Senin, 30 Agustus 2021

Membahagiakan Diri, Orang Lain dan Negara

Oleh: Misno bin Mohd Djahri 



Bahagia adalah dambaan setiap manusia, segala cara dilakukan untuk mendapatkannya. Seseorang pergi untuk bekerja pada pagi dan pulang malam hari hanya untuk mendapatkan kebahagiaan. Sebagian lainnya mengkuti semua jejang pendidikan dari mulai sekolah dasar sampai program doktoral untuk mendapatkan kebahagiaan. Sementara yang lainnya bersusah-payah mencari pasangan hidup yang sesuai dengan kriteria ideal dengan harapan mendapatkan kebahagiaan. Segala cara dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan kebahagiaan, bahkan ada yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka pahami sebagai kebahagiaan.

Setiap orang memahami bahagia dengan perspektif yang berbeda, sebagian menganggap bahwa bahagia itu adalah ketika memiliki harta kekayan yang banyak. Sebagian lainnya berpendapat bahwa kebahagiaan adalah ketika jabatan dan kekuasaan ada di tangannya. Sebagian yang lain lagi berpendapat bahwa memiliki pasangan hidup idaman dan anak-anak yang baik adalah sebuah kebahagiaan sebenarnya. Intinya ukuran kebahagiaan akan berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.

World Happiness Report yang disusun Sustainable Development Solutions Network untuk PBB, melaporkan daftar terbaru negara-negara paling bahagia di dunia untuk memperingati Hari Kebahagiaan Internasional yang jatuh pada 20 Maret setiap tahun. Pada tahun 2019 negara yang terpilih sebagai negara paling bahagia adalah Finlandia.

Masyarakat Finlandia bisa mendapatkan kebahagiaan seutuhnya dengan cara berbuat baik terhadap sesama. Mereka bisa menemukan makna hidup dan kepuasan melalui kesetaraan yang lebih tinggi dan dukungan sosial. Tak ada kesenjangan sosial di negara tersebut.

Hal itu dapat diartikan bahwa masyarakat Finlandia mampu mendapatkan kebahagiaan melalui usaha minimal, tidak dengan berusaha keras untuk bahagia. Selain itu, masyarakat Finlandia juga punya kesadaran yang tinggi dalam membayar pajak, karena mereka paham kalau hasil pajak akan digunakan kembali untuk mereka.

Finlandia sebagai negara paling bahagia di dunia memiliki masyarakat yang menerapkan gaya hidup minimalis. Perlu diketahui bahwa masyarakat di negara kawasan Eropa itu dikenal dengan gaya hidupnya yang minimalis. Mereka hanya menggunakan barang-barang bermanfaat saja.

Dalam kehidupan sehar-harinya, mereka juga menerapkan budaya “Sisu”, yakni budaya hidup bahagia meski berada di masa-masa sulit, mereka tetap semangat dan tabah. Selain itu, masyarakatnya juga sangat dekat dengan alam. Mereka begitu menggemari tradisi ‘terapi hutan’, yaitu menjelajah hutan hingga ke pinggiran sungai dan danau.

Peringkat kedua dari negara paling bahagia adalah Denmark. Masyarakat di negara tersebut menerapkan konsep Hygge, yakni cara hidup bahagia, menenangkan jiwa, dan nyaman. Untuk memulai menerapkan konsep Hygge, masyarakat Denmark menciptakan astmosfer yang tenang dan nyaman supaya betah di rumah. Biasanya rumah mereka didesain dengan konsep super cozy yang mengusung interior kayu dan gelas keramik. Selain itu, masyarakat Denmark juga selalu bersyukur sehingga menjadikan mereka lebih gemar menolong, lebih pemaaf dan tidak materialistis.

Peringkat ketiga diduduki oleh Islandia yang menjunjung tinggi kesetaraan, pajak rendah, pendidikan berkualitas, dan kesehatan gratis diterapkan pemerintah Islandia. Kesetaraan menjadi prioritas utama bagi pemerintah di negara yang memiliki pemandangan alam memukau itu. Bahkan, di tahun 2018, pemerintah Islandia telah menyetarakan upah antara pekerja pria dan wanita.Faktor terbesar itulah yang membuat Islandia menempati posisi keempat negara paling bahagia di dunia.

Peringkat selanjutnya Belanda yang terkenal dengan gaya hidupnya yang santai dan ramah. Untuk menciptakan hidup bahagia, mereka menerapkan konsep mendukung sepenuhnya dan kontrol seperlunya. Bagi kalangan dewasa seperti orang tua maupun guru menciptakan suasana yang setara antara satu sama lainnya. Hal itu membuat para remaja di Belanda tidak merasakan perundungan dan bisa berkomunikasi secara leluasa dan terbuka dengan guru maupun orangtuanya.

Swiss dinobatkan sebagai negara paling bahagia di dunia karena masyarakatnya sangat konsisten dalam urusan ketepatan waktu.Tepat waktu sudah mendarah-daging bagi DNA Swiss. Negara ini juga dikenal dengan berbagai brand jam tangan berkelas.

Budaya tepat waktu membuat Swiss sangat bisa diandalkan. Bila janji bertemu pukul 15.00, pertemuan pun akan terjadi tepat pada pukul 15.00. Letak geografis negara Swiss yang berada di kawasan pegunungan itulah yang membentuk karakter masyarakatnya selalu tepat waktu.

Selandia Baru, selain terkenal dengan keindahan alamnya yang luar biasa, Selandia Baru juga menjadi negara terbersih dari korupsi sehingga masuk sebagai negara paling bahagia di dunia. Kebijakan dan sistem penanganan korupsi yang diterapkan pemerintah Selandia Baru patut diacungi jempol. Tak ada lagi ruang bagi siapa pun juga untuk korupsi, sehingga birokrasi di negara ini sangat mudah. Misalnya, untuk mengurus izin-izin usaha, masyarakat Selandia Baru hanya butuh waktu sehari saja.Bahkan, Selandia Baru menempati posisi negara tercepat di dunia dalam urusan birokrasi. Maka tak heran, negara tersebut dijuluki sebagai negara bisnis tercepat di dunia.

Norwegia pernah menempati peringkat pertama sebagai negara paling bahagia di dunia pada tahun 2017 silam. Masyarakat di negara tersebut cenderung dekat dengan keluarga dan punya keinginan membina hubungan hangat dengan sesama.Keamanan finansial juga jadi faktor pendorong negara ini menjadi negara yang paling berbahagia di dunia ini. Di Norwegia, untuk biaya kesehatan, iuran yang harus dibayarkan maksimal US$ 300 per tahunnya.

Dengan begitu, masyarakatnya akan memperoleh fri korti (kartu bebas) sehingga mereka tak perlu lagi bayar biaya kesehatan sepanjang tahun.Karena kebutuhan medisnya terjamin membuat poin Norwegia menjadi terdongkrak dalam variabel penentu kebahagiaan.

Austria menjadi salah satu negara paling bahagia di dunia. Bahkan, Wina, ibu kota Austria menjadi salah satu kota yang memiliki kualitas hidup terbaik di dunia.Meski dikenal sebagai negara yang rendah sumber daya alam, namun pada kenyataannya Austria mampu membuat masyarakatnya lebih bahagia.Hal itu karena kejujuran menjadi budaya bagi masyarakatnya. Semua warga, mulai dari kalangan anak-anak hingga dewasa diajarkan kejujuran.Di semua tingkatan, pelajaran utama di sekolah Austria adalah menanamkan kejujuran.

Bagi pemerintah Austria, pintar penting, tapi kepintaran tanpa kejujuran bisa berujung malapetaka.Pemerintah Austria juga menjamin keamanan, kesehatan, dan pendidikan. Bahkan, jarang sekali ada polisi berseragam yang lalu-lalang di sepanjang kota.

Bagaimana dengan Indonesia? ia menempati urutan ke-92 dari 159 negara di dunia yang paling bahagia. Peringkat ini setidaknya lebih baik dibanding tahun sebelumnya yang berada di posisi ke-96.Selain itu, Indeks kebahagiaan Indonesia juga mengalami peningkatan dari 5,093 menjadi 5,192. Namun, kebahagiaan Indonesia masih tetap kalah dibandingkan beberapa negara di Asia Tenggara lain, seperti Singapura menempati peringkat ke-35, Filipina peringkat ke-69, dan Malaysia peringkat ke-80.

Membahas tentang kebahagiaan tidak akan lengkap tanpa memahami definisi kebahagiaan yang disebutkan oleh para ahli. Kebahagiaan menurut Aristoteles (Adler, 2003) menyatakan bahwa happiness atau kebahagiaan berasal dari kata “happy” atau bahagia yang berarti feeling good, having fun, having a good time, atau sesuatu yang membuat pengalaman yang menyenangkan. Sedangkan orang yang bahagia menurut Aristoteles (Rusydi, 2007) adalah orang yang mempunyai good birth, good health, good look, goodluck, good reputation, good friends, good money and goodnes

Kebahagiaan merupakan sebongkahan perasaan yang dapat dirasakan berupaperasaan senang, tentram, dan memiliki kedamaian (Rusydi, 2007). Sedangkan happiness atau kebahagiaan menurut Biswas, Diener & Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup manusia apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih tinggi.

Fumham (2008) juga menyatakan bahwa kebahagiaan merupakan bagian dari kesejahteraan, contentment, to do your life satisfaction or equally the absence of psychology distress. Ditambahkan pula bahwa konsep kebahagiaan adalah merupakan sinonim dari kepuasan hidup atau satisfaction with life (Veenhoven, 2000). Diener (2007) juga menyatakan bahwa satisfaction with life merupakan bentuk nyata dari happiness atau kebahagiaan di mana kebahagiaan tersebut merupakan sesuatu yang lebih dari suatu pencapaian tujuan dikarenakan pada kenyataannya kebahagiaan selalu dihubungkan dengan kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang lebih tinggi sertatempat kerja yang lebih baik.

Sumner (Veenhoven, 2006) menggambarkan kebahagiaan sebagai “memiliki sejenis sikap positif terhadap kehidupan, dimana sepenuhnya merupakanbentuk dari kepemilikan komponen kognitif dan afektif. Aspek kognitif dari kebahagiaanterdiri dari suatu evaluasi positif terhadap kehidupan, yang diukur baik melalui standardatau harapan, dari segi afektif kebahagiaan terdiri dari apa yang kita sebut secaraumum sebagai suatu rasa kesejahteraan (sense of well being), menemukan kekayaanhidup atau menguntungkan atau perasaan puas atau dipenuhi oleh hal-hal tersebut.

Diener (1985) menyatakan bahwa happiness atau kebahagiaan mempunyaimakna yang sama dengan subjective wellbeing dimana subjective wellbeing terbagiatas dua komponen didalamnya. Kedua komponen tersebut adalah komponen afektif dan komponen kognitif.

Dengan demikian, dapat disimpulkan pengertian kebahagiaan adalah perasaan positif yang berasal dari kualitas keseluruhan hidup manusia yang ditandai denganadanya kesenangan yang dirasakan oleh seorang individu ketika melakukan sesuatu hal yang disenangi di dalam hidupnya dengan tidak adanya perasaan menderita.

Kebahagiaan sebagai sebuah perasaan dapat muncul dengan adanya beberapa indikator yang ada, misalnya terpenuhinya kebutuhan pokoknya, keamanan yang terjamin, kesejahteraan dan fasilitas hidup yang cukup. Dalam skala negara, maka negara yang bahagia dapat dilihat dari; Pendidikan gratis, perawatan kesehatan, tingkat kejahatan rendah, jaminan sosial yang nyaman, populasi yang relatif homogen dan makmur.

Selain itu ada juga standar untuk mengukur kebahagiaan sebuah negara dilakukan berdasarkan usia harapan hidup, pendapatan per kapita, kebebasan untuk menentukan pilihan, dukungan sosial, hingga kemurahan hati.

Indonesia menempati posisi ke-92 dari 159 negara di dunia dalam tingkat kebahagiaan, maknanya bahwa warga negara Indonesia belum bisa merasakan kebahagiaan dengan sepenuhnya. Salah satu dari penyebabnya adalah karena mereka belum bisa menjadi pembelajar, ya... belajar adalah kunci utama dalam meraih bahagia.

Bukankah di Indonesia sudah ada wajib belajar minimal 9 (sembilan) tahun, yaitu dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah. Ini permasalahannya, bahwa ternyata pembelajaran yang dilaksanakan saat ini masih jauh dari tujuan pendidikan itu sendiri.

Metode belajar yang ada saat ini masih cenderung menempatkan anak sebagai obyek,  sehingga mereka dipaksa untuk menghafl berbagai rumus, teori dan berbagai ilmu pengetahuan. Bahkan sejak tingkat dasar mereka sudah diberikan mata pelajaran yang begitu bayak sehingga bukannya mereka merasa senang belajar, yang muncul adalah belajar itu menjadi beban sehingga mereka tertekan dan stress dengan belajar.

Selain itu pembelajaran yang diberikan tidak sesuai dengan perkembangan anak sehingga kita lihat anak sekolah menengah sudah belajar ilmu untuk perguruan tinggi. Akibatnya lagi-lagi anak tidak suka dengan yang namanya belajar.

Maka bagaimana caranya agar meraih bahagia? Jawabannya adalah dengan memahami makna bahagia, mengetahui kunci-kunci utama kebahagiaan dan menghilangkan segala penghambat dalam meraih kebahagiaan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...