Oleh:
Abd Misno MA
Saat ini kita
berada di zaman penuh fitnah, yaitu zaman di mana banyaknya cobaan, bala’,
dan berbagai kemungkaran yang kian merajalela. Zaman fitnah ini meniscyakan kita
untuk dapat bersikap dengan bijak dan cerdas, khususnya dengan berbagai
informasi yang sampai kepada kita. Perkembangan tekhnologi informasi dan
komunikasi telah digunakan oleh banyak orang-orang yang tidak bertanggungjawab
untuk menyebarkan berbagai isu, baik itu isu yang berisi kedustaan (hoax),
bercampur antara kebenaran dengan kedustaan atau berita benar yang syarat
dengan kepentingan. Jika sejak dahulu Islam mengajarkan untuk selalu melakukan tabayun,
yaitu mengecek kembali kebenaran suatu berita maka zaman ini memerlukan
adanya tabayun ekstra dalam menerima berita yang sampai ke depan mata. Tahan... dan berbuatlah...
Berbagai berita yang
sampai kepada kita seringkali bermuatan berbagai kepentingan, dari mulai
kepentingan politik, ideologi hingga isu dusta sehari-hari. Bisa jadi suatu
berita itu benar terjadi tapi kemudian disebarkan tanpa memperhatikan
kemudharatan yang akan ditimbulkan. Dari sini kita sering mendengar ungkapan “Jangan
ungkapkan semua yang kita ketahui”, maknanya bahwa walaupun itu berita benar
namun jika mudharatnya lebih banyak maka tidak perlu kita sebarkan. Karena biasanya
berita seperti ini akan dengan mudah dimanfaatkan oleh orang-orang yang hatinya
penuh dengan kebencian dengan Islam. Apalagi jika berita itu adalah jelas-jelas
dusta, maka dosa besar apabila kita ikut menyebarkannya. Dosa di atas dosa
karena berita itu akan terus menyebar hingga dosa atas orang berikutnya yang
menyebarkan kembali akan berkontirbusi kepada pembuat awal berita dan
orang-orang yang pertama-tama menyebarkannya. Maka ketika kita menerima berita,
Tahan... pastikan bahwa berita itu benar
atau yakin tidak akan menimbulkan kemudharatan. Seteleh itu berbuatlah... lakukan apa yang seharusnya kita
lakukan dengan pertimbangan iman dan Islam.
Terkadang berita
yang tidak benar (hoax) juga disebarkan oleh orang-orang yang beriman. Bukan
karena keimanannya, tapi ketidaktahuannya akan
isi berita itu yang kemudian mendorongnya untuk menyebarkannya. Jadi jangan
berburuk sangka (su’udhan) dengan orang yang beriman yang ikut-ikutan
menyebarkan berita dusta (hoax), karena di zaman fitnah ini para
penyebar dusta sengaja memanfaatkan ketidaktahuan orang-orang beriman. Apalagi jika
berita yang disampikan berkaitan dengan keimanan dan keislaman, ghirah yang
tinggi tentu memiliki keinginan kuat untuk segera menyebarkannya atau minimal
menyampaikannya kepada orang dekatnya. Jangan salahkan mereka yang tidak tahu,
teruslah menyadarkan mereka karena itulah yang utama. Maka Tahan... pastikan bahwa berita itu benar.
Berita yang benar
di zaman ini juga banyak disebarkan oleh orang-orang yang hatinya benci dengan
Islam. Terkadang mereka juga adalah orang-orang Islam namun masih belum paham dengan
konsekuensi keislamannya. Menyikap berita benar yang sampai kepada kita, maka
hendaknya Tahan... dan pikirkan efek dari
menyebarnya berita tersebut. Berita tentang berbagai wasiat Nabi Muhammad shalallahu
alaihi wassalam atau orang-orang Sholeh serta berbagai fadhilah jika
belum tentu kebenarannya sebaiknya jangan disebar terlebih dahulu. Bahkan jika
sejatinya itu adalah kedustaan maka biarkan berita itu hanya sampai pada kita,
karena berapa banyak para penyebar berita yang benar sejatinya hanya
menginginkan rasa ketakutan pada diri umat Islam. Mereka ingin menghancurkan
Islam dengan menyebarkan berita yang benar namun efeknya melemahkan umat Islam.
Maka Tahan...
jangan sebarkan berita walaupun benar tapi berdampak buruk
bagi umat Islam.
Apabila kita
telah tabayun, check-recheck dan triple check serta telah
yakin bahwa berita itu benar maka berbuatlah. Lakukan apa yang seharusnya patut
untuk dilakukan, jangan bersikap reaktif tanpa ilmu. Jangan juga melakukan
tindakan tanpa pertimbangan karena musuh-musuh Islam sangat suka jika umat
Islam terprovokasi, melakukan tindakan yang sangat mereka harapkan berupa
kekerasan atau tindakan yang tidak berkemanusiaan. Berbuatlah...
jika memang suatu berita itu benar. Lakukan dengan tangan (kekuasaan), ucapan
dan tindakan. Bila kita belum mampu melakukan semua itu atau karena mudharat
yang lebih bisa yang akan ditimbulkan maka lakukan dengan hati, ingkari dengan
hati segala isi berita yang sampai kepada kita. Jangan diam saja, apalagi jika
kita tahu akan ilmunya, punya kekuatan, punya kekuasaan dan tidak adanya
mudharat yang lebih besar yang akan ditimbulkan.
Berbuatlah... karena ketika kita diam saja dengan
berbagai berita yang sampai kepada kita, maka bisa jadi hati kita telah mati
atau iman kita dirasuki pemikiran yang menyimpang hingga tidak ada rasa ketika
Islam dihina. Lakukan sesuai dengan kemampuan kita, jangan berlebihan gunakan
ilmu dan pemahaman agar reaksi kita tepat sasaran. Berbuatlah...
ketika memang sudah saatnya, ketika segala pertimbangan sudah
dilakukan. Karena itulah bukti keimanan kita, jangan diam saja ketika ada
berita sampai kepada kita, kita tahu berita itu benar adanya... karena nanti
kita akan ditanya tentang itu semua.
Tahan... dan berbuatlah... tahan dan pastikan
bahwa berita yang sampai kepada kita itu sudah benar. Tidak ada kemudharatan
yang lebih besar ketika disebarkan, dan berbuatlah sesuai dengan tuntunan
Islam. Jangan reaktif yang mengakibatkan musuh-musuh Islam senang karena
strategi mereka sesuai tujuan. Sikapi dengan bijak, awali dengan ilmu landasi
dengan ilmu dan berbuatlah dengan ilmu... karena semua yang kita lakukan akan
dipertanggungjawabkan. Wallahu a’lam.
Kota
Hujan, menjelang berbuka Puasa
19 Mei
2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...