Jumat, 17 Februari 2023

Geo Religius yang Misterius

Oleh: Misno bin Mohamad Djahri



Lir..ilir.... Lir..ilir....Tandure wis sumilir ta ijo royo-royo tak sambut pengantin anyar ......” potongan syair ini mengawali datangnya Islam ke Indonesia. Sebelum itu yaitu pada abad VII wilayah Nusantara menjadi pusat-pusat penyebaran agama Hindu dan Budha, dengan dibangunnya Borobudur memperlihatkan eksistensi salah satu dari dua agama ini begitu kokoh menancap dalam hati sanubari rakyat Indonesia waktu itu.

Namun siapa yang menyangka pada abad-abad setelahnya dua agama itu perlahan tapi pasti ditinggalkan oleh para penganutnya. Ada apakah gerangan? terlepas dari konflik antara kerajaan waktu itu ternyata mentari Islam  telah terbit di ufuk bumi pertiwi ini. Dengan skenario-Nya geo religius (peta iman) telah berubah, siapa yang menduga? dan siapa yang bisa menahannya?

Islam hadir ke Indonesia dengan damai dan begitu bersahaja, itulah wajah Islam sebenarnya. Tidak ada tercatat dalam sejarah bahwa Islam datang ke Indonesia dengan pedang atau kekuasaan.

Kembali ke sya’ir di atas setiap kali penulis mendengarnya ada semacam getaran halus yang mengalir, rasa bangga haru dan ghirah yang tinggi untuk meneruskan kehidupan Islam ini. Dengan segala kemuliaannya Islam datang ke Indonesia tidak dengan penjajahan apalagi pertumpahan darah, akulturasi budaya yang begitu memikat, sehingga ahli hukum dari kalangan penjajah menganggap bahwa hukum adat kita adalah hukum Islam. Hal ini lumrah karena Islam sangat menghormati budaya dan kultur masyarakat setempat tentunya jika kultur tersebut tidak bertentangan dengan Islam.

Lalu apa yang dapat kita petik dari persitiwa ini? begitu banyak tugas yang belum terselesaikan oleh para da’i sebagai penyebar Islam di Nusantara ini, dengan mencoba menguak rahasia Ilahi kita mempunyai tugas berat untuk terus menyebarkan risalah ini ke seluruh dunia. Ketika para da’i datang ke Indonesa mereka menghadapi banyak penganut agama lain, sehingga mereka berijtihad dengan metode dakwahnya, sehingga kita lihat di antara mereka ada yang menggunakan wayang, sinom, macapat (keduanya sejenis sya’ir) untuk memperlancar penyampaian da’wah mereka.

Lalu setelah kebanyakan rakyat memeluk Islam apakah kita akan diam saja? tentu tidak, tugas kita bersama untuk menyampaikan Islam ini, tashfiyah (penyaringan) terhadap paham-paham yang menyatu dalam Islam harus kita terapkan, kita harus terus membina ummat agar selalu berislam sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Nabi. Dan ini adalah tugas kita, sambil melaksanakan tugas mulia ini kta terus berdo’a agar Islam diterima di seluruh dunia.

Dan ternyata pada awal abad ke-XXII geo religius itupun berubah. Eropa yang dulu menjadi basis agama Masehi kini perlahan mulai mempelajari Islam, cahaya-cahaya kekuningan fajar Islam mulai tampak. Siapa yang menyangka bahwa Islam akan mendapat tempat di hati benua putih itu? siapa juga yang bisa menghalanginya?

Geo religius tetaplah misterius tidak ada yang bisa memprediksikannya, namun bukan itu yang kita fikirkan. Saat ini adalah bagaiman tugas kita agar fajar Islam itu semakin merekah dan menampakan mentari Islam baik di Eropa ataupun di belahan dunia lainnya. Amanah yang kita emban ini adalah sebagai amalan kita yang akan menjadi bekal di Akhirat kelak.

Ketika di Indonesia Islam telah lama hadir maka kewajiban bagi kita untuk terus memajukan pemikiran Islam, dengan tashfiyah dan tarbiyah seara terus menerus diharapkan kita akan mampu melaksanakan amanah ini. Amanah yang menjadi tugas semua ummat Islam. Dan kita semua menunggu hari kemenangan bagi ummat Islam dan ini menjadi rahasia Allah ta'ala.

Geo religius akan terus berlangsung dan tidak ada yang tahu ke mana arahnya. Kita sebagai manusia hanya melaksanakan tugas kita sebagai makhluk-Nya yaitu beribadah kepadanya. Dan salah satu bentuk ibadah tersebut adalah menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia serta membersihkan Islam dari hal-hal yang menempel pada Islam yang tidak sesuai dengan Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...