Siapa yang tak kenal dengan SMS (Short Message Service). Dari anak kecil, sampai orang tua. Bahkan anak balita yang baru dapat membaca pun ngga mau ketinggalan. “Ah…anak kecil aja tau”. Begitu slogan iklan produk telekomunikasi di televisi. Umumnya mereka yang berkomunikasi lewat sms lebih berani ketimbang komunikasi langsung. Jangan salah lho… Hal ini terjadi juga di kalangan para ikhwan dan akhwat. Padahal bila mereka bertemu langsung, sang ikhwan ataupun akhwat hanya tertunduk, lupa akan sms yang telah dikirimnya. Seperti sms di bawah ini, sebuah pesan yang indah bukan?
“ Jagalah pendegaran mu dari suara buruk, seperti engkau menjaga mulutmu dari ucapan buruk. Sebab di saat engkau mendengar ucapan buruk, engkau menjadi pasangan pengucapnya.”
Berawal dari SMS nasihat, tujuannya sih da’wah, saling mengingatkan (katanya..). Tapi ujung-ujungnya curcol (curhat colongan..). Candaan lembut yang terkadang sedikit berbumbu romantis, tak jarang disertai kalimat sanjungan nan puitis. Hmm...Siapa yang tak melambung kala disanjung? Apalagi sang ikhwan mempunyai pemahaman agama yang bagus, sedang sang akhwat berparas cantik. Wah…rasanya klop sudah… Ibarat sendok dan garpu… Gayung pun bersambut. Dari saling memberi nasihat, berlanjut saling telfon. Sehari tak mendengar suaranya, rasa setahun tak ada komunikasi. Penyakit malarindu mulai melanda. Lupa akan tujuan semula, lupa akan hijab yang ada. Hati pun mulai dilanda gundah dan... (bersambung ya…..)
Assalamu'alaykum...
BalasHapusmemang, zaman sudah semakin sempit, SMS pun bisa menjadi ajang berduan/ berkhalwat, perlu bijak dlm menanggapinya...
share link jg ya ikhwah...
http://cerpencinta1.wordpress.com