Mencari muka jika kita pikir secara logika memang aneh ya, padahal orang yang berbuat demikian udah tahu dimana letak muka, tapi mengapa mereka tetap mencarinya ya...., apa karena mereka kurang PD dengan mukanya ato mereka ingin menambah mukanya?. Tapi yang pasti perbuatan itu bisa terjadi dimanapun, baik di rumah, di sekitar rumah, dan di kantor. Dari ketiga contoh diatas yang paling terasa adalah di kantor. Hal ini sangat banyak dilakukan oleh orang-orang, karyawan ato pegawai yang berambisi untuk mendapatkan kedudukan/jabatan.
Sebelum saya membahas masalah mencari muka di kantor, ada baiknya saya sedikit memberikan contoh tentang cari muka yang ada di lingkungan rumah. Dalam kehidupan bertetangga banyak kita jumpai perbuatan mencari muka, baik dalam masalah dunia maupun masalah ibadah. Hal ini umumnya dilakukan terhadap orang yang ekonominya bagus (baca=orang kaya), contohnya dalam masalah memenuhi undangan, jika orang yang mengundang termasuk orang kaya/terpandang, orang dengan gampangnya datang memenuhinya, tapi jika yang mengundang orang biasa/miskin, rasanya berat banget untuk melangkah memenuhi undangannya. Hal itu terjadi bukan hanya pada hal-hal biasa namun terjadi juga dalam hal menghadapi musibah seperti sakit, kematian dan lain-lain. Sungguh ironis sekali...
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hak seorang muslim terhadap sesama muslim ada enam, yaitu bila engkau berjumpa dengannya ucapkanlah salam; bila ia memanggilmu penuhilah; bila dia meminta nasehat kepadamu nasehatilah; bila dia bersin dan mengucapkan alhamdulillah bacalah yarhamukallah (artinya = semoga Allah memberikan rahmat kepadamu); bila dia sakit jenguklah; dan bila dia meninggal dunia hantarkanlah (jenazahnya)". Riwayat Muslim.
Dalam kehidupan kantor bahkan lebih parah lagi, apalagi jika menyangkut karir atau jabatan. Mungkin karena banyak yang kehilangan muka sehingga mereka mencari muka kali ya.... Mereka rela melakukannya demi mengejar karir/jabatan, sikut kanan sikut kiri. Dan parahnya lagi mereka kadang bisa menjadi musang berkepala dua, didepan temannya dia baik, bahkan memuji tapi didepan pimpinan dia bisa menjelek-jelekan temannya bahkan anak buah sendiripun dijelek-jelekan.
"Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila telah turun mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai". (HR. Ath-Thabrani)
Orang semacam ini mungkin banyak kita temui di kehidupan kantor, dia pastinya egois, dia tidak mau mengakui pekerjaan tim/kelompok, yang dia bawa adalah misi pribadinya, jika pekerjaan atau tugas berhasil baik, dia akui itu pekerjaannya, tapi jika tugas atau pekerjaannya gagal dia langsung cuci tangan.
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berkata kepada Abdurrahman bin Samurah, "Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikian curhat singkat berdasar pengalaman penulis, mudah-mudahan bermanfaat dan Insya Allah bersambung........
Bojong Gede, di Tengah Malam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...