Selasa, 30 Mei 2017

Pancasila Yang Kami Damba

Pancasila Yang Kami Damba
Oleh: Dr. Abdurrahman Misno BP, MEI
Pengajar Ilmu Politik Islam di STEI Tazkia Bogor dan Ketua Program Studi Islamic Business Law STEI Tazkia

Kita patut bersyukur kepada Allah Ta’ala atas seluruh nikmat yang telah dilimpahkanNya. Salah satu dari nikmat tersebut adalah kesempatan kita bisa lahir, tumbuh dan berada di negeri tercinta Indonesia. Syukur dan ucapan terima kasih tidak lupa juga kita sampaikan kepada para pendahulu negeri ini yang telah meninggalkan satu konstitusi dan dasar negara yaitu Pancasila. Kelahiran Pancasila sebagai hasil pemikiran mendalam dan daya kreatif founding father negeri ini haruslah sentiasa kita jaga. Salah satunya adalah dengan memahaminya sesuai dengan makna yang diharapkan dari mereka yang merumuskannya.
Merujuk pada sejarahnya, baik yang dirumuskan oleh Muhammad Yamin, Prof. Soepomo, dan Ir. Soekarno tertumpu pada kesejahteraan sosial yang berdasarkan pada asas Ketuhanan Yang Maha Esa. Maknanya bahwa cita-cita tertinggi Pancasila sebagai dasar negara ini adalah rakyat yang sejahtera baik secara material ataupun spiritual dengan berdasarkan keimanan kepada Allah Ta’ala.
Merujuk pada fakta ini maka menempatkan Pancasila sebagai dasar negara dan ideology bangsa Indonesia yang bersifat terbuka adalah sebuah sikap bijaksana. Maksudnya adalah bahwa Pancasila tidak bisa dipertentangkan dengan ideology atau agama lain yang memiliki cita-cita dan tujuan yang sama. Pertentangan yang dibuat-buat oleh segelintir orang sejatinya justru akan menghilangklan nilai esensi dari Pancasila itu sendiri. Pancasila yang universal dan syarat dengan nilai-nilai spiritual.
Kenyataan bahwa Islam dan Pancasila sentiasa berjalan seirama tanpa adanya pertentangan telah terbukti sejak masa kelahiran Pancasila. Bahkan para perumusnya sendiri adalah beragama Islam yang sangat memahami bagaimana mengimplementasikan Islam di tengah masyarakat plural dengan berbagai suku, agama, kepercayaan, ras dan golongan. Nilai-nilai fundamental Islam (Islamic Value) nampak jelas dalam setiap sila dalam Pancasila, sifat susunannya adalah hirarkhis dan mempunyai bentuk piramidal. Sila pada Pancasila saling menjiwai dan dijiwai. Sila yang di atasnya menjiwai sila yang di bawahnya, tetapi sila yang di atasnya tidak dijiwai oleh sila yang di bawahnya. Sila yang di bawahnya dijiwai oleh sila yang di atasnya, tetapi sila yang di bawahnya tidak menjiwai sila yang di atasnya. Sebagai contoh nilai-nilai Ketuhanan menjiwai nilai-nilai Kemanusiaan Persatuan Kerakyatan dan Keadilan, sebaliknya nilai Ketuhanan tidak dijiwai oleh nilai-nilai Kemanusiaan Persatuan Kerakyatan dan Keadilan, begitulah seterusnya.
Rumusan ini membantah sebagian orang yang menyatakan bahwa Pancasila bertentangan dengan Islam. Mereka berpendapat bahwa Pancasila memiliki sifat kebhinekaan sementara Islam bersifat tunggal. Pendapat ini tentu saja tidak tepat, karena Pancasila dan Islam bukanlah dua hal yang bisa dibandingkan, yang satu rumusan manusia yang satunya lag datang dari Allah Ta’ala. Pancasila adalah dasar bernegara, sedangkan Islam adalah dasar beragama dan menjalani kehidupan dunia.
Pancasila dalam satu sisi memiliki tiga fungsi; Pertama, Pancasila bukan agama dan tidak bisa menggantikan agama Islam. Kedua, Pancasila bisa menjadi wahana implementasi Syariat Islam. Ketiga, Pancasila dirumuskan oleh tokoh bangsa yang mayoritas beragama Islam. Baik Islam ataupun Pancasila pada satu sisinya memiliki sifat yang sama pada satu sisi yaitu bersifat terbuka, realis, idealis dan fleksibel.
Jika ada yang berpendapat bahwa Islam anti dengan kebhinekaan maka, cobalah pelajari lagi bagaimana umat Islam di Indonesia memberikan toleransinya yang tinggi terhadap agama lainnya. Toleransi yang didasari pada nilai-nilai Islam yangh universal, bukan toleransi yang selalu mereka dnegung-dengungkan yaitu untuk menghancurkan Islam. Ya… Islam memiliki toleransi yang sangat tinggi, tapi bukan toleransi yang kebablasan atau toleransi yang hanya mementingkan pihak sendiri.

Maka, Pancasila Yang Kami Damba adalah Pancasila dengan makna yang sebenarnya bukan hasil rekasayasa manusia yang digunakan untuk kepentingan politiknya saja. Bukan pula menafsirkan secara bebas hingga kemudian diseret bertentangan dan seolah-olah bertentangan dengan Islam. Pancasila yang didamba oleh umat Islam adalah dasar negara yang memiliki nilai-nilai Islam dengan semangat syariah Ilahi. Syariat ini sendiri menjadi rahmat dan menebarkan kebaikan kepada seluruh warga negara tanpa melihat suku, bangsa, agama dan kepercayaanya. Wallahu A’lam (ambp). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...