Senin, 23 April 2012

Satu Ranjang Dua Iman

Oleh : Abu Aisyah  


Pernikahan beda agama saat ini bukan lagi sesuatu yang tabu di masyarakat, fenomena ini telah menjadi gejala sosial yang terus berkelanjutan. Jika dulu pasangan beda agama harus berjuang mati-matian dalam melegalkan pernikahannya. Kini mereka sudah dapat melenggang dengan menikah di kantor catatan sipil, jika masalah administrasi masih menjadi kendala, maka menikah di luar negeri menjadi pilihan selanjutnya. Menikah adalah hak setiap orang, sehingga dengan siapa saja seseorang hendak menikah maka menjadi hak asasinya. Apalagi jika cinta menjadi alasan utama, maka tidak ada satu orangpun yang bisa memisahkannya.  
Saat ini isu “haram”nya nikah beda agama tidak lagi dipedulikan oleh para pelaku pernikahan beda agama. Secara perlahan masyarakat juga mulai menerima kenyataan ini, walaupun masih ada beberapa kelompok masyarakat yang masih mempermasalahkannya. Pada dasarnya seluruh agama menolak pernikahan beda agama, teks-teks ayat suci juga menyebutkan secara eksplisit dan implisit masalah ini, namun dengan berjalannya waktu saat ini mereka mulai menerima kenyataan ini. 

Agama Nasrani pada awalnya menolak pernikahan beda agama, namun saat ini ini sudah menerimanya, tentu dengan syarat-syarat tertentu. Demikian pula Islam, jika pada awalnya Islam menentang keras pernikahan beda agama, maka saat ini sebagian masyarakat telah menerima pernikahan beda agama tersebut. Hal ini terjadi juga pada agama Budha, Khonghucu dan yang lainnya. 

Pernikahan baik seagama atau beda agama adalah satu media yang menyatukan antara dua orang yang berbeda. Perbedaan ini dapat berupa sikap, tingka laku, budaya, adat istiadat dan kepercayaan. Pada pernikahan beda agama perbedaan ini akan semakin kentara, yaitu perbedaan keyakinan ditambah perbedaan adat dan budaya masing-masing pasangan. Jika pada pernikahan seagama saja perbedaan yang mengarah kepada konflik terjadi, maka pada pernikahan beda agama akan memiliki peluang konflik yang lebih besar. Benarkah demikian? Dari beberapa penelitian yang dilakukan ternyata menunjukan bahwa keluarga dan pasangan beda agama sering sekali mengalami konflik. Walaupun dari luar tampak tenang-tenang saja namun bagai api dalam sekam ia menyimpan bom waktu yang sewaktu-waktu akan meledak. 

Maka "Cinta" bukanlah alasan yang tepat untuk memutuskan menikah dengan keyakian yang berbeda, jika pada awal pernikahan konflik muncul dari keluarga yang tidak setuju maka selanjutnya adalah konflik dengan pasangan dalam menentukan masa depan anak-anaknya. Karena itu menikah ko' bikin repot.... yang seiman juga masih banyak kenapa harus satu ranjang dua iman?  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...