Senin, 16 April 2012

UN dan Mental Guru Indonesia


Oleh : Abdurrahman


Bertempat di sebuah Aula Sekolah Menengah Pertama, seorang kepala sekolah dengan santun memberikan “wejangan” kepada sekitar empat puluh guru di beberapa sekolah menengah pertama. Di antara “wejangan” tersebut adalah “Kita sama-sama memahami bahwa sekolah swasta seperti kita akan sangat malu jika ada siswanya yang tidak naik kelas, akan mengurangi kepercayaan masyarakat jika sampai ada siswa kita yang tidak lulus”. Dalam kesempatan berikutnya beliau menyebutkan “Kita sama-sama berusaha agar seluruh siswa kita bisa lulus semuanya, bagaimanapun caranya”
Kata-kata ini terdengar jelas di telinga saya sebagai peserta pada pertemuan tersebut, begitu terasa hingga menusuk sukma seorang pendidik “professional”. Bagaimana tidak? Prosesi UN yang dilakukan setiap tahun bukannya membuat kualitas pendidikan kita makin meingkat justru membuat guru-guru kita kalah dihadapkan dengan dengan permintaan pasar. Ideology guru-guru kita sudah sangat rapuih sehingga dengan mudah mengucapkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan oleh seorang guru professional. Mau buktinya? Seorang guru dalam pertemuan tersebut berkata “Kita sama-sama memahami adanya ‘Syafaat’ yang bisa membantu anak-naka kita agar lulus, terus terang saya juga khawatir kebetulan anak saya juga tahun ini mengikuti UN sehingga sama-samalah kita mengerti untuk memberikan ‘syafaat’ tersebut”.
Saya waktu mendengar ucapan tersebut sungguh sangat ingin marah dan ingin berteriak “beginikah mental guru-guru kita?” “Di mana sikap kejujuran anda wahai para guru?” namun saya hanya mengelus dada, kalau kita mau jujur memang inilah system pendidikan yang selama ini berjalan di negeri ini. Bagaimana Indonesia akan maju jika mental gurunya juga seperti ini?
Sebenarnya kejadian seperti ini sudah lama berlangsung, terutama sejak diberlakukannya nilai standard kelulusan UN. Sikap para guru tersebut memang salah dan harus disalahkan, selain juga kesalahan dari para pengambil kebijakan dalam menetapkan standard kelulusan. Namun tetap saya menyalahkan para guru kita, kenapa? Karena mereka berada di garda depan pendidikan, sehingga dari merekalah seharusnya kualitas pendidikan ini dimulai.
Memang tidak seluruh guru memiliki mental seperti itu, ada beberapa sekolah dan madrasah yang saya kenal kepala sekolahnya memiliki sikap yang sangat kerasa terhadap segala bentuk “syafaat” bagi siswa-siswanya. Alhamdulillah, kita patut bersyukur lkepada Allah ta’ala dan kita juga selalu berdoa semoga para guru yang hanya menginginkan siswa-siswanya lulus tanpa memperhatikan halal-haram dalam Islam bisa kembali menjadi guru teladan yang bisa memberikan contoh bagi para siswanya. Bicara tentang halal-haram sepertinya kita harus membaca beberapa fatwa para ulama dan mengkaji hukum dari permasalahan UN, Ujian dan Kelulusan. Walaupun demikian hati nurani kita sebagai manusia juga akan merasa bahwa ini adalah sebuah kesalahan…. Apakah kita ridha dengan kesalahan tersebut. Tidaaaaaaaaaaaaaaaak….!!! Mari para guru perbaiki kualitas pendidikan kita dengan memberikan contoh terbaik untuk para siswa kita. Biarkan mereka lulus sesuai dengan kemampuan mereka jangan mencoba untuk memanipulasi data apalagi tolong-menolong dalam berbuat kecurangan (baca dosa). Wallahu a’lam.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...