Minggu, 07 Agustus 2022

Islamic Book Fair 2022 dan Generasi Muslim Muda

Oleh: Misno bin Mohamad Djahri

 


Menghadiri Islamic Book Fair di Jakarta Convention Centre Jakarta Tahun 2022 memberikan energi baru untuk menulis dan melihat masa depan Islam khususnya di bidang literasi. Walaupun hampir setiap tahun hadir dalam pameran ini namun selalu ada semangat baru ketika hadir dan menikmati suasananya. Pameran buku Islam yang telah memasuki kali ke-20 ini memberikan pandangan baru tentang literasi khususnya setelah pandemi. Karena saya menghadirinya pada hari biasa maka pandangan yang paling banyak adalah anak-anak sekolah yang secara rombongan hadir dalam pameran tahunan ini. Tapi justru ini memberi inspirasi mengenai perkembangan buku Islam dan generasi mudanya.

Pelaksanaan pameran buku ini memang singkat yaitu dari 3-7 Agustus 2022, syukurlah saya dapat menghadirinya pada hari kedua yaitu Kamis, 04 Agustus 2022. Hanya selang satu hari setelah mendengar kabar berita adanya Islamic Book Fair maka saya langsung menyusun rencana agar bisa ke sana.  Sebenarnya setiap hari kamis ada agenda rutin yaitu rapat akademik, namun pekan ini oleh pimpinan ditukar menjadi hari Jumat. Maka ini menjadi momen istimewa untuk bisa hadir ke sana. Tanpa diduga juga murid dan sebagai teman dari Malaysia datang ke rumah dan silaturahmi setelah sekitar 2,5 tahun tidak berjumpa. Maka setelah ngobrol Panjang lebar mengenai berbagai aktifitas dan kejadian di Indonesia dan Malaysia kami merencanakan untuk datang ke Islamic Book Fair 2022.

Akhirnya pagi hari saya bersiap ke Jakarta, menggunakan motor kesayangan saya meluncur menuju ke Terminal Baranangsiang Bogor. Setelah menyimpan motor di tempat parkir belakang terminal, maka saya berjalan ke depan menuju Jalan raya Pajajaran. Suasana terminal yang masih belum berubah, bahkan di bagian belakang tampak lebih kumuh dengan bangunan lama yang sudah mulai rapuh. Sementara di bagian depan hanya beberapa bis besar yang jumlahnya semakin berkurang, hanya jurusan Bandung, Bekasi, Tangerang dan Terminal Pulo Gebang Jakarta. Mungkin masih mengalami dampak pandemic hingga terminal tidak begitu ramai dengan calon penumpang.

Setelah melewati pintu terminal saya berjalan ke bagian barat dan melewati jembatan penyeberangan di bagian kanan terminal. Kesempatan melewati jalan raya Pajajaran saya gunakan mengambil video pendek untuk konten Youtube sekadar buat kenangan. Selanjutnya menuruni jembatan penyeberangan dan menunggu di halte bis depan Gedung Alumni IPB. Insting menikmati suasana jalan dan memperhatikan manusia tetap tidak berubah, angkot (angkotan kota) yang berseliweran di depan halte memberikan suasana khas Kota Bogor. Tibia-tiba seorang wanita tua mendekatiku dan berucap lirih “Pak saya ma uke Cimahpar tapi kehabisan uang, bisa bantu gak pak” suaranya tampak memelas. Wanita tua itu memakai pakain hitam dengan kerudung warna hitam yang sudah memudar, dengan tas kecil di Pundak bagian kanan tampak lusuh dengan raut muka yang penuh duka.

Entah karena saya “pelit” atau karena tahu modus wanita tua itu maka saya hanya mengucapkan maaf tidak bisa bantu. Kemudian Wanita itu mendekati seorang laki-laki muda yang duduk di bagian kanan saya, tanpa banyak cakap laki-laki baik hati itu memberikan dua lembar uang 2000-an. Terdengar Wanita itu menggerutu dan bertanya ke saya “Ini berapa ya…” katanya. Saya jawab “Itu 2000 nek”. Kemudian Wanita itu memasukan uang itu ke dompetnya dan berjalan ke bagian kanan lagi halte mendekati seorang laki-laki lainnya. Mungkin karena tidak mendapatkan apa yang dia inginkan kemudian ia berjalan dan memberhentikan angkot. Nampak dia bertanya kepada sopir angkot, namun tidak jadi naik dan mundur kembali, menyetop Kembali sebuah angkot dan akhirnya dia naik angkot itu. Ah… mungkin saya terlalu buruk sangka atau terlalu pelit adanya hingga tidak memberikan sepeserpun uang kepada wanita tua itu.

Sambil menunggu teman yang bawa mobil datang, saya mengetik dengan menggunakan Hp karena untuk membuka laptop akan merepotkan. Alhamdulillah, selesai juga satu tulisan dengan judul “ASWAJA yang Terdzalimi” dan saya unggah di blog saya. Tidak lama kemudian teman yang ditunggu-tunggu datang, kemudian saya naik dan mobil meluncur cepat menuju Jakarta. Perjalanan dihiasi dengan diskusi dan obrolan seputar buku, isu muslim terkini hubungan Indonesia dan Malaysia hingga candaan yang membuat perjalanan tidak terasa telah sampai ke JCC, Jakarta.

Memasuki Kawasan JCC disambut dengan berbagai umbul-umbul yang memuat kegiatan di komplek senayan ini. Islamic Book Fair 2022 adalah salah satu kegiatan yang mendapat tempat di kalangan umat Islam. Saya dan teman turun tepat di depan pintu gerbang pameran, smenetara sopir membawa mobil ke tempat parkir. Sempat mebuat video pendek di bagian depan pameran yang sudah penuh dengan pengunjung khususnya anak-anak, kemudian membeli tiket seharga Rp. 15.000 per orang untuk umum dan Rp. 10.000 untuk pelajar. Sebenarnya sedikit mengganggu ketika harus membeli tiket untuk pameran buku seperti ini, namun karena biaya sewa di JCC juga cukup mahal dan tidak tertutupi oleh sewa konter oleh para peserta pameran maka panitia menetapkan biaya tiket masuk. Terlihat di bagian depan beberapa tulisan yang mewajibkan mengikuti protokol kesehatan; memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Saya juga mengenakan masker dan Sebagian besar pengunjung di bagian depan juga memakainya, namun ketika sudah masuk di dalam maka sebagian besar membuka maskernya dan tidak lagi menjaga jarak. Bahkan pada lorong food court suasananya sangat padat hingga harus berdesak-desakan untuk antri beli makanan. Demikian pula lorong arah menuju ke tempat shalat dan tempat wudhu. Begitu banyak pengunjung hingga di sana-sini sudah tidak ada lagi jaga jarak, bahkan banyak yang saling berdesak-desakan.

Mayoritas dari pengunjung adalah para pelajar yang datang secara rombongan, hal ini nampak dari pakaian seragam yang mereka pakai. Demikian pula ada acara cerdas cermat yang antar sekolah yang diadakan di panggung utama pameran. Nampak dari muka mereka kesan bahagia dan menikmati pameran ini, ada yang antri makanan, berkerumun di berbagai stand penerbit buku, ada remaja putri yang memilih-milih hijab di stand pakaian hingga yang duduk di lantai sambil bercengkerama di antara mereka. Intinya mereka sangat menikmati pameran buku Islam ini, selain bisa wisata literasi tentu saja dapat keluar sekolah dan melihat banyak suasana baru di luar sekolahan.

Islamic Book Fair yang setiap tahun diadakan memang memberikan inspirasi dan energi bagi para penulis, book lover, pengusaha penerbitan dan insan-insan pejuang literasi di negeri ini. Setiap tahun rombongan anak-anak datang ke pameran ini, hingga memberikan harapan baru tentang masa depan generasi ini yang peduli dengan literasi untuk mendapatkan ilmu dalam meniti jalan Ilahi. Banyak anak-anak, remaja dan pemuda yang datang ke pameran buku Islam menjadi harapan di masa depan, bahwa generasi muda Islam adalah generasi yang peduli dengan literasi. Ini tentu sangat membahagiakan dan membawa angin segar bagi kemajuan Islam di hadapan.

Semoga Islamic Book Fair 2022 serta pameran-pameran buku Islam selanjutnya menjadi pemantik bagi generasi muda kita untuk cinta dengan buku, cinta dengan ilmu hingga akan menjadi generasi muda Islam yang akan menjadi pemimpin masa depan yang cinta ilmu hingga mampu untuk membawa nama Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Wallahu a’lam, Ahad, 07 Agustus 2022.    

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...