Pendidikan kepenulisan diawali bersamaan dengan muculnya Islam. Hal ini didasarkan pada firman Allah ta’ala :
Dalam ayat yang lainnya Allah ta’ala berrfirman :
Segenap kemampuan dan metode harus dikerahkan. Sesuai dengan potensi diri yang dimiliki, sehingga misi dakwah tersebut dapat mencapai tujuan secama maksimal :
Spirit yang bisa diambil dari ayat ini adalah agar umat Islam menggunakan segala macam media untuk memperjuangkan agama Allah ta’ala. Menolak serangan orang-orang yang memusuhi dan ingin menghancurkan agama Allah ta’ala di muka bumi. Penggunaan “ma” yang dalam bahasa ushul fiqh berarti umum mengindikasikan bahwa cara memperjuangkan agama Islam tidak hanya satu tetapi beraneka macam sesuai dengan jenis tantangan yang dihadapi.
Di dalam hadits:
Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di dalam tafisrnya menyatakan bahwa Allah ta’ala memberikan derajat yang tinggi bagi orang-orang yang berilmu.4 Maka Islam sangat memuliakan ilmu, para ahli ilmu dan proses penyebaran ilmu. Karya tulis yang dihasilkan oleh para ulama adalah bukti dari kedalaman ilmu mereka. Tidaknya hanya hasil akhir dari ilmu tersebut, metodologi dalam penulisan itu sendiri mendapatkan perhatian khusus.
Maka pendidikan literasi dalam Islam dimulai dari pemuliaan Islam terhadap ilmu dan upaya untuk menyebarkannya. Adapun model pembelajarannya meliputi pemahaman terhadap ilmu dan teks secara benar, dalam arti ia memahami ilmu tersebut. Setelah ia menguasai suatu ilmu maka langkah selanjutnya adalah menguasai metodologi penulisan. Ini adalah langkah penting yang membedakan dengan kepenulisan selain Islam. Hanya penulis yang ahli yang berhak untuk menuliskan gagasannya. Mengenai hal ini Rasulullah bersabda "Apabila perkara (urusan) diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat." (HR. Bukhari)
1 Jami’ Ahkam Al-Qur’an, Imam Al-Qurthubi tahun 2002.
2 Shahih Muslim, 70
3 Syarh Muslim, Imam Nawawi, Juz II hal 25
4 Taisir Karim Ar-Rahman Fi Tafsir kalam Al-Manan, Abdurrahman bin nashir As-Sa’di. Jum’iyyah Ihya At-Turats Al-Islamy, Kuwait.
ن وَالْقَلَمِ وَمَايَسْطُرُونَ
Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis. QS Al-Qalam : 1-2. Dalam ayat ini Allah ta’ala bersumpah dengan pena (Al-Qalam), maka sesuatu yang menjadi obyek sumpah Allah ta’ala jelas memiliki keutamaan yang besar.1Dalam ayat yang lainnya Allah ta’ala berrfirman :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ (آل عمران،
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar (QS. Ali Imran, 110)Segenap kemampuan dan metode harus dikerahkan. Sesuai dengan potensi diri yang dimiliki, sehingga misi dakwah tersebut dapat mencapai tujuan secama maksimal :
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَءَاخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ (الأنفال، 60)
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS. Al-Anfal, 60)Spirit yang bisa diambil dari ayat ini adalah agar umat Islam menggunakan segala macam media untuk memperjuangkan agama Allah ta’ala. Menolak serangan orang-orang yang memusuhi dan ingin menghancurkan agama Allah ta’ala di muka bumi. Penggunaan “ma” yang dalam bahasa ushul fiqh berarti umum mengindikasikan bahwa cara memperjuangkan agama Islam tidak hanya satu tetapi beraneka macam sesuai dengan jenis tantangan yang dihadapi.
Di dalam hadits:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ (صحيح مسلم،
Dari Abi Sa’id saya mendengar Rasulullah bersabda, “Siapa saja di antara kalian melihat kemungkaran maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya dan itulah paling lemahnya iman.2قَالَ الْقَاضِي عِيَاضُ رَحِمَهُ اللهُ هَذَا الْحَدِيْثُ أَصْلٌ فِى صِفَةِ التَّغْيِيْرِ فَحَقُّ الْمُغَيِّرِ أَنْ يُغَيِّرَهُ بِكُلِّ وَجْهٍ أَمْكَنَهُ زَوَالُهُ بِهِ قَوْلاً كَانَ أَوْ فِعْلاً (شرح مسلم، ج 2 ص 25)
Qadhi Iyadh berkata,“Hadits ini merupakan dasar utama tentang cara menghilangkan kemungkaran. Yang harus dilakukan oleh seorang yang akan menghilangkan kemungkaran adalah dengan segala cara yang dapat mencegah kemungkaran tersebut. Bisa saja berbentuk ucapan atau perbuatan.3 - Menggagas pendidikan literasi Islam
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ
…. niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.. QS Al-Mujadilah : 11.Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di dalam tafisrnya menyatakan bahwa Allah ta’ala memberikan derajat yang tinggi bagi orang-orang yang berilmu.4 Maka Islam sangat memuliakan ilmu, para ahli ilmu dan proses penyebaran ilmu. Karya tulis yang dihasilkan oleh para ulama adalah bukti dari kedalaman ilmu mereka. Tidaknya hanya hasil akhir dari ilmu tersebut, metodologi dalam penulisan itu sendiri mendapatkan perhatian khusus.
Maka pendidikan literasi dalam Islam dimulai dari pemuliaan Islam terhadap ilmu dan upaya untuk menyebarkannya. Adapun model pembelajarannya meliputi pemahaman terhadap ilmu dan teks secara benar, dalam arti ia memahami ilmu tersebut. Setelah ia menguasai suatu ilmu maka langkah selanjutnya adalah menguasai metodologi penulisan. Ini adalah langkah penting yang membedakan dengan kepenulisan selain Islam. Hanya penulis yang ahli yang berhak untuk menuliskan gagasannya. Mengenai hal ini Rasulullah bersabda "Apabila perkara (urusan) diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat." (HR. Bukhari)
1 Jami’ Ahkam Al-Qur’an, Imam Al-Qurthubi tahun 2002.
2 Shahih Muslim, 70
3 Syarh Muslim, Imam Nawawi, Juz II hal 25
4 Taisir Karim Ar-Rahman Fi Tafsir kalam Al-Manan, Abdurrahman bin nashir As-Sa’di. Jum’iyyah Ihya At-Turats Al-Islamy, Kuwait.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...