Oleh : Abdurrahman MBP
Pertama-tama dan yang paling utama marilah kita bersyukur kepada Allah jalla wa 'ala yang telah memberikan berbagai kenikmatan hidup yang tak terhitung jumlahnya. Berbagai kenikmatan tersebut haruslah senantiasa kita optimalkan sebagai bentuk responsibilty kita kepada sang Pencipta. Dan senantiasa kita menyebut dan menunjukan berbagai kenikmatan tersebut, sebagaimana diperintahkan olehNya :
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. QS Adh-Dhuha : 11
Menyebut-nyebut kenikmatan Allah bukanlah bentuk dari kesombongan kita, namun ia adalah implementasi dari syukur kita kepadaNya.
Selanjutnya khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan juga kepada seluruh jama'ah jum'ah, wasiat taqwa yang bermakna mengoptimalkan seluruh potensi kita untuk senantiasa beribadah hanya kepadaNya dan melakukan pengekangan terhadap hawa nafsu kita agar tidak melakukan berbagai bentuk laranganNya.
Tak terasa hari terus berlalu dan tahunpun terus berganti, bumi yang kita diami inipun semakin renta. Sejenak, marilah kita berfikir tentang keadaan bumi yang semakin merana ini. Lihatlah planet hijau ini telah mengalami berbagai kerusakan, dari mulai (global warming) pemanasan global, lapisan ozon yang mulai menipis dan udara segar yang mulai sukar dicari. Ternyata kerusakan bumi tercinta ini bukanlah isapan jempol, bahkan ia telah terasa di sekitar kita. Bogor yang dulu sejuk kini mulai terasa panas. Beberapa waktu yang lalu, sungai Bengawan Solo meluap, banjir terjadi di Sulawesi, Sumatera dan daerah lainnya di Indonesia. Belum lagi kota Jakarta yang "berlangganan" banjir setiap tahun.
Sebaliknya ketika musim kemarau tiba, kebakaran hutan terjadi di negeri tercinta ini, kemarau panjang yang mengakibatkan susahnya mencari air bersih sudah terasa tahun-tahun terakhir ini.
Lantas kenapa kita masih menutup mata dan diam saja ? data-data yang menunjukan tentang kerusakan alam telah terbukti, di antara laporan tersebut adalah Fourth Assessment Report, yang dikeluarkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), satu badan PBB yang terdiri dari 1.300 ilmuwan dari seluruh dunia, yang mengungkapkan bahwa 90% aktivitas manusia selama 250 tahun terakhir inilah yang membuat planet kita semakin panas. Sejak Revolusi Industri, tingkat karbon dioksida beranjak naik mulai dari 280 ppm menjadi 379 ppm dalam 150 tahun terakhir. Tidak main-main, peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer Bumi itu tertinggi sejak 650.000 tahun terakhir! IPCC juga menyimpulkan bahwa 90% gas rumah kaca yang dihasilkan manusia, seperti karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida, khususnya selama 50 tahun ini, telah secara drastis menaikkan suhu Bumi. Sementara temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Pemanasan global terjadi terutama disebabkan oleh aktifitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. Diprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
Fakta lainnya menunjukan tinggi permukaan laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21. Perubahan ini akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau kecil lainnya. Sementara kebakaran hutan yang terjadi di berbagai belahan bumi telah menghabiskan antara 2 hingga 3,5 juta hektar hutan pertahun, demikian yang dihimpun oleh The Georgetown – International Environmental Law Review (1999).
Tahukah anda, bahwa berbagai kerusakan alam tersebut telah disebutkan oleh Allah ta'ala dalam firmanNya :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ(41)
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). QS Ruum : 41
Bagaimana mungkin kerusakan alam yang baru terjadi setelah adanya Revolusi Industri di Eropa telah disebutkan oleh Al-Qur'an yang diturunkan abad ke-VII M ? Islam telah memberikan batasan-batasan bagaimana setiap manusia melakukan eksploitasi terhadap bumi ini, Allah ta'ala berfirman :
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ(56)
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. QS Al-A'raf : 56
Syaikh As-Sa'di menyebutkan bahwa "Janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi" adalah dengan berbagai perbuatan maksiat (Abdurrahman Bin Nashir As-Sa'dy, 2003 : 385). Dalam ayat yang lainnya disebutkan secara tegas :
وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ(183)
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan; QS Asy-Syu'ara 183
Perbuatan kerusakan yang disebutkan dalam ayat ini berkaitan dengan merusak segala hal yang ada di bumi ini, dimulai dari merusak tanaman, pohon-pohon dan hutan serta ekosistem di bumi ini. Maka ada benang hijau antara kerusakan alam dan kerusakan iman.
Al-Qur'an tidak hanya melarang umat manusia untuk berbuat kerusakan di muka bumi, ia juga memberikan berbagai bentuk dan model kerusakan yang dilakukan oleh umat manusia. Di antara kerusakan yang terjadi adalah :
Kerusakan lingkungan
وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ(205)
Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. Al-Baqarah 205
Lihatlah bagaimana akar kerusakan lingkungan yang terjadi di muka bumi adalah karena ulah dari tangan manusia yang tidak bertakwa. Orang-orang yang disebutkan dalam ayat ini adalah orang-orang kafir munafiq. Mereka melakukan aktifitas kehidupan tanpa dilandasi oleh iman sehingga lingkungan menjadi korban.
Rusaknya lingkungan tentu akan berakibat tidak hanya bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan saja, melainkan ia juga akan menimpa kepada manusia sebagai bagian dari alam.
Menimpakan kemudharatan kepada manusia
وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ(183)
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan; QS Asy-Syu'ara 183. Di antara hak asasi yang sangat dihormati oleh Islam adalah hak untuk memperoleh lingkungan yang baik untuk kehidupannya. Maka pihak-pihak yang melakukan berbagai kerusakan di muka bumi ini jelas telah melanggar hak-hak kemanusiaan. Mereka hanya memenitingkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan orang lain yang tertimpa kemudzaratan karena perbuatannya. Kita lihat saat ini, semburan lumpur Lapindo, banjir di berbagai wilayah, tanah longsor dan berbagai bencana alam lainnya banyak diderita oleh orang-orang lemah, sementara pihak-pihak yang lemah iman mendapatkan keuntungan dunia dengan aktiftasnya. Lantas, masihkah kita membiarkan orang lain tertimpa kemudzaratan karena ulah tangan-tangan lemah iman ?
Kemaksiatan
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ(11)
Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." QS Al-Baqarah : 11
Sesuatu yang mengherankan adalah ternyata para perusak lingkungan mengklaim diri mereka melakukan perbaikan (Ishlah) di muka bumi ini. Mereka menamakan berbagai program aktifitas mereka dengan penghijauan, reboisasi, relokasi dan lain sebagainya. Padahal sejatinya, kerusakan itu berawal dari jiwa mereka yang tidak disinari cahaya keimanan. Maka bagaimana mungkin mereka akan melakukan perbaikan padahal hati mereka jauh dari kebaikan.
Mengenai ayat ini, Syaikh As-Sa'di Menyatakan "Bersungguh-sungguh dalam berbuat maksiat yang berakibat pada rusaknya bumi ini, baik di bidang pertanian, buah-buahan dan sebagainya yang jumlah produksinya berkurang demikian pula dari segi keberkahannya. Hal ini terjadi karena amal perbuatan maksiat yang dilakukannya". (Abdurrahman Bin Nashir As-Sa'dy, 2003 : 105).
Merubah syariat Allah ta'ala
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا ءَاخَرِينَ(6)
Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. QS Al-An'am : 6.
Inilah hal penting yang menjadi bahan introspeksi kita, ternyata pembangkangan kita kepada syariat Allah ta'ala berimplikasi kepada keruskan alam ini, kisah umat-umat terdahulu telah membuktikan hal itu. Mereka melakukan berbagai eksploitasi alam tanpa memedomani aqidah Islam.
Kesyirikan
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ(73)
Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. QS Al-Anfal : 73. Inilah induk dari segala bentuk kerusakan di bumi ini. Berawal dari penghambaan kepada selain Allah ta'ala, mereka menjadikan segala aktifitasnya hanya untuk mendapatkan kehidupan dunia saja. Nilai agama tidak lagi dindahkan sehingga tujuan hidup mereka adalah mengumpulkan kekayaan. Tidaklah kita berfikir, awal dari segala bentuk keruskan di muka bumi adalah sifat keserakahan, eksploitasi tanpa aturan dan upaya mendapatkan keuntungan untuk sebuah kesenangan.
Keterkaitan yang dapat kita simpulkan adalah kerusakan di planet bumi ini ternyata berbanding lurus dengan keimanan manusia. Mereka melakukan berbagai kerusakan karena tidak ada lagi tujuan kehidupan, mereka meraup segala bentuk kekayaan hanya untuk kehidupan yang tidak kekal. Berbagai bentuk kerusakan alam jelas diawali oleh bentuk penghambaan kepada Selain Ar-Rahman. Maka solusi yang dapat kita lakukan adalah memperbaiki diri sebelum memperbaiki bumi ini. Seorang dokter yang sakit tidak mungkin dapat mengobati pasiennya yang sakit juga. Hal ini seperti disebutkan dalam sebuah pepatah :
"Orang yang tidak mempunyai sesuatu tidak akan dapat memberikan sesuatu"
Maka marilah kita memperbaiki dan melindungi kerusakan alam kita, dengan sebelumnya memperbaiki dan melindungi keimanan dan agama kita.
أقول قولي هذا وأستغفرالله لي ولكم ولجميع المؤمنين والمؤمنات
Setelah kita mengetahui berbagai kerusakan di muka bumi, maka apa solusi Islam dalam hal ini ? Allah ta'ala berfirman :
وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّرَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. QS Al-Anbiyaa : 107.
Di antara hikmah diutusnya rasulullah adalah ia menjadi rahmat bagi seluruh alam, baik itu bangsa manusia, binatang, tanaman dan segala yang ada di bumi ini. Rahmat yang dimaksud adalah keberkahan, kemaslahatan dan kebaikan bagi semuanya. Maka Islam memberikan solusi mendasar bagi perbaikan di bumi ini. Sejak awal Islam telah memberikan wanti-wanti agar setiap muslim menjaga alam yang menjadi lingkungannya. Allah ta'ala berfirman :
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ(56)
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. QS Al-A'raf : 56.
Dalam ayat ini Allah ta'ala melarang setiap manusia untuk berbuat kerusakan di muka bumi, karena bumi ini telah dicipta sedemikian rupa sehingga selaras dengan kehidupan manusia. Kemudian setelah itu, masih dalam rangkaian ayat ini Ia juga memerintahkan untuk berdo'a dengan penuh rasa khauf (takut) dan raja' (penuh harapan). Perintah untuk berd'oa ini tentu berkaitan erat dengan benbagai kerusakan yang telah terjadi. Do'a adalah inti dari sebuah ibadah, sebagai mana sabda Nabi :
الدعاء مخ العبادة
Do'a adalah inti dari ibadah.
Jika do'a akan memberikan kontribusi bagi perbaikan alam ini, maka melaksanakan ibadah-ibdah yang lainnya tentu akan berpengaruh terhadap alam raya ini. Dan di antara seutama-utama ibadah adalah mentauhidkan Allah ta'ala dari berbagai bentuk perserikatan dengan yang lainNya.
Maka kesimpulan yang dapat kita dapatkan dari khutbah ini adalah bahwa segala bentuk kerusakan di muka bumi ini, baik itu pemanasan global, menipisnya lapisan ozon, berbagai bencana alam adalah disebabkan karena ulah tangan manusia itu sendiri. Mereka melakukan berbagai kerusakan karena keimanan mereka akan Ar-Rahman sangat kurang. Solusi yang diberikan oleh Islam adalah memperbaiki diri dengan memurnikan peribadahan kepadaNya agar hidup kita lebih bermakna, sehingga kita sadar bahwa segala aktifitas kita selalu dipantau oleh Al-Jabar pemilik seluruh jagad raya ini.
Jika demikian maka sangat wajar kita akan berfikir berulang-ulang jika akan melakukan suatu perbuatan yang sekiranya akan memudzaratkan alam. Hilangkan semua egois dan mementingkan diri sendiri, karena Allah ta'ala menjadikan kita sebagai khalifah yang bertugas untuk memelihara bumi ini. Perbaikan yang dilakukan tanpa didasari iman, akan sia-sia seperti debu yang beterbangan.