Misno Mohamad Djahri
Allah Akbar.... Allah Akbar....
Allah Akbar.... La ilaah ilallahu Allahu Akbar Allahu Akbar walillahilhamd.
Raya Idhul Adha telah tiba gemuruh
takbir, tahmid dan tahlil membahana di ranah Nusantara. Yah... it is our
celebration (ini adalah hari raya kita) Idhul Adha hampir setiap tahun
berulang, bagaiman animo masyarakat? biasa saja. Shalat ‘Idh pulang ke rumah
potong qurban lalu malamnya nyate.
Tidak ada perbedaan mencolok dari
hari-hari biasa, makna Idhul Adha sendiri telah bias oleh rutinitas itu. Haruskah
kita nrimo dengan apa yang ada? atau kiat menginginkan sesuatu yang lebih dari
semua rutinitas ini?
Sekali lagi ini adalah hari raya
kita, kenapa kita tidak merayakannya, membuat sebuah festival, perlombaan,
permainan dan ciri khas lain dari hari raya, apakah masyarakat kita sudah bosan
dengan banyaknya “hari raya“ yang mereka rayakan? sebuah pertanyaan besar yang
akan kita coba bahas pada kesempatan kali ini.
Allah ta’ala berfirman :
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ
مَعْلُومَاتٍ
Dan sebutlah nama Allah pada
hari-hari yang ditentukan itu. QS Al-Hajj : 28
Riwayat dari Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wa Salam
عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ
يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ
اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, ia berkata, dahulu orang-orang Jahiliyyah memiliki dua haridi setiap
tahun yang malan mereka biasa bersenang-senang ketika itu. Ketika Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke kota Madinah, beliau bersabda, “Dahulu
kalian memiliki dua hari di mana kalian bersenang-senang ketika itu. Sekarang
Allah telah menggantikan untuk kalian dengan dua hari besar yang lebih baik
yaitu Idul Fithri dan Idul Adha.” HR. Abu Daud, Ahmada dan An-Nasa’i
Idhul Adha adalah hari raya umat
Islam yang harus dirayakan karena Allah ta’ala telah memilihnya sebagai hari
raya kita. Hari raya adalah hari untuk bersenang-senang, berdzikir mengingat
Allah dan hari makan dan minum.
Namun hari raya ini ternyata belum
mendapat perhatian secara benar oleh kaum muslimin, yang ada adalah setiap hari
raya datang selalu menjadi ajang festival konsumsi, di mana semangat pergantian
mode dan fashion telah dilalap oleh industri iklan dan televisi hanya untuk
keuntungan semata, hari raya hanya sekadar simbol (icon) dan tanda-tanda yang
diyakini sebagai artefak ketakwaan seseorang.
Secara jujur kita katakan bahwa Values
of Spiritual yang kita miliki semakin mengambang ke arah prestise
materilasistik. Hal ini mengakibatkan kita salah arah dalam merayakan hari raya
ini. Sebagian kita begitu cuek ketika hari raya ini datang, atau ada
juga yang bersikap seperti seseorang yang memiliki anak tiri yang melakukan
kesalahan, sungguh memprihatinkan jika kita bersikap seperti itu pada hari raya
ini. Ada apa sebenarnya di balik sikap masyarakat kita ini?
Idhul Adha jatuh hanya selang satu
bulan setelah Idhul fitri dan hanya setengah bulan dengan tahun baru masehi dan
Valentine Day yang menyesatkan remaja kita. Hanya beberapa bulan ke
depan masyarakat kita akan merayakan Maulud Nabi, Isra’ Mi’raj, Muharam,
Nisfu Sya’ban dan perayaan lainnya.
Begitu banyak “hari raya“ yang akan
diperingati oleh ummat Islam, belum lagi perayaan-perayaan yang bersifat
duniawiyah seperti hari ibu, hari Kartini, hari anak, hari ulang tahun dan yang
lainnya. Saya melihat bahwa semua itu mengakibatkan masyarakat muslim kita
begitu bosan dan terbiasa dengan hari-hari raya mereka. Salahkah mereka?
tidak... yang salah adalah para pembesar yang selalu memacu terjadinya
perayaan-perayaan itu.
Padahal seperti kita tahu bahwa
hari raya bagi Ummat Islam hanya ada dua yaitu hari raya Idhul Adha dan hari
raya Idhul Fitri, dan selain dari keduanya adalah sesuatu yang tidak pernah
disyari’atkan. Bagaimana kita akan merayakannya? jelas sebagai seorang muslim
yang berpegang kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah maka tidak layak “hari raya”
selain keduanya kita rayakan bukankah hal itu juga tidak pernah dirayakan oleh
Nabi, Shahabatnya, dan orang-orang yang berada diatas jalannya, kenapa kita
harus memperingatinya?
Masyarakat kita sibuk dengan “hari
raya-hari raya" yang mereka buat sendiri, cobalah anda lihat bagaimana
ummat memperingati maulid Nabi, Isra Mi’raj begitu meriah peringatan itu, juga
festival-festival yang diadakan menjelang tahun baru hijriah (Muharam) dengan
alasan menghidupkan syiar Islam mereka membuat berbagai acara menjelang
pergantian tahun baru Islam itu, bolehkah semua itu? Hari raya adalah bagian
dari ibadah dan ibadah itu harus ada contohnya dari Nabi dan Shahabatnya, jika
mereka tidak melaksanakannya berarti hal itu bukanlah sebuah kebaikan bahkan
itu sebuah kesesatan.
Kita harus puas dengan apa yang
telah datang dari Allah dan Rasul-Nya termasuk dengan hari raya ini. Rayakanlah
keduanya dengan sebaik-baiknya, rayakanlah Idhul Adha ini jangan dianggap
sebagai anak tiri, agungkanlah nama-Nya dan bersenang-senanglah selama tidak
bertentangan dengan syari’at. Dan segera tinggalkan perayaan-perayaan yang
tidak ada aturannya dalam Islam, karena semua itu adalah perkara-perkara yang
baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasul Shalallahu alaihi wassalam.
Akhirnya
dari pembahasan ini dapat kita simpulkan bahwa :
1.
Idhul Adha adalah hari raya kita dan kita
disyariatkan untuk merayakannya.
2.
Spirit of Islam (Ruh Islam) harus segera
kita bangunkan sehingga ummat Islam mampu mengambil hikmah dari perayaan ini.
3.
“Hari raya- haru raya“ yang mereka rayakan yang
tidak berasal dari Islam dan tidak ada sumber yang Shahih maka itu bukanlah
hari raya dan harus kita buang sejauh-jauhnya.
4.
Keringanan (Rukhshoh) bagi kita pada hari
raya untuk menabuh rebana (duf) bagi anak kecil sebagai sebuah bentuk
perayaan.
5.
Tugas kita bersama untuk merubah citra (image)
masyarakat kita yang cuek dengan Idhul Adha ini, agar mereka merayakannya
sesuai dengan syariah yang mulia.
6.
Buang sejauh-jauhnya simbol-simbol agama yang
tidak ada contohnya dari Nabi yang hanya menjadi ajang bisnis komersil yang
banyak menyesatkan ummat serta mendangkalkan aqidah ummat Islam. Wallahua’lam,
23022023.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...