Selasa, 24 Agustus 2021

Wahai Para Istri, Bertakwalah kepada Allah...

 Oleh: Misno Mohd Djahri




Ini kisah seorang suami yang telah melewati usia setengah abad, kehidupannya sudah mapan; ada jabatan dan juga kekayaan. Namun ada satu hal yang mulai mengganjal di hatinya, hasratnya sebagai laki-laki tidak lagi dapat tersalurkan sesuai dengan keinginannya. Ya... sejak istrinya mengalami menopause, hasratnya sebagai sebagai seorang perempuan menurun drastis bahkan bisa dikatakan telah tidak ada lagi. Sebaliknya suaminya yang berusia sekitar 55 tahun justru hasratnya kembali bergelora. Sebuah rona kehidupan yang saling bertentangan yang kemudian memunculkan konflik terpendam.

Setiap kali sang suami mengajak istrinya untuk menikmati “surga dunia”, sang istri menolaknya. Kalaupun sekali-kali mau melayani suaminya biasanya dengan penuh terpaksa dan tidak ada lagi “rasa” yang dulu ada. Masa-masa yang seharusnya dapat dinikmati bersama justru menjadi semacam “nestapa” bagi suami karena harus memadu rasa dengan jasad yang seolah-olah tanpa nyawa. Hambar, itulah kata yang dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan sebenarnya.

Sang suami berusaha untuk bertahan, menikmati “hidangan” yang terasa tanpa garam itupun kadang hanya satu kali sebulan. Ia tak berani untuk “jajan” apalagi apalagi yang dijajakan di pinggir jalan. Dia termasuk orang yang masih berpegang teguh dengan yang namanya kesetiaan, walaupun tidak begitu teguh memegang prinsip keagamaan. Dia sadar dan terus berusaha menikmati “hidangan rumahan” yang walaupun hambar masih untuk sekadar menyalurkan di jalan yang benar.

Namun, hari-hari berikutnya hasrat itu sepertinya sudah betul-betul hilang dari sang istri, padahal sang suami justru mengalami peningkatan yang semakin menjadi. Hingga akhirnya seringkali sang suami melakukannya sendiri, di kamar mandi dan ketika rasa itu menghampiri. “Biarlah begini...” bisik suami dalam hati.

Pertahanan sang suami mulai mengendor, seiring bisikan kuat dari syaithon. Media sosial menjadi pintu gerbang bagi sebuah “musibah kemanusiaan” yang datang menghampirinya. Seorang lelaki muda dengan usia sekitar 40-an, berparas tampan dan memiliki jabatan lumayan, telah menarik perhatian sang suami yang kesepian. Rayuan manis dari sang iblis membawanya kepada suka dengan sesama jenis, ia sangat terobsesi dengan lelaki “muda” itu hingga hari-harinya selalu dihiasi dengan percakapan, obrolan hingga rayuan pada sang pujaan.

Sang suami terjebak ke dalam cinta terlarang dengan suami orang, ia sadar bahwa itu salah tapi dia juga paham jika ia “berkelana” dengan seorang wanita tentu akan lebih besar bahayanya. Selain juga citra di masyarakat yang akan memandang hina pada dirinya sebagai tokoh di masyarakat sekitarnya. Tapi hasratnya memaksanya untuk disalurkan segera, hingga peristiwa yang mengundang laknat dari Allah Ta’ala akhirnya terjadi juga.

Sepenggal kisah nyata ini menjadi ibrah yang penuh arti, khususnya bagi para istri yang mulai menginjak usia sudah tidak muda lagi. Apalagi yang telah melewati masa menopause dan tidak memiliki hasrat lagi. Bertakwalah kepada Allah wahai para istri... pahamilah suamimu yang walaupun usianya tidak lagi muda tapi masih memiliki hasrat membara. Itulah sejatinya karakter dari seorang pria, di mana hasratnya terus ada bahkan hingga lanjut usia. “Layanilah” suamimu walau hasrat tak lagi menggebu, jadikan dirimu “salju” yang mendinginkan panasnya nafsu suamimu.

Semoga itu menjadi satu jalanmu, untuk menggapai ridha dan surga Rabbmu. Sedikit memaksakan diri untuk “merayu” walau jasad tak lagi bernafsu, jangan biarkan suamimu terjebak dalam dunia semu hanya karena hasratmu tak seperti dulu.

Bagi para suami tentu saja harus terus bisa mawas diri, usia yang tak muda lagi menjadi alasan kuat untuk terus memperbaiki diri. Rasa ini memang tidak pernah akan pergi, mungkin hingga ajal menghampiri. Tapi, me-manage diri itulah yang bisa dilakukan dan terus berdo’a kepada Ar-Rahmaan agar hasrat ini bisa ditahan atau disalurkan di jalan yang benar. Berat memang terasa, tapi teruslah berusaha, karena di sanalah sejatinya kebahagiaan yang didamba akan lebih terasa kenikmatannya. Kenikmatan yang abadi selamanya, yaitu surga dan keridhaanNya. Wallahu’alam...

Dhuha Menjelang di Kota Hujan, 24082021.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...