Oleh: Misno Mohammad Djahri
Kebijaksanaan hidup bukanlah sesuatu yang didapatkan bersama dengan
bertambahnya usia. Ia adalah hasil dari sebuah perjalanan intelektual dan juga
rasa jiwa, ya... kebijaksanaan yang dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana
seseorang untuk bisa memahami keadaan orang lain. Memahami dalam makna menerima
kelebihan dan kekurangannya, karena sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wassalam bahwa setiap manusia itu pernah berbuat kesalahan. Maknanya
bahwa memang manusia tidak ada yang sempurna.
Memahami kekurangan orang lain adalah sebuah keniscayaan dalam rumah
tangga, setiap pasangan harus memahami bahwa pasangannya itu memiliki kelebihan
sekaligus juga kekurangan. Seseorang yang memiliki wajah yang cantik pasti akan
memiliki kekurangan pada sisi lainnya. Demikian pula orang yang sholeh atau
sholehah akan ada sisi kehidupannya yang menjadi kekurangannya.
Hal ini terjadi juga dalam dunia persahabatan, jika kita mengharapkan
memiliki seorang teman yang tidak memiliki kekurangan tentu saja tidak akan
kita dapatkan. Bahkan setiap teman dan shahabat memiliki kelebihan dan juga
kekurangan. Tinggal bagaimana kita dapat menyikapi kekurangan dari teman-teman
kita.
Pengetahuan bahwa semua orang itu tidak sempurna sudah sangat kita
pahami, namun seringkali pemahaman ini tertutup dengan berbagai keinginan yang
mengahrapkan pasangan atau sahabat kita sesuai yang kita inginkan. Ya,
terkadang pengetahuan bahwa manusia tidak ada yang sempurna hanya di bibir
saja. Ketika seseorang melakukan kesalahan dengan mudah kita mengeluarkan
sumpah serapah, bahkan tidak jarang mengucilkannya. Lantas bagaimana sebenarnya
praktik dari pegetahuan ini?
Tak ada yang sempurna di dunia ini, kecuali Nabi Muhammad Shalallahu
Alaihi Wassalam yang mulia. Semua orang punya kekurangan, dan kewajiban
kita untuk memahaminya. Jangan pernah berharap orang lain itu akan sama atau
sesuai dengan diri kita. Karena hal ini tidak akan pernah terjadi, setiap orang
punya ibadah khas yang berbeda-beda jangan paksakan ia harus sama dengan diri
kita. Demikian juga setiap orang punya kekurangan atau kesalahan yang mungkin
ia lakukan, maka introspeksi diri bahwa kita juga banyak kekurangan adalah
sebuah kebijaksanaan.
Tentu saja hal ini bukan berarti menghilangkan amar ma’ruf nahi mungkar,
selama hal itu bukan merupakan sesuatu yang haram maka berilah ruang untuk
sebuah kebebasan. Pun demikian jika memang itu adalah perbuatan haram, nasehat
yang berterusan dan menasehatinya dengan kelembutan adalah jalan yang
diharapkan. Menjauhinya, mencelanya atau mungkin menghukumnya pada dasarnya
bukanlah sebuah tuntunan. Tugas kita adalah menyampaikan, setelah itu maka
diserangkan kepada yang bersangkutan.
Teruslah belajar untuk memahami kekurangan orang lain, jangan pernah
menginginkan orang lain sama dengan kata. Apalagi pada hal-hal yang sifatnya
bukan keharusan agama, karena setiap orang punya ibadah khas yang akan
menghantarkan ke jannahNya. Berusahalah terus untuk introspeksi diri, jangan
mencari-cari kesalahan orang lain karena kesalahan diri sudah sangat
menyibbukkan kita.
Tidak ada yang sempurna, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah Ta’ala.
Pasangan kita, teman, handai taulan dan semua manusia di semesta ini tidak ada
yang sempurna. Maka memahami setiap kekurangan mereka, berfikir lebih terbuka
dan terus berusaha menjadi pribadi yang mengedepankan pemahaman kemanusiaan
yang membawa kepada Islam yang rahmatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...