Sabtu, 28 Mei 2022

Islam dan Etika Lingkungan

Oleh: Aziz Abdurrahman, S.Li (Mahasiswa Pascasarjana INAIS Bogor)

 


Beberapa hari yang lalu media massa dihebohkan dengan banjir rob di Semarang Jawa Tengah, dalam video yang direkam oleh warga sekitar terlihat air laut naik ke permukaan, persis seperti bencana tsunami yang menghancurkan kota Palu pada tahun 2018 silam. Ketika gelombang air laut menghantam pesisir Semarang terlihat dengan jelas bagaimana kendaraan bermotor masyarakat sekitar yang jatuh terbawa arus. Juga terlihat dalam video itu ketinggalan air setinggi dada orang dewasa.

Sejatinya pesisir utara pulau Jawa memang diprediksikan akan tenggelam, bahkan Presiden Amerika Joe Biden menyatakan bahwa tahun 2030 Jakarta akan tenggelam. Tentu pernyataan Biden bukankah untuk menakut-nakuti, sekelas Presiden apalagi negara besar seperti Amerika Serikat, pasti berbicara berdasarkan data saintis yang ada.

Hal senada diungkapkan oleh Dr. Eko Prasetyo dari Universitas Airlangga sebagaimana dikutip oleh CNBC Indonesia, menurut beliau sebab utamanya kata beliau adalah pemanasan global, penurunan muka tanah, dan mencairnya gletser di kutub selatan menjadikan tingginya air laut.

Lantas sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, tidakkah Islam memberikan solusi untuk problem tersebut? Sebelum jauh membahasnya ada baiknya kita pahami bersama bahwa islam adalah agama sempurna. Kesempurnaan agama Islam ini ditinjau dari beberapa sisi, diantaranya adalah bahwa dalam ajaran islam, kita sebagai umatnya harus bisa menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. Islam bukanlah agama rahbaniyah yang pemuka agamanya hanya tinggal di tempat ibadah serta meninggalkan kehidupan dunia sama sekali. Lihat saja bagaimana Nabi Muhammad dan para sahabatnya mengamalkan ajaran Islam, diantara para sahabat Nabi adalah yang berdagang di pasar, namun aktivitas tersebut tidaklah melalaikan mereka dari mengingat Allah.

Dalam ayat al-Quran di surat Al-Jumu'ah  disebutkan;

يا أيها الذين آمنوا إذا نودي للصلاة من يوم الجمعة فاسعوا إلى ذكر الله و ذروا البيع

"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan shalat pada hari jumat maka bersegeralah untuk mengingat Allah dan tinggalkan jual beli." (QS. Al-Jumu'ah: 9) Oleh karena itu kita dianjurkan untuk  memperbanyak berdoa;

 ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

Semua kita pasti menginginkan kehidupan yang baik, dunia dan akhiratnya.

Selain itu juga agama Islam membawa pesan rahmat untuk sekalian alam. Sehingga sifat rahmat (kasih sayang) itu berlaku universal, tidak terbatas pada sesama orang Islam saja, bahkan sifat rahmat itu berlaku pula untuk orang-orang diluar islam.

Dalam Al-Quran Allah Ta'ala berfirman;

و ما أرسلناك إلا رحمة للعالمين

"Dan tidaklah kami mengutusmu kecuali menjadi rahmat bagi sekalian alam semesta." (QS. Al-Anbiya: 107)

Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda;

ياأيها الناس إنما أنا رحمة مهداة

"Wahai manusia, aku adalah rahmat yang dihadiahkan (untuk kalian)."

Bahkan lebih dari itu, sifat rahmat dalam islam tidak terbatas pada manusia, melainkan juga kepada binatang. Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kita apabila hendak menyembelih hewan agar menajamkan pisaunya agar hewan sembelihan tersebut tidak merasa kesakitan ketika disembelih. Dan sifat rahmat ini juga berlaku untuk tumbuhan, Dalam islam ketika terjadi peperangan melawan musuh orang-orang kafir, ada larangan untuk menebang pohon, menghancurkan gereja dan membunuh para pemuka agama mereka.

Itulah gambaran sifat rahmat dalam agama islam. Jika demikian bagaimana mungkin islam tidak mengajarkan kepada umatnya untuk memiliki kepedulian terhadap lingkungannya?

 Menurut penelitian, penurunan tanah disebabkan karena eksploitasi air tanah yang berlebihan. Padahal di dalam agama Islam kita diperintahkan untuk hemat dalam penggunaan air. Sampai-sampai sikap hemat ini dipraktekkan langsung oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dalam sebuah hadits yang menjelaskan tentang tata cara mandi besarnya Nabi disebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam cukup dengan 1 sha'. Dalam penjelasannya bahwa ukuran 1 sha' adalah 4 mud sedangkan 1 mudah adalah ukuran 2 telapak tangan orang dewasa. Dan untuk berwudhu Nabi cukup dengan 1 sha' saja. Lihatlah bagaimana Nabi kita mengajarkan kita bersikap hemat dalam penggunaan air. Dan hal ini sangat bertentangan sekali dengan sebagian orang yang boros dalam penggunaan air bersih.

Islam juga berusaha menjaga air yang tersedia agar tetap bersih sehingga bisa dimanfaatkan oleh orang banyak. Dalam hadits yang lainnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda;

لا يبولن أحدكم في الماء الدائم

"Janganlah salah seorang diantara kalian kencing di air yang diam/tidak mengalir." (HR. Al-Bukhari)

Para ulama menjelaskan mengapa tidak boleh kencing di air yang tidak bergerak alias diam? Karena jelas akan mengotorinya, sedangkan air yang tidak bergerak seperti air di danau atau sumur sangat dibutuhkan oleh orang banyak untuk kebutuhan mandi, mencuci bahkan bisa untuk dikonsumsi. Masya Allah, sangat indah syariat islam apabila diterapkan oleh umatnya.

Dari penjelasan diatas yang telah disebutkan, sejatinya masih banyak ajaran-ajaran islam kepada umatnya untuk peduli kepada lingkungannya namun penulis batasi pada hal utama yaitu tentang menjaga ketersediaan air bersih yang sangat berguna untuk kebutuhan semua makhluk hidup dan menjaga keselarasan alam.

Dari hadits-hadits yang penulis sebutkan diatas juga membuktikan bahwa islam bukanlah agama yang hanya mengatur kehidupan akhirat saja, bahkan lebih parah dari itu sampai-sampai keluar ucapan bahwa islam adalah agama candu. Sejatinya apabila islam dipahami dengan baik dan diamalkan secara holistic maka akan membawa dampak yang positif bagi lingkungan sekitar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...