Jangan Hanya Bermimpi Jadi Penulis
Panduan melejitkan Potensi menulis
Oleh : Abdurahman Misno
Panduan melejitkan Potensi menulis
Oleh : Abdurahman Misno
Pada suatu hari aku berjalan-jalan ke gunung, jalan yang mendaki tidak meluruhkan langkahku untuk menuju puncak. Namun tiba-tiba sebongkah batu besar menggelinding tepat di atas kepalaku…… Ah….. Syukurlah ternyata hanya di atas kepala tidak sampai mengenainya. Aku terus melangkah maju, dengan tanpa ransel dan perbekalan yang memadai, aku yakin bisa sampai ke puncak. Puncak gunung Salak.
Alhamdulillah akhirnya sampai juga di puncak ini, walaupun udaranya sangat dingin tidak memadamkan keinginanku untuk dapat duduk di puncak gunung ini. Perlahan kubuka buku catatanku, kuraih pena yang sedari tadi berada di saku celanaku dan segera kugoreskan kalimat-kalimat syahdu, inilah tujuanku menulis di atas puncak gunung.
Iseng amat ya… capek-capek ke gunung cuman pengin nulis. Ngapain lagi? Eit….. jangan heran dulu, ini emang sebuah obsesi yang belum pernah aku lakukan. Soalnya selama ini nulis itu khan kayaknya kudu khusyu’, tenang ga ada orang (di kuburan aja….) dan tidak ada kebisingan. Itu khan pendapat kamu, kalau ana beda! Kok bisa sih? Bisa lah….maka bisu.
Kawan, ternyata yang namanya menulis itu nggak kudu ngikutin gaya orang, kalau kamu mau menulis, nulis aja….. apa aja yang kira-kira ada di kepala (cumin ya nggak boleh merusak…). Nggak usah mikirin bagaimana cara memulainya, etis atau tidak, sesuai dengan EYD atau tidak… yang penting kalau udah mau nulis ya nulis aja. Githu aja kok repot.
Tapi kalau yang masih susah memulai menulis kita akan bahas habis di blog ini tentang cara-cara memulai tulisan…… bersambung…. (ya…. Kok bersambung lagi sih….. ga enak banget deh). Sabar kawan ane janji akan meneruskannya di masa yang akan datang selamat hayat masih dikandung badan. Oke…. Setuju? (enggak….. nggak setuju…!!!) setuju dong…. Nanti om kasih permen deh….. (Aku ngga' suka permen...sukanya om...) Astaghfirullah.....
Alhamdulillah akhirnya sampai juga di puncak ini, walaupun udaranya sangat dingin tidak memadamkan keinginanku untuk dapat duduk di puncak gunung ini. Perlahan kubuka buku catatanku, kuraih pena yang sedari tadi berada di saku celanaku dan segera kugoreskan kalimat-kalimat syahdu, inilah tujuanku menulis di atas puncak gunung.
Iseng amat ya… capek-capek ke gunung cuman pengin nulis. Ngapain lagi? Eit….. jangan heran dulu, ini emang sebuah obsesi yang belum pernah aku lakukan. Soalnya selama ini nulis itu khan kayaknya kudu khusyu’, tenang ga ada orang (di kuburan aja….) dan tidak ada kebisingan. Itu khan pendapat kamu, kalau ana beda! Kok bisa sih? Bisa lah….maka bisu.
Kawan, ternyata yang namanya menulis itu nggak kudu ngikutin gaya orang, kalau kamu mau menulis, nulis aja….. apa aja yang kira-kira ada di kepala (cumin ya nggak boleh merusak…). Nggak usah mikirin bagaimana cara memulainya, etis atau tidak, sesuai dengan EYD atau tidak… yang penting kalau udah mau nulis ya nulis aja. Githu aja kok repot.
Tapi kalau yang masih susah memulai menulis kita akan bahas habis di blog ini tentang cara-cara memulai tulisan…… bersambung…. (ya…. Kok bersambung lagi sih….. ga enak banget deh). Sabar kawan ane janji akan meneruskannya di masa yang akan datang selamat hayat masih dikandung badan. Oke…. Setuju? (enggak….. nggak setuju…!!!) setuju dong…. Nanti om kasih permen deh….. (Aku ngga' suka permen...sukanya om...) Astaghfirullah.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...