Senin, 30 April 2012

Mari Saling Memahami


Oleh : Abu Aisyah


Sebagai makhluk sosial kita tentu tidak bisa hidup sendiri, orang-orang di sekitar kita adalah makhluk lain yang saling berinteraksi. Interaksi yang berlangsung secara terus-menerus seringkali diwarnai dengan kesalah-pahaman dan ketidak-saling mengertian antara kita dengan orang lain. Dalam kasus lain biasanya seseorang yang mengenal orang lain lebih lama akan lebih mengetahui kebaikan sekaligus kejelekan orang tersebut. Jika kebaikan yang diketahui, tentu sesuatu yang mafhum (bisa dipahami) namun jika ternyata kejelakan dari seseorang yang belum pernah kita ketahui sebelumnya menjadi ciri seseorang yang selama ini kita kenal maka yang terjadi adalah pemahaman kita terhadap orang tersebut yang terkadang membuat kita merasa bosan dan menjadikan munculnya kesalahpahaman.
Bisa jadi pepatah yang mengatakan bahwa jika kita mengenal seseorang hanya sebentar atau ketika seseorang jauh dengan kita maka yang terlihat adalah kebaikan dari orang tersebut. Namun jika kita mengenalnya lebih lama atau kita tinggal dekat dengannya bisa jadi semua kejelekan dari orang tersebut akan dengan mudah kita ketahui. Tentu saja dalam hal ini konflik yang terjadi sering kali terjadi pada orang-orang yang telah lama saling mengenal atau berdekatan tempat tinggalnya.
Sebagai contoh, ketika kita bertemu dengan seseorang, seringkali yang kita pahami dan kita nilai adalah wajahnya, dalam hal ini bukan dari segi kegagahan atau kecantikannya namun dari raut muka ketika kita bertemu dengan orang tersebut. Apa jadinya jika raut muka seseorang yang kita jumpai ternyata cemberut atau memberikan raut muka yang tidak mengenakan kita? Pasti kita akan merasa bahwa orang tersebut sedang marah dengan kita atau sedang tidak suka dengan kita. Benarkah demikian? Tentu saja kita harus dipikir ulang ketika kita akan menghukumi kejadian seperti ini. Dalam ranah agama kita harus mengedepankan husnudzan daripada su'udzan. Maka dalam hal ini raut muka seseorang yang berjumpa dengan kita dengan wajah yang tidak nyaman dilihat, belum tentu orang tersebut tidak suka dengan kita. Bisa jadi ia memiliki banyak masalah di rumah, sedang sakit atau ada masalah dengan orang lain, sehingga mukanya cemberut dan menyiratkan adanya permasalahan. Nah…. Dari sini sudah selayaknya sebagai seorang muslim kita harus mengedepankan husnudzan daripada su'udzan, artinya kita harus mengedepankan sikap positif tinking daripada negative tinking. Maka sikap orang lain dalam raut muka yang cemberut atau cuke dengan kita tidak bisa dimaknai bahwa dia tidak suka atau marah dengan kita.  
Sebaliknya jika hal ini terjadi pada orang-orang di sekitar kita yang memang sering mengecewakan kita atau mengganggu kita. Bagaimana cara kita menyikapinya? Tentu saja sama dengan sikap sebelumnya bahwa bisa jadi seseorang bersikap demikian karena memang karakternya seperti itu atau bisa jadi ia bersikap demikian karena memiliki masalah pribadi yang belum bisa diselesaikan.
Saya sendiri pagi ini bertemu dengan seorang teman kerja, cuman sepertinya sikap dan raut mukanya kurang bersahabat. Saya sih cuek aja dan lebih mengedepankan berpikir positif sehingga biarkan saja ia bersikap demikian bisa jadi memang seperti itu karakternya, atau ia sedang banyak masalah atau bisa juga ia memang ada masalah dengan kita. Yang pasti kita jangan sampai terjatuh kepada sikap negative tinking kepadanya sehingga justru membuka pintu syaithan untuk mngobarkan sikap permusuhan.
Ada lagi teman kerja saya yang secara perilaku orangnya sangat pendiam, jarang bicara dan ketika bicarapun sering sekali tidak sepadangan dengan saya. Di sinilah lagi-lagi kita diuji dari segi kedewasaan dan ke-positifan dalam berfikir. Kita harus bisa mnemahami bahwa sikap dan perilakunya adalah memang demikian jadi kita jangan mudah tersinggung jika mendapati sikapnya yang tidak mengenakan kita.  
Dari sini kita memang dituntut untuk lebih bisa bersikap dewasa, terutama dalam menyikapi orang-orang di sekitar kita. Bisa jadi kita sudah berbuat baik kepada orang lain, namun justru balasan dari orang lain tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kuncinya adalah saling mengerti dan memahami perilaku dan sikap dari orang-orang di sekitar kita. Mari kita saling memahami dan berusaha untuk berpikiran positif… Wallahu a'lam.  

Minggu, 29 April 2012

Referensi Ushul Fiqh dan Kaidah Fiqhiyyah

مصادر القواعد الفقهية في مذهب الحنفي
التاريخ
[35]
إسم المؤلف
أسماء الكتب
النمرة
260-340 هـ
عبيد الله بن الحسن الشهير بأبي الحسن الكرخي
أصول الكرخي
1
430 هـ
عبيد الله بن عمر بن عيسى أبو زيد الدبوسي
تأسيس النظر
2
970 هـ
زين الدين بن إبراهيم بن محمد الشهير بابن نجيم
الأشباه والنظائر
3
1176 هـ
محمد بن محمد بن مصطفى الخادمي
خاتمة مجامع الحقائق
4
1292 هـ
لجنة من علماء الدولة العثمانية
مجلة الأحكام العدلية
5
1305 هـ
محمود بن محمد المعروف بابن حمزة الحسيني
الفرائد البهية في القواعد
6
عدم التاريخ
محمد عميم الإحسان المجددي (بنغلاديش)
قواعد الفقه
7
مصادر القواعد الفقهية في مذهب المالكي
التاريخ
إسم المؤلف
أسماء الكتب
النمرة
361 هـ
محمد بن حارث بن أسد الخشني
أصول الفتيا
1
684 هـ
أحمد بن أبي العلاء إدريس الشهير بالقرافي
الفروق
2
758 هـ
محمد بن محمد بن أحمد المقري
القواعد
3
914 هـ
أحمد بن يحيى بن محمد التلمساني
إيضاح المسالك
4
معاصر
أبو القاسم بن محمد بن التواني
الإسعاف بالطلب
5
مصادر القواعد في مذهب الشافعي
التاريخ
إسم المؤلف
أسماء الكتب
النمرة
577 – 660 هـ
عز الدين عبد العزيز بن عبد السلام
قواعد الأحكام في مصالح الأنام
1
716 هـ
محمد بن عمر بن مكي المعروف بابن الوكيل
كتاب الأشباه والنظائر
2
761 هـ
خليل بن كيكلدي العلائي
المجموع المذهب
3
792 هـ
محمد بن سليمان الصرخدي الشافعي
مختصر قواعد العلائي
4
834 هـ
محمود بن أحمد المعروف بابن خطيب الدهشة
مختصر قواعد العلائي
5
771 هـ
تاج الدين عبد الوهاب بن علي السبكي
الأشباه والنظائر
6
794 هـ
محمد بن بهادر بن عبد الله الزركشي
المنثور في ترتيب القواعد الفقهية
7
941 أو 947 هـ
شراج الدين عمر بن عبد الله العبادي
شرح قواعد الزركشي
8
804 هـ
عمر بن علي بن أحمد المعروف بابن الملقن
الأشباه والنظائر
9
829 هـ
أبو بكر بن محمد الحصني
القواعد
10
911 هـ
جلال الدين عبد الرحمن بن أبي بكر السيوطي
الأشباه والنظائر
11
عدم التاريخ
محمد بن أبي بكر بن سليمان البكري الشافعي
الإستغناء في الفرق والإستثناء
12
مصادر القواعد الفقهية في المذهب الحنبلي
التاريخ
إسم المؤلف
أسماء الكتب
النمرة
661 – 728 هـ
تقي الدين أحمد بن عبد الحليم بن تيمية الحراني
القواعد النورانية الفقهية
1
771 هـ
أحمد بن الحسن الشهير بابن قاضي الجبل
القواعد الفقهية
2
795 هـ
عبد الرحمن بن شهاب الشهير بابن رجب الحنبلي
تقرير القواعد وتحرير الفوائد
[36]
3
909 هـ
يوسف بن عبد الهادي الشهير بابن المبرد الصالحي
القواعد الكلية والضوابط الفقهية
4
1309 – 1359 هـ
أحمد بن عبد الله بن الشيخ محمد بشير القاري
مجلة الأحكام على مذهب أحمد بن حنبل
5