Oleh: Abd Misno MDJ
Ramadhan 1441 H dua hari lagi akan berlalu, namun seperti
ramadhan-ramadhan sebelumnya selalu saja diri ini merasa kurang dalam mengisi
hari-harinya. Ya... tidak banyak yang bisa dibanggakan, apalagi Ramadhan kali
ini masih berada di bawah bayang-bayang Virus Corona. Menjalankan shaum
(puasa), shalat taraweh dan shalat lima waktu berjamaah di rumah serta qira’ah
Al-Qur’an. Terlalu biasa untuk sebuah standar mengisi kemuliaan bulan ini
dengan segala pahala yang berlipat ganda.
Keinginan untuk mengisi Ramadhan dengan maksimal selalu ada
di dada, namun seringkali hawa ini menghalang-halanginya. Keadaan “Tidak Normal”
dengan adanya Covid-19 ini turut mengurangi kualitas dari ibadah di bulan suci
ini. walaupun tidak tepat juga ketika harus menyalahkan keadaan, karena
semuanya kembali ke kita. Salah diri kita sendiri yang masih saja terlena
dengan dunia, baik dunia medsos (media sosial) ataupun dunia nyata. Kecanggihan
tekhnologi informasi dan komunikasi khususnya media sosial pada HP memang
benar-benar menyita masa kita, tak berdaya kita dibuatnya. Jika tidak terjatuh
kepada yang haram, maka menghabiskan waktu sia-sia itulah adanya.
Ramadhan ini masih terasa kurang, baik dalam kuantitas
ibadah ataupun kualitasnya. Bacaan Al-Qur’an yang kadang terlalu tergesa-gesa,
walaupun dapat mengkhatamkan sebelum pertengahan Ramadhan tapi belum bisa merasuk
ke jiwa. Shalat taraweh yang full dilaksanakan hingga hari ke-28 ini juga masih
belum berpengaruh banyak kepada diri. Ya Allah, berjuta nasehat sudah kudengar,
kalamMu sudah terbaca, tapi jiwa ini masih juga belum bisa maksimal
menyembahMu.
Terlalu banyak alasan yang selalu dikemukakan, bahkan
lemahnya raga pun belum bisa membuat jiwa ini menerima kuasaNya dengan
sempurna. Padahal seharusnya semakin raga ini lemah, semakin kuat jiwa untuk
memaksimalkan masa. Apakah ini karena dosa yang masih bersemayam di jiwa? atau nasuha
yang masih belum ada? Bisa jadi demikian adanya. Hawa akan selalu mencari
berjuta rasa, berjuta cerita untuk membenarkannya hingga minda pun dikuasainya.
Ramadhan yang selalu kurang, menjadi kisah di penghujungnya.
Tak banyak yang bisa dicerita, hanya asa yang selalu ada di jiwa. Semoga
akhirnya tetap ada karuniaNya hingga ketika betul-betul ketika kita keluar
darinya ampunan Allah dapat kita rasa. Atau di suatu masa, ketika jiwa dan raga
mulai menua, itulah masa yang tidak ada lagi cerita. Tunduk patuh pada semua
syariahNya, masanya untuk kembali kepadaNya dan menghilangkan semua hawa dunia.
Semoga...
Pagi menjelang Siang di Kota Hujan, 21 Mei 2020 M/28 Ramadhan 1441 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...