Selasa, 06 Oktober 2020

Customize University: Perguruan Tinggi Berbasis Kebutuhan Mahasiswa

Abdurrahman Misno BP



 

“Pak sepertinya saya tidak nyaman dengan kelas dan program studi saya” demikian keluhan mahasiswa Program Studi Magister Ekonomi Syariah tempat saya mengajar. Ketidaknyamanan tersebut utamanya adalah karena beberpa mata kuliah yang dia rasa tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan, khususnya terkait dengan bidang konsentrasi yang akan diambilnya. Ya... dia memang berkeinginan untuk melanjutkan riset pada level degree yang telah dilakukannya yaitu terkait dengan pengobatan ala Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam.  

Saya sempat berfikir hal lain terkait dengan mata kuliah, cara mengajar dosen, teman-teman satu kelas dan mungkin fakor usia menjadi sebab ketidaknyamanan dari mahasiswa level master tersebut. Tetapi kemudian saya berfikir, bahwa ketidaknyamanan yang paling utama adalah bahwa beberapa mata kuliah memang tidak dia perlukan, karena ia ingin fokus pada satu bidang yang menurutnya itulah passionnya.

Menarik untuk dibincangkan, bahwa pada level master tentu saja pemikiran mahasiswa di level ini sudah sampai pada tingkat kematangan. Berbeda dengan mahasiswa level degree atau sarjana yang terkadang masih mencari jati dirinya. Pada level master mereka lebih memahami apa yang dibutuhkannya untuk dirinya, kariernya dan masa depannya. Sehingga sangat wajar jika mereka akan memilih dan memilah setiap program studi hingga mata kuliah yang diambilnya.

Padahal sejatinya sistem SKS yang telah lama diterapkan di perguruan tinggi sejatinya juga mengakomodir mahasiswa untuk bisa memilih mata kuliah yang dia butuhkan. Demikian juga penetapan mata kuliah dalam sebuah kurikullum prodi telah dirumuskan sedemikian rupa sehingga akan mewujudkan lulusan sesuai dengan kompetensinya. Sayangnya hal ini terkadang masih belum dipahami dengan baik oleh mahasiswa, sehingga sistem “berjama’ah” dalam artian dari awal sampai akhi dalam satu rombongan kelas masih menjadi hal lumrah. Bahkan kelihatan aneh kalau ada mahasiswa yang berpindah-pindah kelas karena mata kuliah yang diambilnya.

Demikian pula pola mengajar dosen yang masih terkesan gaya “kolonial” sehingga bukannya membimbing mahasiswa malah membebani mahasiswa. Masuk kelas, menjelaskan, memberika tugas dan kemudian pulang adalah kebiasaan dosen yang sudah tidak lagi sesuai dengan tuntutan zaman.

Customize University istilah ini muncul dalam pikiran saya untuk menaanggapi kasus mahasiswa master saya. Lebih tepatnya mungkin Customize Departement, yaitu program studi yang menyesuaikan kebutuhan dari mahasiswa. Sebagai contoh ketika Ahmad ingin menjadi Dewan Pengawas Syariah (DPS) maka ia harus mengambil mata kuliah yang akan mendukung profesi yang akan dijalaninya. Mata kuliah yang tidak mendukung secara langsung sebaiknya tidak perlu diambilnya. Bahkan sangat mungkin ia mengusulkan mata kuliah baru yang belum ada dalam kurikullum.

Demikian juga Aisyah yang ingin menjadi seorang Peneliti bidang Ekonomi Syariah, maka dia akan mengambil mata kuliah yang akan mendukung bagi harapannya tersebut. Dia tidak akan mengambil mata kuliah yang tidak dibutuhkannya serta tidak terkait langsung dengan profesi yang akan digelutinya nantinya. Ia juga berhak mengusulkan mata kuliah baru ke prodi. Bukankah ini juga fungsi dari rekonstruksi kurikullum? Ya... tepat sekali.

Gagasan ini mungkin hanya cocok untuk level magister dan doktoral, dengan pertimbangan mahasiswa pada level ini lebih dapat memahami kebutuhannya serta apa yang sebenarnya dia inginkan ketika akan masuk ke suatu program studi di level Pascasarjana. Apabila dihubungkan dengan konsep Kampus Merdeka atau Belajar Merdeka sepertinya ada korelasi yang kuat, di mana mahasiswa memilih mata kuliah yang memang dia butuhkan dan sukai. Mahasiswa tidak lagi dipaksa untuk mengambil mata kuliah yang tidak dia butuhkan atau tidak disukainya. Tentu saja peran dosen pembimbing juga menjadi sangat penting khususnya pada level sarjana. Mereka adalah konsultan dan pembimbing bagi mahasiswa dalam menentukan masa depannya.

Customize University menjadi solusi bagi mahasiswa yang memiliki latar belakang keilmuan yang berbeda atau bagi mahasiswa yang memang ingin fokus pada bidang yang akan ditekuninya. Program studi sendiri menjadi gawang bagi kreatifitas mahasiswa agar senantiasa selaras dengan rumpun keilmuan dari prodi tersebut. Namun, pilihan mahasiswa khususnya pada level magister menjadi pertimbangan utama.

Gagasan ini menjadi satu awal bagi pengembangan pembelajaran khususnya pada level Magister sehingga ke depan mahasiwa pada level ini betul-betul menjadi ahli dalam bidang yang memang dia sukai dan diharapkan menjadi ekspert di bidang tersebut. Maka bagi dosen dan tenaga kependidikan harus bersiap untuk terus menjadi lebih baik, berani berubah daalam menghadapi berbagai perkembangan yang ada di tengah masyarakat. Bogor, Waktu Dhuha, 06092020.

 

 

5 komentar:

  1. Karya yg menyejukan... Tulisan yg pnuh arti dan makna sejati.. thnks so much Dr. AMBP

    BalasHapus
  2. Karya yg menyejukan... Tulisan yg pnuh arti dan makna sejati.. thnks so much Dr. AMBP

    BalasHapus
  3. Karya yg menyejukan... Tulisan yg pnuh arti dan makna sejati.. thnks so much Dr. AMBP

    BalasHapus
  4. Karya yang inspiratif yang menjadikan saya termotivasi terimakasih Dr.AMBP

    BalasHapus

Please Uktub Your Ro'yi Here...