Rabu, 10 November 2021

Selamat Hari Pahlawan: Teladan dalam Membela Agama dan Negara

Oleh: Misno Mohd Djahri


Hari ini, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan, sebagai bentuk penghargaan para pejuang dalam membela agama, bangsa dan negara. Banyak sekali pelajaran dan hikmah yang bisa diambil dari peringatan hari pahlawan ini; dari mulai ketulusan mereka dalam membela agama, bangsa dan negara, hingga bagaimana mengimplementasikan semangat tersebut dalam kehidupan sehari-hari saat ini.

Saya awali tulisan ini dengan diskusi mengenai pahlawan, karena banyak sekali pahlawan yang tidak tercatat bahkan tidak diakui sebagai pahlawan bangsa. Ini terjadi baik tidak disengaja ataupun disengaja, tidak disengaja karena begitu banyaknya para pejuang yang gugur dalam membela agama, bangsa dan negara. Nama mereka tidak tercatat dalam lembaran sejarah bangsa Indonesia, namun mereka telah mengorbankan jiwa dan raga mereka. Semoga Allah Ta’ala memberikan ganjaran pahala sesuai dengan amal mereka, rahimahumullah.

Ada juga para pahlawan yang tidak diakui karena adanya unsur kesengajaan, di mana penulisan sejarah yang dikuasai oleh kelompok tertentu kemudian menutup-nutupi peran dan kontribusi para pahlawan dalam membela agama, bangsa dan negara. Ini adalah bagian dari sejarah kelam dalam penulisan sejarah kita, bagaimana kontribusi umat Islam yang begitu besar ternyata ditutupi dan bahkan yang diajukan dan dianggap sebagai pahlawan adalah orang-orang sosialis yang tidak memiliki kontribusi signifikan kepada agama, bangsa dan negara.

Saya selalu menyebut membela agama, bangsa dan negara karena sejatinya perjuangan dalam memerdekakan negara diawali dengan perjuangan jihad dalam membela kedzaliman pemerintah kolonial. Nasionalisme sendiri muncul sebagai respon dari terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembelaan terhadap agama bukanlah tindakan terorsime aau fundamentalisme, justru ini adalah bentuk perjuangan terhadap kedzaliman yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Setelah NKRI merdeka baru pembelaan terhadap agama ini dikuatkan dengan membela tanah air, bangsa dan negara yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari agama khususnya Islam.

Kembali kepada jasa para pahlawan yang ditutupi oleh sejarah, sejatinya adalah bagian dari ghazwul fikri yang terus terjadi hingga saat ini. Bagaimana umat Islam yang memiliki kontribusi sangat besar bagi bangsa dan negara selalu ditutupi oleh orang-orang yang  tidak menyukai Islam. Mereka selalu menutup setiap kebaikan umat Islam, lebih dari itu justru mereka mengangkat nama dan tokoh lain sebagai pahlawan.

Sebut saja Kartini yang diangga sebagai pahlawan emansipasi perempuan, terlepas dari jasa beliau dalam peningkatan peran perempuan maka jauh sebelum itu sudah banyak perempuan-perempuan Indonesia yang memberikan kontribusi sangat besar kepada agama, bangsa dan negara. Sehingga apabila kita cermat menganalisis, maka ada kepentingan di balik itu semua.

Dalam konteks 10 Nopember sebagai hari pahlawan, selalu yang muncul adalah Bung Tomo, padahal arek-arek Suroboyo yang Sebagian besar adalah santri dari berbagai wilayah sekitar Surabaya bahkan sampai ke Cirebon adalah pahlawan sebenarnya dalam mengusir penjajah pada waktu itu. Kepada selalu satu tokoh yang disebutkan? Lagi-lagi ini adalah perang pemikiran yang terus menutupi sejarah Islam dan peran umat Islam di Indonesia.

Maka di hari Pahlawan ini, mari Bersama kita teladi para pahlawan kita. Mereka dengan ikhlas membela agama, bangsa dan negara. Implementasi saat ini adalah mari optimalkan seluruh potensi jiwa dan raga kita untuk membela agama, bangsa dan negara. Jangan berteriak bela agama, bela bangsa, bela negara kalua ternyata faktanya lebih memilih bekerjasama dengan orang-orang yang ingin menghancurkan Indonesia. Buktikan bahwa kita adalah pahlawan… Bogor, menjelang siang di kota hujan 101121.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...