Misno Mohamad
Djahri
Wabah Corona yang masih mengancam masyarakat menjadikan kita semakin
mendekatakan diri kepada Allah Ta’ala. Bagaimana tidak? Jumlah korban meninggal
sudah lebih dari 1000 orang di Indonesia sementara di dunia lebih dari 100.000
orang. Ini tentu bukan jumlah yang sedikit, sehingga pemerintah sangat
menekankan bahkan dengan ancaman hukuman bagi siapa yang tidak mematuhi aturan lockdown
atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Kematian karena virus ini memang terus bertambah sehingga menjadikan
seolah-olah kematian itu ada di depan mata. Semua orang takut keluar rumah
kecuali mereka yang karena kebutuhan hidupnya. Semua ingin selamat dari virus
ini hingga tidak ada satu orang pun yang berani menantangnya, kalaupun ada
lagi-lagi adalah nekat karena jika dia tetap di rumah akan mengalami kekurangan
makanan. Maka semua ingin selamat darinya dan dapat melalui wabah ini dengan
aman sentosa.
Pertanyaan yang muncul adalah “Bagaimana jika nanti kita selamat dari
Corona?” sebagai orang yang beriman tentu saja jika kita nanti semua selamat
dari wabah ini maka bersyukur kepada Allah Ta’ala adalah hal utama. Syukur
dengan meyakini bahwa selamatnya kita adalah karena takdirNya, kemudian
dilanjutkan dengan selalu mengucapkan syukur dan pujian dengan lisan kita,
“Alhamdulillah...” dan yang terakhir adalah dengan mengimplementasikan syukur
dengan amalan anggota badan kita.
Syukur dengan anggota badan adalah mengoptimalkan fungsi dari anggota
badan tersebut di jalan Allah Ta’ala. Jika dulu sebelum Corona kita sibuk
dengan segala bentuk kemaksiatan maka setelah wabah ini hendaklah kita
menguranginya. Jika dulu sebelum Coron kita malas dan enggan beribadah
kepadaNya, maka Corona mengajarkan kepada kita untuk selalu mendekatkan diri
padaNya. Sehingga selepas Corona terus tingkatkan semangat kita dalam
beribadah. Jika sebelum Corona kita mungkin cuek dengan agama Islam kita, maka
Islam kita sangat terasa manfaatnya ketika Corona. Sehingga setelah Corona
hendaknya kembali mempelajari Islam dan mengamalkan sebaik-baiknya.
Jika sebelum Corona kita bermuamalah dengan cara-cara yang diharamkan
Islam seperti; riba, maysir, gharar, tadlis, najasy, ghabn, ihtikaar dan
akad yang diharamkan dalam Islam lainnya. Maka setelah Corona kembalilah kepada
ekonomi dan bisnis yang sesuai dengan syariah, segera tinggalkan riba dan jauhi
semua bentuk muamalah yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Jika Nanti Kita Selamat dari Corona maka teruslah meningkatkan iman dan
takwa kita, takwa dalam makna Mengoptimalkan seluruh potensi jiwa dan raga
kita untum nedapatkan ridha dari Allah Ta’ala. Jadikan semua yang kita
miliki ini sebagai jalan untuk mendapatkan ridha dari Allah Ta’ala, jasad kita,
kecerdasan kita, harta kita dan seluruh yang ada pada diri kita yang datang
dariNya harus dijadikan wasilah untuk kejayaan Islam dan muslimin.
Jika Nanti Kita Selamat dari Corona jangan pula kebiasaan-kebiasaan
positif untuk menjaga kesehatan, mencuci tangan, dan menjaga jarak aman itu
dihilangkan. Teruskan terus kebiasaan-kebiasaan baik ini karena menjaga kesihatan
adalah peruntah agama, muslim yang kuat lebih disukai oleh Allah daripada
muslim yang lemah. Biasakan untuk selalu mencuci tangan, berwudhu dan selalu
membersihkan badan. Jaga jarak aman, apalagi dengan yang bukan mahram karena
akan membawa kepada kemudharatan.
Jangan sampai ketika Corona telah tiada kita kembali kepada kebiasaan
lama yang menjadikan Sang Pemilik jagad raya ini murka. Berjanjilah dalam hati,
ketika kita selamat dari Corona nanti akan terus menjadi pribadi yang baik
(sholeh) baik secara personal maupun sosial. Akan menjadi baik untuk diri
sendiri dan juga orang lain, karena setelah corona ini reda banyak sekali
orang-orang yang sangat membutuhkan pertolongan kita. Tolong-menolonglah dalam
kebajikan dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan maksiat, itulah
titah dari Sang Pemilik Alam Semesta Dialah Allah Azza wa Jalla.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...