Begitu banyak duka berakhir suka. Begitu banyak suka berakhir duka. Begitu cepat suka sirna. Begitu cepat duka sirna. Semua bergantian. Menunggu giliran.
Dua batang kara mencari cahaya. Sebatang kara menjemput cahaya. Di tengah nestapa, cahaya menyala. Cahaya membawa dua batang kara. Menanti asa berharap surga dan ridhoNya.
Ini bukan puisi, bukan pula kata berarti. Hanya gejolak hati, ukhuwah insani. Di Bekasi, dua jiwa penuh arti. Cahaya sunni bersinar menerangi, di tengah gulita jahili. Semoga Ilahi memberkahi dua jiwa penghuni rumah ini.
Kuraih tangannya, mengharap ridhoMu. Tanpa ragu, kubawa ke langit biru. Kicauan merdu, iringi langkahmu. Semua terharu, berharap sang guru menjelma dalam dirimu....
Engkau mengadu “Tak betah” katamu. Sang penggganggu datang mendayu. Kuajak kau sedikit termayu. Terobati sudah rasa rindumu pada sang ibu.........berlalu.
Perubahan yang begitu menggetarkan. Engkau tanamkan niat kesungguhan. Otak cerdasmu mengalahkan semua teman. Hingga gurumu sangat terkesan. Sangat disayang, engkau tak kuat cobaan...........hingga menginjak tahun 2008.
Di akhir semester dua di kelas tiga. Engkau tak kuat untuk naik derajat. Engkau tergoda rayuan durhaka, hingga rela meninggalkan ma'had kita. Awalnya aku tak percaya, tapi... inilah fakta.
27 September 2009, akhir segala harapan. Kau pergi meninggalkan impian, tanpa pesan tanpa perizinan. Mungkin tadi malam kau kesakitan, dibujuk, dipaksa dan diarahkan. Mungkin kau tidak sendirian, ada ibu dan ayah tiri yang menguatkan. Tak ada yang bisa menahan, kau pergi sebelum mentari kelihatan. Entah kemana harapan. Semoga Allah membimbingmu ke jalan yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...