Senin, 02 April 2012

Prahara Rumah Tangga


Oleh : AM Bambang Prawiro
 
 

Berumah-tangga itu emang susah-susah enak, bagaimana tidak menyatunya dua insan yang berbeda menjadi satu ikatan dan setiap hari bertemu. Maka tidak heran jika rumah tangga memang sebuah dunia kecil yang syarat dengan prahara. Dari beberapa cerita teman yang sudah senior dalam berumah-tangga mereka berpendapat bahwa berumah-tangga itu memang penuh dengan perjuangan, dalam arti butuh yang namanya pengorbanan. Bisa korban harta dan juga korban rasa. Yup... korban perasaan, anda yang pernah/sedang berumah-tangga pernah merasakan? Saya yakin semua orang yang berumah-tangga merasakan apa yang disebut korban perasaan. 
Anda bayangkan bagaimana seorang suami yang terbiasa hidup penuh perjuangan dan penuh keprihatinan dihadapkan kepada istri yang pengginnya hidup santai tanpa banyak perjuangan. So pasti selalu terjadi korban perasaan, baik dari pihak suami yang selalu menyalahkan sang istri akrena tidak bisa hidup hemat atau juga sang istri yang korban perasaan karena suami "tidak pernah" memperhatikan kebutuhan-kebutuhannya. lagi-lagi semua itu hanya salah persepsi, bisa jadi sang suami tidak bisa memahami sang istri yang terbiasa hidup serba jadi dan tidak mau "berjuang" lebih dalam rumah-tangga. Sang istri juga tida bisa menjangkau pemikiran suami yang selalu hidup hemat untuk masa depan mereka. kalau sudah begini bagaimana jalan keluarnya?  
sebenarnya tidak sulit untuk "mencairkan" kebekuan ini, kuncinya hanya komunikasi dan berusaha untuk saling mengerti. "Korban Perasaan" dalam arti yang positif juga mutlak diperlukan, maksudnya adalah baik suami ataupun istri hendaknya bisa menahan diri dan tidak mudah menyalahkan pasangannya dan hanya mengikuti keinginan pribadinya tanpa pernah mencoba untuk memahami pasangannya. komunikasi dan dialog dan mencoba untuk menyelesaikan permasalahan yang ada menjadi kunci sukses dalam menghadapi prahara rumah-tangga. Namun sayang, kalimat ini mudah diucapkan namun sulit untuk dipraktekan. suami istri yang sudah berumah-tangga bertahun-tahun seringkali gagal untuk berkomunikasi secara lebih mendalam, apalagi jika suatu permasalahan dibiarkan terus-menerus dan tidak ada usaha untuk menyelesaikannya. Bisa jadi seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja. Mungkin pada tahap awal muncul perasaan tidak lagi mempercayai pasangan, dalam hal ini ego masing-masaing lebih dikedepankan sehingga apa saja yang dilakukan pasangan selalu salah. Kalau sudah seperti ini hendaknya segera lakukan komunikasi agar tidak berkelanjutan. 
Agar Prahara Rumah tangga tidak menjadi bencana juga diperlukan adanya sikap saling dewasa untuk mengahdapi suatu masalah yang ada. kedewasaan berarti berpikir jauh ke depan dan tidak terpaku hanya pada peristiwa yang terjadi, namun lebih dari itu berusaha untuk berdiskusi dan mencari solusi. Dengan sikap dewasa ini diharapkan masing-masing pasangan tidak lagi hanya mementingkan diri sendiri saja tanpa memperhatikan kepentingan orang lain. Bukankah sejak awal berumah tangga kita sudah berkomitmen untuk saling setia dan bersama dalam mengarungi bahtera rumah tangga? Terakhir marilah kita kembali kepada niat awal berumah-tangga agar ia bisa menjadi wasilah untuk mendapatkan keridhanNya.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...