Selasa, 31 Januari 2023

Pesan Berharga dari Orang Ketiga

Oleh: Misno bin Mohamad Djahri


 

Rumah tangga penuh dengan romantika, dari suka cita di awal berkeluarga hingga duka nestapa sepanjang hari-harinya. Doa-doa yang diucapkan kepada pengantin baru agar menjadi keluarga yang Sakinah mawadah wa rahmah adalah dambaan setiap pasangan, menginginkan keluarga yang damai sejahtera penuh tawa ria serta tidak ada orang ketiga yang mengganggunya. Namun, kehidupan bersama antara suami dan istri yang terus-menerus dari hari ke hari tentu saja menyisakan berbagai tantangan dan cobaan. Orang ketiga adalah salah satu sebab utama retaknya hubungan keluarga. Pertanyaannya adalah “Salah siapa ketika orang ketiga itu ada?”

Orang ketiga yang dimaksud adalah orang lain yang mencoba masuk ke dalam hubungan pasangan suami istri, khususnya yang tidak sah secara agama dan perundang-undangan di Indonesia. Mereka hadir baik dengan sendirinya atau karena “diundang” oleh salah satu dari pasangan dalam keluarga. Permasalahan utama adalah kenapa orang ketiga nampak lebih sempurna dari pasangan kita? Terkadang pula orang ketiga itu ada karena kesalahan dari salah satu pasangan dalam sebuah keluarga.

Pesan dari orang ketiga adalah sebuah fakta bahwa orang ketiga yang hadir dalam sebuah keluarga membawa misi untuk masuk menjadi bagian dari mereka. Jika caranya dibenarkan oleh agama tentu tidak menjadi masalah, namun kebanyakan menyelisihi aturan agama hingga menjadi “duri” dalam sebuah rumah tangga. Tentu kehadirannya tidak diinginkan oleh setiap pasangan, tapi pesonanya terkadang membuat sebagiannya terlena hingga lupa akan pesan yang dibawa oleh orang ketiga.

Menjawab pertanyaan tentang siapa yang salah ketika ada orang ketiga, tentu saja yang salah pertama adalah orang ketiga itu. Apalagi jika kehadirannya dalam keluarga tidak sesuai dengan aturan agama, maka dia adalah benalu bagi keluarga itu. Namun tidak selamanya kesalahan dari satu pihak, tapi kesalahan juga pada pasangan suami istri dalam keluarga itu. Misalnya kesalahan dari pihak yang berinteraksi dengan orang ketiga lebih besar dari pasangannya. Bukan berarti pasangannya itu tidak salah, justru kenapa muncul pihak ketiga juga terjadi karena salah satu dari mereka tidak mampu untuk melaksanakan “kewajibannya” sebagai pasangan yang sah secara agama.

Inilah justru yang banyak terjadi pada pasangan dalam keluarga ketika ada orang ketiga, bahwa orang ketiga itu lebih segalanya dalam hal “layanan” menjadi rahasia bersama. Maksudnya adalah bahwa orang ketiga seringkali memberikan “layanan” yang lebih dari “layanan” yang diberikan oleh salah satu pasangan dalam keluarga. Alasannya beraneka rupa, dari mulai usia yang semakin menua, bosan dengan yang ada atau sudah tidak ada lagi “rasa” dengan pasangannya.

Hati-hatilah dengan alasan-alasan itu, karena pesan dari orang ketiga adalah “layani pasanganmu sebagaimana yang ia inginkan, berikan semua yang dimiliki dan penuhi semua yang diharapkannya. Karena jika tidak maka kami (orang ketiga) akan memberikan semua itu pada pasangan sah-mu”. Itulah pesan dari orang ketiga dalam sebuah keluarga, bagaimana ternyata layanan mereka memang lebih dari yang ada sehingga banyak manusia yang lemah agamanya mudah terjerat dalam bujuk rayunya.

Mungkin sebagian beralasan sekadar menyalurkan Hasrat, karena di rumah sudah tidak lagi memberikan apa yang diinginkan. Sementara sebagian pasangan selalu beralasan dengan usia yang menua, tidak ada lagi “rasa” hingga melupakan hak dan kewajibannya sebagai pasangan dalam keluarga. Sehingga, berhati-hatilah dengan pesan dari orang ketiga ini, bisa jadi ia hadir dalam keluarga kita, ketika salah satu dari kita tidak lagi melaksanakan hak dan kewajibannya.

Tentu saja kita selalu berdo’a agar orang ketiga itu tidak pernah ada dan tidak pernah hadir dalam keluarga, ya… berdoa dan tentu saja berusaha dengan tetap melaksanakan hak dan kewajiban sebagai pasangan walaupun hal itu bukan yang utama tetapi menjadi kunci keharmonisan keluarga. Walaupun puluhan tahun berkeluarga. Wallahu a’alam. 31012023.  

Bukan Burung Beo yang Bisa Membaca Al-Qur’an

Oleh: Misno Mohd Djahri

 


Allah Ta’ala telah menciptakan alam semesta dan segala yang ada di dalamnya tidaklah sia-sia, ada hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari mereka oleh manusia sebagai makluk paling mulia. Salah satu dari ciptaan Allah Ta’ala yang memiliki keistimewaan adalah burung yang mampu “berbicara” atau meniru suara manusia, diantaranya ada burung beo, parkit, nuri kepala hitam, beo amazon (amazon parrot), bayan quaker a.k.a parkit, parkit bergaris merah (rose-ringed parkeet), Parrot (Kakatua) abu-abu Afrika, blu front amazon, yellow-cromned amazon, yellow-naped amazon serta beberapa burung lainnya. Burung yang paling populer adalah burung beo yang mampu menirukan kata-kata yang diucapkan oleh manusia. Bahkan beberapa dari burung itu mampu menirukan bacaan al-Qur’an.

Namun tentu saja ucapan kata, kalimat hingga bacaan yang dikeluarkan oleh burung beo tidaklah sejelas yang diucapkan oleh manusia. Lebih dari itu adalah burung-burung itu tidak memahami apa yang diucapkannya baik dari kata, kalimat juga ayat al-Qur’an. Mereka dan mengeluarkan kata-kata yang baik seperti al-Qur’an, tetapi tidak mengetahui dan memahami arti dan maknanya.

Inilah yang terjadi pada sebagian umat Islam, di mana mereka membaca al-Qur’an ataupun hadits Nabi tetapi tidak mengetahui arti dan maknanya. Tidak jauh berbeda dengan burung beo dan yang sejenisnya di mana burung-burung itu mampu melafadzkan sebuah kata dan ucapan tetapi tidak mengetahui arti dan maknanya. Maka, umat Islam bukan burung beo yang bisa menirukan ayat-al-Qur’an tetapi tidak tahu arti dan maknanya. Bukan pula muslim yang mampu membaca al-Qur’an tetapi juga tidak tahu makna yang dibacanya.

Padahal jelas sekali Allah Ta’ala telah berfirman:

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” QS. Shad: 29.

Pelajaran dari ayat-ayat al-Qur’an yang dibaca adalah dengan mengetahui artinya serta memahami maknanya. Bukan hanya membaca tapi tidak paham maknanya, sehingga bagaimana mungkin seorang muslim mendapatkan pelajaran jika ketika membaca al-Qur’an tidak paham maknanya.

Faktanya masih banyak umat Islam yang membaca al-Qur’an baik di dalam shalat dan di luarnya yang tidak paham apa yang dibacanya. Padahal ini menjadi hal penting agar seorang muslim yang membaca al-Qur’an mendapatkan pelajaran dari apa yang dibacanya. Bagaimana solusinya?

Pertama, pastikan dulu bahwa setiap muslim mampu membaca al-Qur’an dalam makna mengeja huruf-huruf yang ada di dalam mushaf. Keutamaannya sangat banyak, sebagaimana riwayat dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

Siapa yang membaca satu huruf dari al-Quran maka dia mendapat satu pahala. Dan setiap pahala itu dilipatkan menjadi 10 kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf, tapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf. HR. Turmudzi.

Setelah mampu untuk membaca al-Qur’an dalam Bahasa Arab, selanjutnya adalah belajar Bahasa Arab sebagai Bahasa al-Qur’an, agar ia dapat memahami secara langsung ayat-ayat di dalam al-Qur’an. Apabila ia belum mampu maka dapat membaca terjemahannya sehingga tahu artinya secara Bahasa, walaupun hal ini juga harus berhati-hati jangan sampai terjemahan yang digunakan tidak tepat. Apabila ingin lebih mendalam maka bacalah tafsir dari ayat-ayat al-Qur’an tersebut dari buku-buku (kitab) tafsir yang mu’tabar dan bisa dipertanggungjawabkan. Tentu saja bimbingan dari seorang guru menjadi sebuah keniscayaan dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an.

Walaupun demikian, Imam As-Shan’ani pernah menyatakan,

إن فهم كثير من الآيات والأحاديث بمجرد قرعها الأسماع لا يحتاج إلى علم النحو ولا الأصول، فترى العامة يسمعون القرآن فيفهمونه بل ربما كان أثره في قلوبهم أعظم من المجتهدين

Memahami kandungan umum dari ayat al-Quran dan hadis ketika pertama mendengar, tidak butuh ilmu nahwu dan ushul fiqh. Anda bisa lihat, masyarakat awam mendengar al-Quran dan mereka bisa memahaminya. Bahkan bisa jadi pengaruh dalam hatinya lebih besar dibandingkan yang terjadi para ulama mujtahid.

Maka, bagi umat Islam janganlah seperti burung beo yang mampu menirukan atau membaca ayat-ayat al-Qur’an tetapi tidak memahami arti dan maknanya. Wallahua’lam, 31012023.

Senin, 30 Januari 2023

Mari Menanam Kebajikan...

Oleh: Misno bin Mohamad Djahri


 

Manusia di dunia pada hakikatnya berada dalam perjalanan, sebuah perjalanan panjang yang sudah melalui dua alam yaitu alam ruh (arwah) dan alam Rahim. Perjalanan selanjutnya manusia akan menuju alam barzakh yang kemudian sampai ke alam akhirat dengan ujungnya surga atau neraka. Maka perjalanan ini tentu saja membutuhkan perbekalan, dunia adalah tempat untuk menyiapkan perbekalan tersebut. Salah satu cara untuk menyiapkan perbekalan adalah dengan menanam segala bentuk kebajikan.

Sebuah perkataan yang penuh bijak menyebutkan “Dunia adalah Ladang Akhirat”, maka sebagai ladang mari kita menanam segala bentuk kebajikan. Langkah awal dalam menanam kebajikan adalah dengan memilih bibit unggul, maka dalam hal ini bibit itu adalah amal baik yang telah dihasilkan dari pendapat para ulama yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah. Selanjutnya bibit ini ditanam di ladang yang telah disiapkan dengan segala bentuk pengorbanan kerja keras. Dunia sebagai ladang harus disiapkan dengan penuh kesungguhan, tidak main-main dan memahami hakikatnya. Dengan ini diharapkan benih kebajikan yang disemai akan tumbuh, berkembang dan pada akhirnya menghasilkan sesuai dengan yang diharapkan.

Ketika benih kebajikan sudah mulai tumbuh, maka rumput dan segala bentuk hama bermunculan. Tugas kita adalah membersihkan rumput yang tumbuh disekitarnya tanpa kita kehendaki, ia harus dihilangkan karena akan mengganggu pertumbuhan amal kebajikan. Hama yang berasal dari hewan-hewan lainnya juga harus dikendalikan agar pertumbuhannya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Banyak cara untuk membersihkan rumput dan gangguan hama, bisa dengan cara alami atau menggunakan obat-obatan kimia yang tidak mengganggu tumbuhan amal kebajikan.

Ketika amal kebajikan mulai berbunga atau berbuah, maka gangguan bisa jadi kembali datang. Burung-burung yang mengambil sebagai makanan, atau serangga yang membuat sarang di ladang adalah contoh gangguan yang harus dikendalikan. Belum lagi tangan-tangan nakal dari anak-anak jalang atau orang-orang yang kurang pemahaman keagamaan. Maka menjaganya dari segala bentuk gangguan adalah kewajiban dari pemilik ladang.

Jika semua gangguan sudah dilalui, maka bersiaplah hari panen raya tiba, di mana tanaman kebajikan kita akan memberikan hasilnya, bisa jadi ia dapat dinikmati dunia tetapi yang lebih utama adalah amal kebajikan yang akan diberikan pahala di akhirat sana, yaitu surgaNya serta dapat memandang agung wajahNya. Semoga Allah ta’ala mengabulkan kita semua memanen pahala sebagai hasil tanaman kebajikan kita di dunia. Aameen Ya Rabbal aalaameen 30012023.

Maka Kemanakah Kamu akan Pergi?

Oleh: Aisyah As-Salafiyah



Kenapa kita melakukan sebuah aktivitas?

Kapan kita rela meluangkan waktu kita untuk sesuatu?

Mengapa kita menyusun target hidup?

Apa yang ingin kita capai dalam hidup?

 

Kalau mengikuti kebanyakan manusia (yang mana amat sangat memungkinkan untuk salah dan terus berubah seiring berkembangnya zaman), alurnya yaitu sesederhana; lahir, tumbuh, bermain, belajar, kuliah, bekerja, menikah, menjadi orangtua, pensiun, wafat.. lupakan dulu soal sekolah bagus atau tidak, perusahaan bonafit atau tidak, tempat tinggal dan kendaraan mewah atau sederhana.. itu hanya soal pilihan dan kemampuan..

Tapi, setelah tercapai semua itu.. lalu apa?

Aktualisasi diri? Melakukan yang kita suka? Menjadi diri sendiri? Rekognisi dari orang lain?

Masya Allah, bagaimana jika ternyata.. kita wafat sebelum mencapai apa yang kita inginkan tersebut? Katanya, agar meninggal tanpa penyesalan karena minimal sedang dalam proses usahanya.. tapi kalau tidak melibatkan Allah, bagaimana nanti saat dihisab, untuk apa usiamu dihabiskan?

Memikirkan dunia terlalu banyak akan membuat frustasi, itu fakta. Uang bukan solusi, bahkan seringkali uang justru jadi sumber masalah.

Karenanya, mari kita, sebagai seorang Muslim, melihat kembali peta panjang kehidupan kita.. merefleksikan lagi siapa yang menciptakan kita, untuk tujuan apa, dan bagaimana akhirnya..

Jadikanlah setiap aktivitas kita ibadah, bukan hanya aktualisasi diri.. harus setingkat lebih tinggi, tujuan nya bukan hanya pencapaian dunia, tapi juga pencapaian akhirat.. karena Allah melihat proses, adapun hasilnya, Allah yang menentukan..

Jangan lagi bergantung pada apa yang kita suka atau kita inginkan, tapi dasarkan rasa suka atau ingin itu pada apa yang Allah suka atau ingin.. karena kita tidak akan mampu mencapai nya tanpa pertolongan Allah. Bahkan bernafas atau melihat atau mendengar saja, kita tidak akan mampu tanpa izin Allah. Laa Haula wa laa quwwata Illa Billah..

Jangan juga berusaha menjadi diri sendiri, karena sekali lagi, bergantung pada diri sendiri bisa salah atau kalah.. kita manusia yang punya hawa nafsu dan selalu diberikan was-was oleh syaitan, dan keduanya mengajak kepada keburukan.. jadilah kita sebagaimana yang Allah Ridha, dan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam contohkan.. karena petunjuk Nya tidak akan pernah salah.. dan kitapun tenang karena telah berpedoman pada Dzat yang abadi.. Ingat di surat Al-Ikhlas, Allahusshamad.. Allah adalah satu-satunya tempat bergantung.

Terakhir, rekognisi dari oranglain. Tahukah kita bahwa hati orang bisa berubah-ubah seketika tergantung oleh banyak hal? Bisa jadi hari ini dia menyukai kita dan besok membenci kita.. hanya karena mood nya terpengaruh oleh kondisi internal maupun eksternal nya, padahal bisa jadi kita tidak berubah sama sekali.. karenanya, kita yang perlu menentukan apa yang harus diterima dan ditolak, mana yang harus didengarkan, mana yang tidak.. tentunya dengan pertimbangan aturan Allah juga.. misalnya, ucapan orangtua, tentu saja harus selalu diperhatikan dan ditaati selama bukan dalam hal keburukan atau maksiat..

Perbedaan sudut pandang terhadap aktualisasi diri atau ibadah ini, akan berpengaruh pada bagaimana kita bertindak, bagaimana kita berusaha, bagaimana kita bercita-cita.. dan ini adalah satu topik yang saat ini sedang kuhadapi. Menjadi seorang mahasiswa Pascasarjana dan juga seorang isteri.. banyak yang mengatakan bahwa sayang sekali ijazahnya jika tidak digunakan untuk berkarir, padahal banyak kesempatan yang terbuka.. terus untuk apa mengambil S2 kalau akhirnya hanya jadi ibu?

Hey, tunggu. Sebelum aku menjawab semua itu, rasa-rasanya aku yang perlu bertanya dahulu, jadi selama ini belajar, sekolah dan kuliah kita tujuannya hanya untuk bekerja saja? Mengumpulkan uang yang bahkan nominal dari rezeki kita setiap harinya sudah Allah tentukan?

Betul, bekerja juga bisa menjadi ibadah.. mengamalkan ilmu yang kita miliki, mendapatkan hasil yang bisa kita gunakan untuk membahagiakan orang-orang yang kita sayangi.. tapi jangan lupa, sekali lagi, panjangkan niat tersebut sampai kepada Allah. Ikhlas betul-betul mengerjakannya sebagai ibadah, atau mungkin kewajiban jika memang kondisinya mengharuskan (misalnya anak perempuan yang mengurus orangtua yang sudah renta dan adik-adik yang masih kecil, tidak ada yang bisa membantu mencari nafkah).. karena dengan hati yang ikhlas, kita akan menyadari bahwa tugas kita, kewajiban kita, ibadah kita adalah berusaha sebaik-baiknya.. sedangkan hasilnya, kita serahkan kepada Allah, karena Allah tau mana yang terbaik untuk kita. Jadi, tidaklah kita besar kepala jika hasilnya banyak, pun tidak berkecil hati jika hasilnya sedikit.. karena yang dilihat dari kita, yaitu besar kecilnya usaha kita, bukan besar kecilnya hasil..

Di antara hal yang seringkali kita lupakan, bahwa kita memiliki tugas peradaban, menjadi Khalifah di bumi, memakmurkan bumi, dengan perannya masing-masing.. kadang kita belum tau apa peran yang Allah titipkan pada kita, hal yang bermanfaat bagi diri kita dunia akhirat maupun bagi ummat, namun.. Allah akan mengarahkan kita, karena itu kita perlu selalu meminta petunjuk-Nya.. Allah akan menempatkan kita di tempat, bersama orang-orang, di suatu waktu yang kadang tidak kita sangka-sangka, tapi itulah saat bagi kita untuk belajar menerima dan menjalani sebaik-baiknya.. baik itu dimana kita sekolah, dimana kita kuliah, jurusan yang kita tekuni, perusahaan tempat kita bekerja, orangtua dengan karakter nya masing-masing, lingkungan sekitar kita, pasangan kita, anak-anak kita, rumah kita, kendaraan kita, jabatan yang kita duduki, dan semuanya.. sama seperti nabi Musa yang memiliki kelebihan dalam kekuatan fisik, namun Allah perintahkan ia untuk berdakwah pada Firaun dengan kalimat yang lembut, yah.. boleh jadi itu bukan passion atau bidangnya, tapi beliau tetap berusaha melaksanakan nya, dan Allah melihat proses tersebut, ketika nabi Musa telah berusaha sebaik mungkin, totalitas mengerjakan perintah Allah, hingga akhirnya terdesak lari ke laut dan nampak tidak ada jalan keluar lagi, nabi Musa yakin ada Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.. dan demikianlah, seperti cerita yang telah dicantumkan dalam Al-Qur'an, bahwa Allah belah laut itu untuk menjadi jalan keluar nya..

Sungguh, begitu juga nabi-nabi lain mengajarkan kita tentang tawakkal.. nabi Ibrahim yang dibakar dalam api dan kemudian menjadi dingin, nabi Yunus yang ditelan ikan paus dan kemudian Allah selamatkan, nabi Ismail yang akan disembelih dan kemudian Allah gantikan dengan sembelihan besar..

Janji Allah tidak pernah salah, Allah tidak akan membebani seseorang diluar batas kemampuannya. Implikasinya adalah, dimanapun Allah menempatkan kita, di posisi apapun, bersama siapapun, Allah telah membekali kita dengan kemampuan yang cukup.. tinggal bagaimana kita, apakah mau atau tidak menjalani nya..

Karenanya, ketika Allah Maha Kuasa menempatkan aku dulu sebagai seorang mahasiswa, aku diberikan kesempatan untuk belajar, yang bisa kulakukan adalah berusaha sebaik-baiknya.. melakukan apa yang memang seharusnya dilakukan oleh penuntut ilmu, sebagai bentuk ibadah, bukan hanya apa yang diminta oleh kampus.. hingga Allah mudahkan aku untuk lulus dengan baik, Alhamdulillah..

Demikian juga, saat aku lulus, aku bekerja di beberapa tempat, awalnya ingin memanfaatkan ilmu yang pernah kudapat, mengamalkannya, dan memberi manfaat, membahagiakan orangtua.. hingga aku baru melihat bagaimana dunia begitu menyilaukan.. tidak ada lagi yang mengatur atau membimbing kita seperti di sekolah atau kampus, kita harus belajar mengatur dan mengendalikan diri sendiri.. aku dengan latar belakang hukum ekonomi syariah, mulai mencoba berbagai bidang dari yang mulai posisi dengan gaji 1 juta per bulan, 1.5 juta, 2.5 juta, 4 juta, 6 juta, hingga 10 juta.. ambisi ku terus meningkat, hingga akhirnya, Allah selamatkan aku dari angan-angan tidak berakhir tersebut..

Saat ini, Allah posisikan aku menjadi seorang isteri. Aku bekerja di rumah, pekerjaan rumah tangga, dengan suamiku sebagai satu-satunya atasanku. Lalu hasil yang kudapatkan? Hmm, kalau bisa disebut, aku akan menyatakan bahwa hasilnya worth it.. tidak ada angka pasti, karena aku merasa ada banyak ketenangan dan keberkahan yang tidak bisa dikuantifikasi.. dan yang terpenting, aku merasa cukup, Alhamdulillah.

Kemudian, bagaimana dengan karirku?

Karirku adalah menjadi ibu rumah tangga.

Aku punya ibadah sekaligus kewajiban yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Bagaimana aku menjadi pemimpin di rumah, apakah aku taat pada suami, apakah aku sudah membahagiakan nya dengan penampilan bahkan ucapan, apakah aku mendapat Ridha nya. Inilah ibadahku sekarang..

Aku tidak lagi bekerja untuk pimpinan perusahaan manapun, tapi aku bekerja untuk pimpinan rumah tanggaku, suamiku. Karena inilah ibadah prioritas bagi seorang isteri.. bukan, bukan karena yang lain dilarang, tapi aku pribadi, memutuskan untuk fokus dalam bidang ini, mungkin, boleh jadi, disinilah peran peradaban ku.. Aku ingin ketika aku wafat, suamiku Ridha padaku, sehingga aku bisa menjadi bagian dari para isteri yang dibolehkan memilih pintu Syurga manapun yang ia inginkan karena telah memenuhi kewajibannya pada Allah dan Rasul-Nya, kemudian suaminya.

Meski, tentu saja, keadaan ini tidak sama bagi semua orang.

Di saat menulis tulisan ini, aku sedang mengandung dengan usia hampir mencapai 9 bulan.. tentu saja ada banyak kekhawatiran, terlebih aku masih minim ilmu tentang kehamilan dan persalinan, meski Alhamdulillaah ada berbagai kelas online yang tersedia dan sangat membantu.. Namun, bagiku, dan bagi semua calon ibu, di samping mempelajari hypnobirthing, prenatal yoga, latihan nafas, afirmasi positif, komunikasi dengan janin, ada hal yang harus diingat lebih dulu, hal yang untukku jauh lebih memiliki efek menenangkan.. yaitu, kesadaran bahwa kita tengah beribadah, berjihad untuk menjadi seorang ibu.. dan sekali lagi, ketika Allah memberi kita amanah ini, Allah berikan juga segala potensi yang kita butuhkan untuk melaluinya, insya Allah.. Allah Maha Baik, insya Allah, Allah mudahkan kita semua untuk melahirkan, menyusui, dan mendidik generasi Rabbani yang berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah..

Menjadi seorang ibu, adalah sebuah amanah yang luar biasa besar. Melalui rahim seorang ibu, seorang manusia akan terlahir, sosok yang kelak, tergantung bagaimana orangtuanya akan mendidiknya, namun berpotensi untuk menjadi penerus estafet kekhalifahan dan ibadah kita di bumi.. sosok yang jika dibimbing dengan cinta pada Allah dan Rasul-Nya, tidak mustahil untuk menebarkan kebaikan dan mengharumkan Islam dengan karya-karyanya seperti para syuhada dan ulama dahulu. Mendidik calon pemimpin Rabbani seperti itu, tentu butuh pendidikan yang baik, terencana dengan matang, diimplementasikan secara kontinyu dan dievaluasi secara berkala. Miris sekali melihat berbagai berita di media yang menunjukkan permasalahan yang diakibatkan oleh generasi saat ini, semoga Allah melindungi kita dari segala keburukan.

Maka ketika kita Allah berikan kesempatan untuk memegang posisi seorang ibu, madrasah pertama bagi anak, yuk kita optimalkan. Usahakan semaksimal mungkin agar kelak dapat mencetak generasi yang taat Allah dan Rasul-Nya, berakhlak mulia dan berjuang menebarkan maslahat yang lebih luas, menjadikan bumi Allah sebagai tempat yang lebih baik. Inilah salah satu jejak peradaban yang bisa kita tinggalkan. Inilah amanah besar yang Allah titipkan. Inilah ibadah yang ingin betul-betul aku tekuni, Insya Allah. Berusaha yang terbaik dalam setiap detailnya. Mulai dari merancang kurikulum pendidikan agama, memilihkan lingkungan dan teman yang mendukung dalam kebaikan, pembiasaan adab akhlak mulai dari rumah, menanamkan kecintaan kepada Allah, Rasul-Nya, Iman, Islam dan sejarah, memfilter apa yang dilihat, didengar dan disentuh, hingga hal-hal harian seperti pemilihan pakaian yang syar’i dan menutup aurat tapi tetap nyaman, demikian juga makanan dan camilan sehat yang tetap enak. Karena aku yakin, semakin kita bersungguh-sungguh dalam suatu kebaikan, Allah yang Maha Melihat juga akan membalas dengan kebaikan, walau sebesar biji zarrah.

Sebagai penutup, aku ingin berpesan bahwa kita tetap dapat berperan, berkarya, produktif dalam bidang apapun yang kita suka, selama tidak bertentangan dengan aturan Allah dan Rasul Nya.. kemudian, niatkan itu untuk ibadah, untuk mendapatkan pahala dan keridhaan Allah, untuk memenuhi peran kita sebagai Khalifah di muka bumi, untuk memberi manfaat bagi ummat, untuk menjadi peninggalan amal yang tidak terputus bahkan ketika kita wafat..

Karena kesuksesan abadi, adalah ketika kita mendapatkan akhir kehidupan yang baik, Husnul khatimah, dapat menampakkan kaki di Syurga bersama orang-orang yang kita sayang, tanpa hisab, dijauhkan dari api neraka, dan dilindungi di alam kubur..

Allah berfirman:

فَاَ يْنَ تَذْهَبُوْنَ 

"maka ke manakah kamu akan pergi?" (QS. At-Takwir 81: Ayat 26)

Mari sebelum melangkah kembali, kita pikirkan dulu baik-baik..

 

People pleaser? Please No. Be Allah pleaser.

Percaya diri? Please No. Percaya Allah.

Do what you love? Please No. Do what Allah loves.

 

Semoga Allah berkahi kehidupan kita, langkah kaki kita, semoga Allah berkahi setiap rizki, ilmu, harta, hati, keluarga dan setiap apapun yang kita miliki, yang telah Allah titipkan untuk kita didunia ini.. Semoga Allah berikan kemudahan untuk urusan dunia dan akhirat kita semua..

 

Aamiin Allahumma Aamiin.

Persahabatan: Belajar Menyeimbangkan Mizan (Timbangan)

Oleh: Misno bin Mohamad Djahri

 


Persahabatan adalah sebuah kata-kata indah yang penuh dengan makna, ia adalah ikatan antara dua orang atau lebih dalam sebuah persamaan dalam berbagai hal. Sahabat menjadi tema dalam berbagai karya sastra, lagu, film dan berbagai hasil karya manusia. Sahabat sejati menjadi pribadi yang begitu berarti bagi banyak insani, hingga banyak yang berharap memiliki.

Namun, seorang sahabat -bagaimanapun baiknya- adalah manusia biasa, yang tidak lepas dari kesalahan dan alpha. Faktanya persahabatan yang terjalin bertahun-tahun selalu mengalami naik turun, dekat dan jauh, penuh kedamaian dan kadang kesalahpahaman. Ringkasnya bahwa persahabatan tidak lepas dari kesalahpahaman atau berbagai kekurangan yang ada pada masing-masingnya.

Persahabatan yang tidak baik dikenal dengan istilah toxic relationship (hubungan beracun), memang ada beberapa pertemanan yang sejatinya merusak dan merugikan satu pihak atau keduabelah pihak. Jika hubungan seperti ini diteruskan maka orang-orang yang terlibat akan terjatuh dalam kehancuran. Sehingga sebaiknya persahabatan yang toxic harus ditinggalkan. Bagaimana dengan persahabatan yang bercampur-baur antara hal negatif dan positif? Misalnya bersahabat dengan seorang yang terkadang melakukan kesalahan, atau dia termasuk pelaku dosa besar. Bagaimana sikap kita terhadap hal ini?

Persahabatan sudah selayaknya dibangun di atas hal-hal yang positif, karena inilah sejatinya asas sebuah persahabatan. Namun ada saja terkadang sahabat kita melakukan kesalahan, atau diri kita sendiri yang melakukannya bahkan bisa jadi pihak-pihak yang saling bersahabat itu sama-sama melakukannya. Misalnya saja dalam sebuah persahabatan, salah satu dari mereka menghisap rokok, maka sebenarnya ini tidak sehat. Ada juga yang orang-orang yang ada dalam persahabatan ini sama-sama merokok. Apakah persahabatan ini harus diputuskan? Atau tetap dijalankan dengan segala kekurangan?

Kembali kepada sifat dari manusia yang menjadi tempatnya salah dan dosa, maka persahabatan juga terkadang tercemari oleh hal-hal yang tidak diinginkan. Maka bukan memutuskan persahabatan ini, tetapi memberikan nasehat kepada mereka yang melakukan dosa dan kesalahan. Atau bersama-sama berusaha menjadi lebih baik dan meninggalkan segala bentuk dosa dan kesalahan secara bersama-sama. Misalnya kita bersahabat dengan orang yang suka sesama, maka bukan berarti kita harus meninggalkannya tetapi dengan menasehatinya terus menerus dengan berbagai cara agar ia kembali ke fitrahNya. Bagaimana jika keduanya adalah sama, maka berusaha saling memotivasi agar dapat meninggalkan segala kebiasaan yang mengundang murkaNya. Mungkin entah bila, tapi yang pasti sudah ada upaya untuk meninggalkannya atau minimal menguranginya.

Persahabatan yang kita bina apabila ada hal-hal negatif-nya maka cobalah untuk menyeimbangkannya serta lebih baik lagi menambahkan nilai positif juga kebaikan-kebaikan yang akan memberatkan mizan (timbangan) amal baik di akhirat nanti. Ya… mungkin bagi insan yang memiliki persahabatan namun ada noktah-noktah kesalahan di dalamnya, maka berbuat baiklah agar timbangan untuk persahabatan itu akan lebih barat nilai positif-nya daripada negatifnya.

Sebagai manusia, kita hanya berusaha dan terus berusaha agar persahabatan yang kita bina akan membawa kepada keridhaanNya serta memasukan ke dalam surgaNya di akhirat sana. Inilah makna sahabat dunia akhirat, sahabat yang membawa kepada kebaikan di dunia dan juga di akhirat. Wallahu a’lam, 30012023. 

Sahabat Dunia Akhirat (Bag. 2)

Ahmad Berhimin, SE., ME (Putra Lintang)

 


Perkenalan yang tanpa sengaja dengan sahabat say aini sangat berbekas dan selalu teringat segala kebaikan yang terukir. Walaupun sebenarnya hal yang negatif juga terjadi, diantaranya perbedaan pendapat dan perbedaan pandangan akan tetapi kami tidak begitu memdulikannya.

Saya memiliki prinsip dalam hal persahabatan, sehingga saya merasa sahabat saya ini banyak sekali memberikan inspirasi dalam hal yang positif, salah satunya adalah ia selalu mengajari saya bagaimana menjadi penulis yang baik. Jujur saya bangga sekaligus terharu, saya dari awalnya tidak paham dan tidak mengerti bagaimana menulis dan bagaimana merangkai kata dan juga bagaimana menjadikan tulisan itu indah dan juga bagaimana-bagaimana yang lainya.

Sahabat saya ini memberikan motivasi, sehingga saya memberanikan diri untuk menulis. Menulis dari apa aja yang bisa saya tuliskan dan bisa saya tumpahkan di dalam tulisan saya ini. Pertama kali saya menulis di artikelb anyak sekali kesalahan yang saya lakukan, sahabat saya ini langsung protes dan mengoreksi tulisan saya tanpa basa-basi langsung ke saja ke inti permasalahan.

Sahabat saya ini berkomentar “Tulisanmu tidak nyambung kata-katanya, terlalu umum kata-katanya, banyak mengulang kata-katanya, belum ke point langsung, serta terlalu banyak ide yang yang dituangkan sehingga tidak fokus”. Nyesek rasanya mendengar kata-kata juga komentarnya, akan tetapi semua itu adalah proses yang harus saya lalui agar menjadikan saya menjadikan penulis yang benar-benar berkualitas.

Sempat sedih dan juga drop menhadapi kritik dan masukannya, akan tetapi saya bertekad sebagaimana pepatah dalam bahsa Sunda mah nekad bari jeng teu boga modal. Terimakasih sahabatku, salah satu inspirasi saya dalam menulis karena sahabat saya inilah saya bisa menulis yang benar. Semoga kedepannya dari doa sahabat saya ini bisa menjadi penulis yang dihargai dan tulisan saya bisa mejadikan inspirasi bagi banyak orang. Aameen… @ ABEE  280123

Minggu, 29 Januari 2023

Kekhusyu’an dalam Kebelumtentubenaran

Oleh: Misno bin Mohamad Djahri

 


Agama sejatinya memberikan pedoman dan arah bagi umat manusia untuk berlaku hanif (lurus) dalam kehidupannya. Manfaat yang paling kentara dari agama adalah khusyu’ dalam makna damai, tenteram dan nyaman dalam menjalani kehidupan. Namun, banyak juga orang yang merasa  khusyu’ dalam ibadah dan kehidupannya padahal berada dalam kebelumtentubenaran di mana ia merasa nyaman dengan ibadah yang dilakukan padahal belum tentu selaras dengan kehendak ar-Rahman. Apa hal?

Bukan untuk men-judge atau menghakimi ketika seseorang yang beribadah dan beramal tidak selaras denga napa yang telah ditetapkan al-Qur’an dan al-Sunnah namun merasa nyaman. Hal ini banyak sekali kita perhatikan, bagaimana seseorang yang beribadah melakukan kebajikan atau dalam kehidupan yang merasa nyaman tanpa mencoba berfikir ulang tentang ukuran kebenaran yang telah ditetapkan dalam Islam. Merujuk pada firman Allah Ta’ala:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍۢ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌۭ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Qs. al-Nisaa: 59.

Merujuk pada ayat ini maka standar kekhusyu’an dalam beribadah, beragama dan menjalani kehidupan yang nyaman di dunia adalah dengan taat kepada Allah Ta'ala, rasulNya dan ulil amri di anatar kita. jika ada perbedaan pendapat maka kita kembalikan kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Inila ukuran utama untuk menakar kekhusyu’an dan kenyamanan seseorang dalam beragama dan menjalani kehidupan di dunia.

Banyak orang di dunia ini yang juga merasa nyaman dengan berbagai agama yang dipeluknya, padahal ini dibantah Allah Ta’ala dalam firmanNya:

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَٰمِ دِينًۭا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. QS. Ali Imran: 85.

Maka, apabila kita lihat ada manusia yang merasa nyaman, khusyu’ dan damai dalam kepercayaannya terbantahkan dengan ayat ini karena semuanya tertolak kecuali Islam. Ini adalah keyakinan mendasar yang harus ada pada diri umat Islam, bukan eksklusif dan tertutup tetapi keyakinan yang harus diimani oleh setiap muslim.

Demikian pula apabila kita lihat seorang muslim yang melaksanakan sebuah amalan akan tetapi tidak ada syariahnya dalam Islam, maka berlaku sabda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam yang mulia:

عَنْ أُمِّ المُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ رواه البخاري ومسلم وفي رواية لمسلم [ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْه ِأَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ]

Dari Ibunda kaum mukminin, Ummu Abdillah Aisyah –semoga Allah meridhainya- beliau berkata: Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu hal yang baru dalam perkara kami ini yang tidak ada (perintahnya dari kami) maka tertolak. HR. alBukhari dan Muslim. Dalam riwayat Muslim: Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintah kami, maka tertolak.

Kekhusyu’an dalam shalat sudah semestinya merujuk pada syariah yang telah ditetapkan Allah Ta’ala dan rasulNya, khususnya terkait dengan ibadah yang harus ada contohnya dari Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, sebagaimana dalam sebuah kaidah disebutkan:

الأصل في العبادات التحريم

Hukum asal ibadah adalah haram (sampai adanya dalil).

Ibnu Hajar al-Astqalani menjelaskan:

اَلْأَصْلَ فِي اَلْعِبَادَةِ اَلتَّوَقُّف

“Hukum asal ibadah adalah tawaqquf (diam sampai datang dalil).”

Pendapat ini menunjukkan bahwa jika tidak ada dalil, maka suatu amalan tidak boleh dilakukan. Beliau juga menjelaskan dalam bagian lainnya:

أَنَّ التَّقْرِير فِي الْعِبَادَة إِنَّمَا يُؤْخَذ عَنْ تَوْقِيف

“Penetapan ibadah diambil dari tawqif (adanya dalil)”

Kaidah yang sama dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah secara panjang lebar:

إنَّ الْأَصْلَ فِي الْعِبَادَاتِ التَّوْقِيفُ فَلَا يُشْرَعُ مِنْهَا إلَّا مَا شَرَعَهُ اللَّهُ تَعَالَى . وَإِلَّا دَخَلْنَا فِي مَعْنَى قَوْلِهِ : { أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ } . وَالْعَادَاتُ الْأَصْلُ فِيهَا الْعَفْوُ فَلَا يَحْظُرُ مِنْهَا إلَّا مَا حَرَّمَهُ وَإِلَّا دَخَلْنَا فِي مَعْنَى قَوْلِهِ : { قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ رِزْقٍ فَجَعَلْتُمْ مِنْهُ حَرَامًا وَحَلَالًا } وَلِهَذَا ذَمَّ اللَّهُ الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ شَرَعُوا مِنْ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَحَرَّمُوا مَا لَمْ يُحَرِّمْهُ

“Hukum asal ibadah adalah tawqifiyah (dilaksanakan jika ada dalil). Ibadah tidaklah diperintahkan sampai ada perintah dari Allah. Jika tidak, maka termasuk dalam firman Allah (yang artinya), “Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. Asy Syura: 21). Sedangkan perkara adat (non-ibadah), hukum asalnya adalah dimaafkan, maka tidaklah ada larangan untuk dilakukan sampai datang dalil larangan. Jika tidak, maka termasuk dalam firman Allah (yang artinya), “Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal” (QS. Yunus: 59). Oleh karena itu, Allah mencela orang-orang musyrik yang membuat syari’at yang tidak diizinkan oleh Allah dan mengharamkan yang tidak diharamkan.

Merujuk pada penjelasan tersebut maka kekhusyu’an yang dirasakan oleh seseorang atau nampak pada diri seseorang yang melaksanakan amalan ibadah dan ketaatan hendaknya ditimbang dengan ukuran yang benar yaitu al-Qur’an, al-Sunnah dan pendapat mu’tabar dan tsiqah (terkenal dan kuat) dari para ulama Islam. Jangan kita terjebak pada amalan yang belum tentu kebenarannya apalagi terjebak pada kekhusyu’an dakam kebelumtentukebenerannya. Maka, terus belajar dan memahami Islam itulah yang utama dilakukan. Wallahu a’alam, Ahad 29012023.

Sabtu, 28 Januari 2023

Imlek dan Datangnya Musim Penghujan

Oleh: Ahmad Berhimin, SE., ME (Putra Lintang)

 


Cuaca yang cederung basah dan dingin yang sering sekali dikaitkan dengan tahun baru Imlek. Demikian pula musim penghujan terasa sekali nuansanya, padahal kalau kita lihat dan kita amati tidak seperti itu adanya.

Bulan Januari dan Februari di awal tahun biasanya memang identik dengan bulan basah karena pada bulan Januari sampai bulan Mei itu berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) memang masuk dalam musim penghujan, di mana musim penghujan adalah intensitas air hujan yang terjadi lebih banyak dan terkadang melampui kapasitas yang ada.

Karena termasuk dalam bulan musim penghujan, dan penanggalan tahun Imlek bagi orang-orang Tionghoa adalah perayaan tahun pertama setelah pergantian tahun. Perayaan Imlek sangat kental dengan budaya Tionghoa, setiap perayaan tahun baru Imlek selalu terhubung dengan suasana yang hujan karena dalam penanggalan China, pergantian tahun itu selalu terjadi di bulan yang sangat terkait dengan pertanian, karena bagi masyarakat Tionghoa dengan datangnya hujan akan menjadikan kemakmuran.

Oleh karena itu hujan yang terjadi di tahun baru Imlek tersebut  sebenarnya secara budaya Tionghoa memang benar adanya karena terjadi di bulan basah atau musim penghujan dan juga berdasarkan data BMKG hal tersebut terjadi karena pada musim penghujan, jadi wajar kalau datangnya tahun baru Imlek selalu dikaitkan dengan musim penghujan. @ ABEE  280123

Jumat, 27 Januari 2023

Ketika Khinzib Sang Penggoda Hadir dalam Shalat Kita

Oleh: Misno bin Mohamad Djahri

 


Anda yang ketika shalat sering lupa raka’at atau justru teringat dengan hal-hal yang terlupa ketika di luar shalat, jangan khawatir hal itu terjadi bukan hanya pada diri anda saja tetapi terjadi pada hampir semua orang Islam yang melaksanakan shalat.

Lupa dalam shalat baik gerakan atau jumlah raka’at, atau sebaliknya ingat dengan sesuatu yang sebelumnya terlupa adalah godaan setan bagi umat Islam yang sedang melaksanakan shalat. Tidak hanya orang awam, para ulama juga pernah digoda oleh setan dalam shalatnya. Bahkan sekelas para shahabat Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam juga pernah diganggu oleh setan dalam shalat mereka.

Sebuah riwayat dari Utsman bin Abil ‘Ash radhiallahu ‘anhu, Beliau mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengadukan gangguan yang dia alami ketika shalat. Kemudian, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خِنْزِبٌ فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْهُ وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلاَثًا

“Itu adalah setan. Namanya Khinzib. Jika kamu merasa diganggu, mintalah perlindungan kepada Allah dari gangguannya dan meludahlah ke kiri tiga kali.” Kata Utsman, “Aku pun melakukannya, kemudian Allah menghilangkan gangguan itu dariku.” HR. Muslim.

Riwayat ini memberikan ilmu kepada kita bahwa setan yang mengganggu umat Islam ketika sedang shalat adalah Khinzib, ia datang menggoda muslim yang shalat dengan membisikan hal-hal yang tidak ada manfaatnya hingga mereka yang shalat akan terlupa dengan apa yang sedang dilaksanakannya yaitu shalat. Bisa jadi seseorang shalat lupa dalam raka’atnya, bacaannya, rukun atau syarat yang harus dilakukan atau sebaliknya ia dibisiki oleh Khinzib dengan ingatan sebelum dia shalat sehingga teringat dengan sesuatu yang menjadikan shalatnya tidak khusyu’.

Godaan lainnya adalah dimasukan rasa was-was dan keragu-raguan tentang shalatnya, kekhawatiran sudah batal karena buang angin atau seolah-olah telah buang air kecil. Demikian juga kergau-raguan atas shalat yang dilakukan hingga terbawa dalam was-was dan kekhawatiran yang berlebihan. Termasuk di dalamnya menggunakan orang-orang di sekitarnya atau benda-benda lain yang memalingkan dari pandangan ke tempat sujud, yang mengakibatkan ia akan berfikir tentang karpet yang ada di bawahnya, pakaian yang dipakai orang yang ada di depannya hingga hal-hal sepele lainnya yang memalingkan dari kekhusyuan dalam shalat.

Riwayat ini juga memberikan solusi apabila setan yang Bernama Khinzib menggoda kita maka hendaknya kita memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala, misalnya mengucapkan “A’udzubillahi minnasyaithanirajiim” (Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk). Setelah itu meludah tiga kali ke sebelah kiri, yaitu menoleh ke sebelah kiri dengan meludah seperlunya. Tentu saja hendaknya memperhatikan orang lain di sebelah kiri tersebut jika kita shalat berjama’ah, jangan sampai mengenai orang yang ada di sebelah kiri kita. Tentu saja meludahnya tidak seperti meludah dengan mengeluarkan air liur, tetapi seperlunya saja.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan inayahNya sehingga kita akan terhindar dari segala bentuk godaan setan Khinzib dalam shalat kita. Apabila Khinzib datang maka segera berta’awudz (memohon perlindungan kepada Allah ta’ala), semoga shalat kita diterima. Aameen Ya Rabbal ‘aalameen.  27012023.

Shalat Jum’at Berjamaah bersama Setan

Oleh: Misno bin Mohamad Djahri


 

Peristiwa ini terjadi tadi siang, tepatnya saat shalat Jum’at, 27 Januari 2023 di sebuah kampung Kawasan Bogor selatan. Seperti biasa saya memilih shalat jumat bersama dengan masyarakat lokal di sebuah masjid tua di tepi persawahan. Tidak ada hal yang aneh ketika bedug mulai ditabuh, iringan shalawat para jama’ah membawa nuansa khidmat menyentuh kalbu. Setelah bedug selesai ditabuh, dilanjutkan dengan shalat dua rakat yang kata mereka ini adalah qabliyah jum’at. Selanjutnya adzan kedua dikemundangkan di bagian belakang sebelah kanan, selanjutnya khatib maju ke depan dengan memegang tombak di tangan sebelah kanan. Tidak sampai 1,5 menit khutbah pertama selesai dan segera dilanjutkan khutbah kedua yang diiringi dengan adzan untuk segera melaksanakan shalat jumat berjama’ah.

Tanpa menunggu komando setelah iqamat dikumandangkan para jamaah segera berdiri untuk melaksanakan shalat jumat secara berjama’ah, namun ada sebuah keanehan di mana ada dua tempat kosong di shaf depan saya beda satu orang serta di depannya lagi kosong yang cukup untuk satu orang. Sementara di bagian kiri terdapat di ujung shaf kosong padahal muat dua orang, demikian pula di shaf bagian belakang saya ternyata kosong lebih dari tiga tempat. Padahal shaf di belakangnya lagi terisi penuh.

Sejenak saya berfikir, ternyata bagian-bagian yang kosong di shaf-shaf tersebut ditempati oleh setan yang bukan ikut shalat berjama’ah tetapi mengganggu jamaah yang sedang berjamaah. Ini sebagaiman sabda dari Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam:

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنهُمَا : أَنَّ رَسُولَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( أَقِيْمُوا الصُّفُوفَ ، وَحَاذُوا بَيْنَ المَنَاكِبِ ، وَسُدُّوا الخَلَلَ ، وَلِيَنُوا بِأيْدِي إِخْوَانِكُمْ ، وَلاَ تَذَرُوا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ ، وَمَنْ وَصَلَ صَفّاً وَصَلَهُ اللهُ ، وَمَنْ قَطَعَ صَفّاً قَطَعَهُ اللهُ )) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Luruskanlah shaf-shaf kalian, ratakan pundak-pundak kalian, isilah yang kosong, bersikap lemah lembutlah terhadap tangan-tangan saudara-saudara kalian, dan jangan kalian biarkan ada yang kosong untuk diisi oleh setan. Barangsiapa yang menyambungkan shaf, Allah pasti akan menyambungkannya dan barangsiapa yang memutuskan shaf, Allah pasti akan memutuskannya.” HR. Abu Daud dan Nasai.

Riwayat lainnya menjelaskan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyiapkan shaf shalat jamaah dengan memerintahkan,

رُصُّوا صُفُوفَكُمْ وَقَارِبُوا بَيْنَهَا وَحَاذُوا بِالأَعْنَاقِ فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنِّى لأَرَى الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ مِنْ خَلَلِ الصَّفِّ كَأَنَّهَا الْحَذَفُ

“Rapatkan shaf kalian, rapatkan barisan kalian, luruskan pundak dengan pundak. Demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, Sungguh aku melihat setan masuk di sela-sela shaf, seperti anak kambing.” HR. Abu Daud dan Ibn Hibban.

Riwayat lainnya dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika merapatkan shaf, beliau mengatakan,

وَسُدُّوا الْخَلَلَ؛ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ فِيمَا بَيْنَكُمْ بِمَنْزِلَةِ الْحَذَفِ

“Tutup setiap celah shaf, karena setan masuk di antara shaf kalian, seperti anak kambing.” HR. Ahmad.

Merujuk pada tiga riwayat ini maka jelas sekali, bahwa shaf kosong yang saya lihat di depan dan belakang saya ketika shalat jum’at tadi siang telah diisi oleh setan. Mungkin sebagian kita ada yang menyatakan “Bagus berarti setan ikut shalat”, maka perkataan ini tidaklah benar, karena sebuah riwayat dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا نُودِىَ لِلصَّلاَةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لاَ يَسْمَعَ التَّأْذِينَ ، فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ ، حَتَّى إِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلاَةِ أَدْبَرَ ، حَتَّى إِذَا قَضَى التَّثْوِيبَ أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطُرَ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ ، يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا ، اذْكُرْ كَذَا . لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ ، حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لاَ يَدْرِى كَمْ صَلَّى

Ketika adzan dikumandangkan, setan menjauh sambil terkentut-kentut, sehingga tidak mendengarkan adzan. Setelah adzan selesai, dia datang lagi. Ketika iqamah dikumandangkan, dia pergi. Setelah selesai iqamah, dia balik lagi, lalu membisikkan dalam hati orang yang shalat: ingat A, ingat B, menngingatkan sesuatu yang tidak terlintas dalam ingatan. Hingga dia lupa berapa jumlah rakaat yang dia kerjakan. HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim.

Setan masuk ke shaf-shaf yang kosong untuk menggoda dan mengganggu umat Islam ketika sedang shalat berjamaah. Memberikan keragu-raguan dalam Shalat, mengingatkan pada hal-hal yang tadi terlupa bahkan sering memberikan ide dan gagasan sehingga orang yang shalat akan terbawa dalam bisikan setan.

Inilah hikmah kenapa dalam shalat berjamaah kita diperintahkan untuk merapatkan shaf dan menutup setiap celah yang ada jangan sampai setan dan balatentaranya masuk ke dalam shaf seperti yang saya saksikan tadi siang. Tentu saja tidak hanya menyalahkan orang awam, tetapi para dai yang harus terus menyampaikan syariah Islam termasuk tata cara dalam shalat berjamaah sehingga apa yang menjadi tujuannya akan tercapai. Bagi kita yang merasa masih awam maka hendaknya terus belajar, agar bisa mengamalkan Islam secara keseluruhan termasuk memahami kesempurnaan dalam shalat berjamaah. Wallahua’lam, 27012023.  

Kamis, 26 Januari 2023

Belajar Menjadi Dewasa

Oleh: Misno Mohamad Djahri

 


Salah satu dari fase kehidupan manusia adalah masa dewasa, baik dari usia atau cara berfikirnya. Kedewasaan menjadi hal yang selalu dinantikan oleh mereka yang masih muda, bahkan ketika kecil, kita selalu berfikir tentang bagaimana menjadi dewasa. Muncul juga dalam pikiran dahulu bahwa enak menjaadi orang dewasa dan ingin segera menjadi orang yang lebih dewasa. Faktanya bahwa ketika usia kita sudah dewasa seringkali cara berfikir kita juga belum dewasa, bahkan cenderung terbawa cara berfikir anak-anak yang hanya mementingkan diri sendiri.

Salah satu dari bentuk kedewasaan adalah berusaha untuk bersikap “tanpa dosa” ketika berjumpa dengan orang yang mungkin pernah bermasalahan dengan kata. Bisa juga sikap “ramah” dengan orang yang tidak kita sukai dan bahkan sangat kita benci. Termasuk hari ini saya berjumpa dengan seseorang yang pernah menjadi pimpinan dan saya dikeluarkan karena adanya “kesalahan” yang menurutnya fatal. Tentu saja bertahun-tahun saya berusaha untuk tidak berjumpa dengannya, walaupun sudah tiga kali berjumpa di kesempatan yang memang harus berjumpa karena bidang keilmuwan yang sama.

Mengucapkan salaam dan menyapa baik saya ataupun beliau terjadi seolah-olah dulu tidak pernah terjadi apa-apa. Mungkin sudah lupa, mencoba melupakan, atau memaksanakan diri untuk lupa sehingga berusaha untuk berinteraksi seperlunya minimal salam sebagai muslim. Bisa jadi ini adalah sebuah sikap kedewasaan di mana kita mencoba bersikap untuk melupakan masa lalu dan memulai sebuah lembaran baru. Mirip seperti suami istri yang bercerai, di mana mereka terkadang bertemu dan berusaha untuk bersikap seperti biasa sebagaimana berinteraksi dengan orang lain.

Sebuah riwayat dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam di mana beliau bersikap baik kepada orang-orang munafik yang ada di Madinah. Padahal beliau bisa saja bersikap keras dan menghukumnya, tapi ini sebagai suatu hikmah bahwa beliau adalah rahmat bagi seluruh alam. Banyak sekali sikap beliau yang menunjukan kedewasaan dalam bersikap kepada orang lain yang dapat dijadikan tauladan bagi umat manusia.

Semoga dengan bertambahnya usia, kedewasaan kita akan terus bertambah, tentu saja bukan hanya bertambahnya usia justru yang lebih penting adalah bertambahnya ilmu, keluasan wawasan dan kematangan pemikiran yang menjadikan kita lebih dewasa. Berfikir lebih dewasa yang dimaksud adalah yang bersifat positif, bukan dewasa yang berusaha menutupi hal-hal yang memang telah diatur oleh syariah. Wallahua’lam, 26012023.

Rabu, 25 Januari 2023

Fikih Kedokteran 'Ala Mazhab Indonesia

 Sinopsis Buku



Buku ini disusun oleh sejumlah akademisi dan praktisi sesuai dengan kepakarannya masing-masing, dengan niat yang sama yaitu mencoba untuk meneladani para pendahulu yang sukses yakni “nasyrul ilmi”. Kehadiran buku ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan Perkembangan Hukum Islam yang ada di Indonesia saat ini. Pemilihan judul FIKIH KEDOKTERAN ‘ALA MAZHAB INDONESIA, berharap bahwa kehadiran buku ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat muslim tentang fenomena-fenomena yang terjadi pada dunia kedokteran. Buku ini telah mendeskripsikan secara

lengkap fatwa serta pandangan ulama-ulama Indonesia yang tergabung dalam forum ilmiah seperti MUI, NU dan Muhammadiyah dalam menyikapi kasus-kasus yang sering terjadi di dunia kedokteran.

Buku ini terdiri atas 14 Bab yang dibahas secara rinci dalam pembahasan, diantaranya: Bayi Tabung Dalam Perspektif Ulama Indonesia, Problematika Bayi Tabung dalam Kajian Hukum di Indonesia, Problematika Kloning Perspektif Mazhab Fikih Indonesia, Euthanasia dalam Kajian Hukum Islam Indonesia, Transplantasi Ginjal dan Jantung Perspektif Hukum Islam Indonesia, Transplantasi Organ Tubuh dalam Kajian Hukum Islam Indonesia, Face Off atau Operasi Wajah Perspektif Hukum Islam Indonesia, Pil Anti Haid dalam Kajian Hukum Islam Indonesia, Bank ASI dalam Perspektif Hukum Islam Indonesia, Penetapan Nasab Berdasarkan Tes DNA dalam

Hukum Islam Indonesia, Vaksinasi Perspektif Hukum Islam Indonesia, Obat Pencegah Kehamilan dalam Perspektif Ulama Indonesia, Hukum Operasi Penggantian Kelamin Perspektif Ulama Indonesia, dan Vasektomi dan Tubektomi Dalam Kajian Hukum Islam Indonesia.

Kunjungan ke SMA 1 Cigudeg

 Ahmad Berhimin, SE., ME (Putra Lintang)

 


Tiba saatnya kunjungan ke sekolah-sekolah dalam rangka program yang telah direncanakan di suatu institusi pendidikan, dengan segala persiapan yang sudah direncanakan baik itu terkait dengan dokumen yang akan digunakan dan diperlukan untuk acara tesebut sudah diapersiapkan dan juga materi presentasi yng terkait dengan tema acara sudah dipersiapkan.

Dengan semangat juang tinggi dan rasa percaya diri yang tinggi kami bersama team berangkat dengan hati yang penuh semangat berdebar-debar, perjalanan dalam kunjungan ini merupakan suatu kunjungan setiap tahun.

Tujuan dari kunjungan ini adalah  memberikan eduksi kepada para siswa tentang masuk perguruan perguruan tinggi dan mengenal dunia kampus juga mensosialisasikan kuliah dengan gratis melalui program beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Kunjungan kami kali ini adalah tepat di SMA 1 Cigudeg,  salah satu sekolah menengah atas di daerah kabupaten Bogor. Sesampainya ke lokasi kami bersama team mempersiapkan semua yang akan digunakan dalam acara tersebut. Dengan antusiasnya para murid dan guru membantu dan mengikuti acara tersebut.

Acara tersebut dibagi menjadi dua sesi pagi untuk anak anak IPS dan siang setelah sholat Dzuhur untuk anak-anak IPA, Setelah acara presentasi dan sosialisasi selesai sesuai dengan round down acara untuk anak anak yang berminat kuliah dengan program yang ditawarkan bisa mengambil formulir yang telah disediakan

Berucap syukur kami team merasa bahagia karena acara ini berjalan dengan baik dan lancar walaupun masih ada kekurangan di sana sini. Terimakasih kami ucapkan kepada pihak sekolah yang memberikan fasilitas kepada kami dalam program ini. @ ABEE  250123

Dunia yang Beraneka Problema: Kaidah Kebijakan Islami

Oleh: Misno bin Mohamad Djahri

 


Kehidupan di dunia ini penuh dengan beraneka problema, dari mulai masalah manusia secara individunya hingga masalah bangsa dan negara yang melibatkan banyak manusia. Masalah Individu manusia biasanya terkait dengan rasa, hawa dan sifat manusia, sementara masalah bangsa dan negara terkait dengan berbagai kepentingan antar sesama manusia. Sejatinya problem terkait dengan manusia dengan manusia lainnya tidak hanya masalah bangsa dan negara, tetapi secara keseluruhan interaksi yang terjadi di antara manusia.

Dunia kerja juga memiliki problema tersendiri dalam aktifitas sehari-hari, interaksi yang berlangsung secara terus-menerus setiap hari meniscayakan munculnya berbagai persoalan yang terjadi di antara mereka. Termasuk di dalamnya setiap kebijakan yang ditetapkan seringkali memunculkan permasalahan dan tidak jarang ada pihak-pihak yang didzalimi, baik itu disengaja ataupun tidak. Inilah yang kemudian memunculkan berbagai problema yang sudah selayaknya disikapi dengan bijak berlandaskan norma agama yang membawa keadilan untuk semua.

Kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan dan lembaga sudah selayaknya selaras dengan pedoman yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, sebagai tauladan utama umat manusia:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. QS. al-Ahzab: 21.

Sebuah kaidah  sangat bermakna menjelaskan

تَصَرُّفُ الْأِمَاِم عَلَى الرَّاعِيَّةِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ

“Tindakan imam terhadap rakyatnya harus dikaitkan dengan kemaslahatan.”

Imam dalam konteks ini adalah setiap pimpinan yang memiliki tanggungjawab atas orang-orang yang dipimpinnya, termasuk dalam sebuah lembaga ekonomi, bisnis, keuangan dan yang lainnya. Merujuk pada kaidah ini maka jelas sekali bahwa hendaknya setiap keputusan yang ditetapkan haruslah merujuk kepada kemashlahatan umat secara umum, bukan hanya kebijakan yang mengutamakan kepentingan pribadi, kelompok atau golongan tentu sehingga akan ada pihak-pihak yang terdzalimi. Wallahu a’lam, 25012023

Senin, 23 Januari 2023

Ada Apa Denganku?

Oleh: Ahmad Berhimin, SE., ME (Putra Lintang)

 


Secara lahiriah setiap manusia dilahirkan di dunia ini akan begitu sempurna termasuk dari fisik atau jiwanya, sehingga kita patut untuk bersyukur kepada Allah ta’ala sebagai bukti kita diciptakan dengan kesempurnaan. Akan tetapi saya sangat-sangat bingung dengan keadaan yang saya alami atau rasakan, apa ini sebuah kelebihan atau suatu kekurangan?

Rasa atau perasaanku sangat peka sekali dan sangat gampang sekali tersentuh. Hal ini terkadang membuat saya tersiksa dan terkadang membut saya Bahagia. Tersiksanya karena tidak bisa sama sekali mendengar kata-kata kasar, tidak bisa sama sekali mendengar kata ledekan dan terkadang juga mendengar kata orang berkata kencang tanpa sebab menbuat rasa dan perasaanku jadi bersedih atau baper istilah anak muda sekarang.

Hal yang menbuat saya bahagia adalah saya menjadi seorang yang sangat penyabar, seorang yang penuh toleransi dan sangat peka akan kebaikan. Akan kah saya merasa kebingugan dengan semua yang saya alami dan rasakan??? Ada Apa Denganku???

Terkadang diselimuti kebingungan yang sangat mendalam padahal seharusnya tidak seperti itu sesuai dengan anjuran dan perintah dari Allah Ta’ala untuk selalu mengingatNya dan bersyukur dengan semua yang ada:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku,” (QS Al-Baqarah: 152).

Perintah syukur ini juga disebutkan kembali dalam firmanNya:

بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ

“Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur,” (QS Az-Zumar: 66).

Maka, selalu mengingat Allah Ta’ala serta bersyukur dengan semua yang ada, itulah mungkin yang harus selalu saya tingkatkan. Maka terjawablah sudah pertanyaan “Ada Apa Denganku?” jawabannya adalah karena saya adalah manusia, sehingga memiliki kelebihan dan kekurangan. Tugas kita di dunia adalah beribadah kepadaNya dan selalu bersyukur denga napa yang ada.

Semua yang saya rasakan dan alami adalah bersumber dari Allah ta’ala dan saya sebagai mahluk ciptaanNya harus bisa menerima dan bersyukur atas semuanya, karena atas kehendakNya-lah semua yang ada di dunia bisa berjalan, dengan kita bersyukur akan mendapatkan pahala dan membuat hidup bahagi dunia dan akhirat. @ ABEE 180123