Selasa, 20 Oktober 2015

Alhamdulillah, Saya “Jelek”

Alhamdulillah, Saya “Jelek”
Oleh: Misno

Ide tulisan ini muncul tadi pagi selepas shalat shubuh, wah jangan-jangan pas lagi shalat kali ya ide ini muncul. Bisa jadi, tapi kayaknya setelahnya deh…. Yang pasti saya baru bisa menuliskannya setelah sampai rumah dari masjid. Walaupun kalau diruntut sebenarnya ide ini sudah lama terpikirkan. Ya, Alhamdullillah segala puji bagi Allah…. Saya “Jelek”.
Seharusnya sih kata “jelek” nggak usah pakai tanda kutip karena dikhawatirkan memiliki makna yang berbeda. Karena sejatinya ini adalah makna yang sebenarnya, ya saya jelek. Namun khawatir justru malah tidak bersyukur kepada Allah ta’ala jadi saya menggunakan kata “jelek” dengan tanda petik. Artinya saya jelek menurut pandangan manusia sementara tidak jelek di pandangan Allah ta’ala.
Pertama, mungkin saya jelek karena kulit saya hitam, ini yang pertama walaupun sebenarnya ga hitam-hitam amat sih. Tapi namanya juga manusia ketika melihat kulit yang gelap langsung menyebutnya hitam. Kedua karena muka saya memenag tidak menarik, hidung saya tidak mancung alias pesek, bentuk muka juga tidak simetris dan kurang menarik. Selain itu bentuk gigi saya juga tidak bagus kalau tidak dibilang menjijikan karena berwarna kuning kehitam-hitaman. Sepertinya cap jelek itu tepat sekali diarahkan kepada saya.
Tapi, jelek itu memang kalau ukurannya adalah warna kulit, bentuk muka, dan bagian tubuh lainnya. Walaupun semua itu tidak ada maknanya di sisi Allah ta’ala, artinya bahwa semua yang diciptakan oleh Allah itu adalah indah. Coba saja lihat QS. At-Tiin; 4. Jelas sekali Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan. Bahkan dalam haditsnya Rasulullah bersabda bahwa Allah tidak melihat pada rupa, bentu tubuh dan tampilan lahir manusia, yang dilihat adalah ketakwaan dan amalannya.
Berarti saya yang “jelek” ini belum tentu jelek di hadapan Allah ta’ala. Apalagi jika ukurannya adalah tubuh semata. Yakin dan percaya? Harus dong!
Hal yang paling penting dari saya yang “jelek” ini adalah membawa hikmah luar bisa. Anda bayangkan ketika orang lain bangga dengan kegantengannya justru membawa musibah baginya. Saya pernah menuliskan mengenai kisah seorang perempuan cantik yang ingin menyeterika wajahnya yang cantik karena justru kecantikannya menjadi fitnah baginya. Fitnah karena dia banyak disukai pria lain padahal ia sudah menikah. Ia berharap agar wajahnya biasa saja sehingga tidak banyak pria yang mendekati karena menyukainya.
Demikianlah dengan saya, ucapan Alhamdulillah sudah selayaknya selalu terucapkan karena wajah dan tubuh saya yang “jelek”. Telah banyak kejadian di sekitar saya dan saya temui langsung bagaimana “kejelekan” ini justru membawa kebaikan. Terakhir adalah ketika saya duduk dengan seseorang yang dianggap lebih ganteng oleh para perempuan, ternyata kegantengannya justru menarik perhatian para wanita sehingga mengakibatkan ia terfitnah dengan pra wanita. Bahkan saya ingat sekali dahulu di tempat kerja saya di Bekasi adalah seorang lelaki setengah baya yang bermuka ganteng justru malah terisksa dengan kegantengannya karena banyak wanita yang ingin selalu dekat dengannya.
Alhamdulillah, saya “jelek”, sehingga terlepas dari berbagai fitnah wanita. Mereka tidak tertarik kepada saya karena “kejelekan” itu. Bisa dibayangkan seandainya muka saya ganteng, pasti akan banyak wanita yang mendekati saya, mengajak berduaan atau minimal mereka ingin selalu bersama. Naudzubillah min dzalika….
Hikmah yang bisa diambil adalah bahwa “jelek” nya muka dan tubuh kita sejatinya adalah hanya di mata manusia. Mereka hanya mengukur dari kegantengan dari kulit yang putih, hidung yang mancung, muka yang menarik, tubuh yang atletis dan tampilan luar lainnya. semua itu hakikatnya di sisi Allah ta’ala tidak dipandang, karena yang dilihat adalah ketakwaan dan amal kebaikannya. Bahkan tubuh yang dibangga-banggakan di dunia hakikatnya akan musnah, perlahan ia akan menjadi tua, keriput dan tidak menarik lagi. Setelah itu ia akan dikuburkan di tanah dan menjadi santapan cacing-cacing tanah. Setelah itu, apa yang bisa dibanggakan? Tidak ada. Kebanggaan itu adalah ketika ketakwaan dan amal kita bisa meraih surga dan ridhaNya.

Pasirtengah, 20 Oktober 2015

Abdurrahman Misno


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...