (yang hak disembah) kecuali Allah, dengan memurnikan ibadah kepadaNya, walapun orang-orang kafir tidak menyukainya. HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud dll.

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ.

“Tiada Rabb yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya, bagiNya kerajaan, bagi-Nya segala puja. Dia-lah yang menghidupkan (orang yang sudah mati atau memberi roh janin yang akan dilahirkan) dan yang mematikan. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca 10 x setiap sesudah shalat Maghrib dan Subuh).

اَللّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Ya Allah, tolonglah aku agar senantiasa mengingat-Mu, mensyukuri-Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan sebaik-baiknya.” HR. Abu Dawud, Nasai, Ahmad dll.

سُبْحَانَ اللهِ (33 ×)

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ (33 ×)

اَللهُ أَكْبَرُ (33 ×)

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ

“Maha Suci Allah (33 x), segala puji bagi Allah (33 x), Allah Maha Besar (33 x). Tidak ada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan. Bagi-Nya pujaan. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.”

اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ، لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ، لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ، مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ، وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا، وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

“Allah, tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi-Nya tanpa seizin-Nya. Dia mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. Al Baqarah: 255)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas: 1-4)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِن شَرِّ مَا خَلَقَ (2) وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3) وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5)

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai Shubuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki”. (QS. Al Falaq: 1-5)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَٰهِ النَّاسِ (3) مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia.” (QS. An Naas: 1-6).

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).” (Dibaca setelah shalat Shubuh) HR. Ibnu Majah dan Ahmad.

Dzikir Petang Hari

 DZIKIR PETANG

(Dibaca Setelah Ashar hingga Matahari Terbenam)




أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.”

اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ، لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ، لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ، مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ، وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا، وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

“Allah, tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi-Nya tanpa seizin-Nya. Dia mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. Al Baqarah: 255) (Dibaca 1 x)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” QS. Al Ikhlas: 1-4. (Dibaca 3x)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِن شَرِّ مَا خَلَقَ (2) وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3) وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5)

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai Shubuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki”. QS. Al Falaq: 1-5. (Dibaca 3x)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَٰهِ النَّاسِ (3) مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia.” QS. An Naas: 1-6. (Dibaca 3x)

أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ للهِ، وَالْحَمْدُ للهِ، لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أَعُوذُبِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوذُبِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ

“Kami telah memasuki waktu petang dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik Allah kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.Wahai Rabbku, aku mohon kepada-Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan malam ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Rabbku, aku berlindung kepadaMu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di neraka dan siksaan di kubur.” (Dibaca 1 x)

اللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ أَصْبَحْنَا،وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوتُ، وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ

“Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu petang, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi. Dengan rahmat dan pertolonganMu kami hidup dan dengan kehendakMu kami mati. Dan kepada-Mu tempat kembali (bagi semua makhluk).” (Dibaca 1 x).

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku pada-Mu (yaitu aku akan mentauhidkan-Mu) semampuku dan aku yakin akan janji-Mu (berupa surga untukku). Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku. Oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” (Dibaca 1 x)

اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ سَمْعِيْ، اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ

“Ya Allah, selamatkanlah tubuhku (dari penyakit dan dari apa yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkanlah pendengaranku (dari penyakit dan maksiat atau dari apa yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkanlah penglihatanku, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran. Aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau.” (Dibaca 3x)

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau tenggelam dalam bumi dan lain-lain yang membuat aku jatuh).” (Dibaca 1 x)

اَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ

“Ya Allah, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Rabb pencipta langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan diriku, setan dan balatentaranya (godaan untuk berbuat syirik pada Allah), dan aku (berlindung kepada-Mu) dari berbuat kejelekan terhadap diriku atau menyeretnya kepada seorang muslim.” (Dibaca 1 x)

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Dibaca 3 x)

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا

“Aku ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi.” (Dibaca 3 x)

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا

“Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dariMu).” (Dibaca 1 x)

أَمْسَيْنَا عَلَى فِطْرَةِ اْلإِسْلاَمِ وَعَلَى كَلِمَةِ اْلإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ، حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

“Di waktu sore kami berada diatas fitrah agama Islam, kalimat ikhlas, agama Nabi kita Muhammad صلي الله عليه وسلم dan agama ayah kami, Ibrahim, yang berdiri di atas jalan yang lurus, muslim dan tidak tergolong orang-orang yang musyrik.” (Dibaca sore 1x)

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ

“Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca 10 x atau1x)

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ

“Maha suci Allah, aku memuji-Nya.” (Dibaca 100 x)

أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

“Aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.” (Dibaca setiap hari 100x)

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya.” (Dibaca 3x)