Satu pekan ini bumi kita sedang diguncang isu bom. Dari paket bom beneran, sampai paket-paketan yang tujuannnya hanya untuk membuat semakin resah masyarakat. Entah apa tujuan di balik semua ini. Dugaan banyak bermunculan, dari isu teroris sampai isu politik. Entahlah…yang pasti wong cilik semakin dibuat bingung dan tidak nyaman hidup di bumi Indonesia yang katanya tentram, damai, gemah ripah loh jinawi, berbeda-beda tetapi tetap satu, dan entah berapa banyak lagi slogan, yang akhirnya hanya tinggal slogan dan isapan jempol belaka.
Banyak orang yang terjun ke politik, pada akhirnya menyimpang dari tujuan semula. Lupa akan amanah yang diemban, lupa akan misi yang semula dipegang. Fitnah dunia dan jabatan telah banyak melalaikan orang-orang yang ada di atas sana, di kursi parlemen. Sebuah realita dan telah menjadi konsumsi publik, salah satu tokoh dari partai Islam yang berada di parlemen telah mengkorupsi dana PEMILU. Lagi-lagi nama Islam tercoreng. Bukan hanya isu bom ternyata, korupsi, pemberontakan, dan kerusakan lainnya semakin melekat erat pada Islam, apalagi kelompok ini menambahkan embel-embel Islam di belakang nama kelompoknya…Musibah besar di akhir zaman.
Para pemuda dengan semangat berteriak lantang untuk menegakkan syari’at Islam…Lalu kemana teriakan itu manakala jabatan sudah berada di tangan? Lupakah akan sumpah dan amanah yang pernah ada? Memerintahkan orang lain untuk menegakan Syari’at Islam yang mulia di negeri ini, tapi tidak mentarbiyah diri sendiri…Ah…Tong kosong berbunyi nyaring…Ingatlah bung…yang pertama kali dilihat oleh manusia adalah akhlaq…Jika akhlaq sudah punya nilai merah, bagaimana kepercayaan itu ada?
Simaklah Perkataan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di bawah ini ketika menjawab sebuah pertanyaan “Fadhilatus Syaikh al-Albani. Anda mengetahui bahwa para pemuda Islam dewasa ini, di banyak tempat sedang sibuk meniti jalan kembali menuju terwujudnya keadaan yang Islami. Padahal di sana banyak rintangan yang menghadang jalan kembali yang haq atau langkah-langkah yang benar; yang diciptakan oleh pemerintahan-pemerintahan (sistem-sistem) yang dhalim; atau akibat dari kesalahan-kesalahan para pemuda Islam sendiri, seperti berlebih-lebihan di dalam beragama atau meremehkannya. Maka menurut pendapat Syaikh, apa langkah-langkah yang benar yang anda nasihatkan kepada Kaum Muslimin, untuk melaksanakan dalam mencapai terwujudnya apa yang mereka kehendaki?."
Dan Beliau menjawab, “Dengan taufiq Allah, aku katakana : Bahwa sesungguhnya keadaaan kaum Muslimin dewasa ini sedang dikelilingi oleh negara-negara kafir yang kuat materinya. Mereka (kaum Muslimin) diuji dengan (berkuasanya) pemerintah-pemerintah yang kebanyakan tidak berhukum kepada apa yang Allah turunkan hanya pada sebagian sisi tertentu, tanpa sebagian yang lainnya. Yang tidak membantu kaum Muslimin untuk melakukan tindakan secara kelompok ataupun secara politik, seandainya mereka mampu melaksanakannya.
Maka sesungguhnya aku melihat bahwa pekerjaan yang semestinya dilaksanakan oleh jamaah-jamaah Islamiyah, hendaklap dipusatkan (terbatas) pada dua point yang mendesak. Aku tidak percaya bahwa di sana (selain dua point tadi) ada metode untuk selamat dari kelemahan, kerendahan dan kehinaan yang dialami kaum Muslimin.
Aku katakan hal ini khususnya kepada kaum Muslimin yang teguh, dengan dipelopori para pemudanya yang sadar dan memahami; (pertama) kasus tragis yang menimpa kaum Muslimin, dan (kedua) sangat menaruh perhatian untuk melakukan upaya sungguh-sungguh dalam mencari alternatif pemecahan dari kasus tragis tersebut dengan segenap kekuatan yang ada.
Sedangkan terhadap jutaan kaum Muslimin yang Islamnya hanya karena kenyataan geografis atau hanya Islam ktp, maka mereka ini bukanlah yang aku maksudkan dengan pembicaraanku.
Aku ulangi, sesungguhnya penyelesaian yang harus ditangani para pemuda tadi, terangkum hanya dalam dua perkara, tidak ada lainnya, yaitu: Tashfiyah (pemurniaan kembali ajaran-ajaran Islam) dan Tarbiyah (pembinaan).
Yang aku maksudkan dengan Tasfiyah adalah mempersembahkan Islam kepada generasi muda Muslim secara murni, bersih dari segenap kotoran keyakinan (menyimpang), khurafat, bid'ah dan kesesatan yang menyusup masuk ke dalamnya (Islam) di sepanjang abad-abad ini. Di antaranya adalah hadits-hadits yang tidak shahih, bahkan terkadang maudhu' (palsu).
Tash-fiyah ini haruslah direalisasikan, karena tanpa tash-fiyah tidak akan ada jalan lain selama-lamanya untuk mewujudkan cita-cita kaum Muslimin dimaksud. Padahal mereka, kita yakini merupakan umat pilihan di dunia yang luas ini.
Jadi yang dimaksud tashfiyah ini sesungguhnya adalah mempersembahkan obat (solusi). Obat atau solusi itu adalah Islam yang telah memecahkan musykilah (kesulitan) serpa ini di saat bangsa Arab, di satu sisi, dalam keadaan hina dan diperbudak oleh bangsa-bangsa yang kuat di sekitar mereka yaitu Persia, Romawi dan Habasyah, sedangkan di sisi lain mereka beribadah kepada selain Allah Ta'ala.
Islam inilah satu-satunya obat (solusi) untuk menyelamatkan bangsa Arab dahulu dari keadaan yang buruk itu. Dan ternyata (kini) sejarah berulang sebagaimana dikatakan orang. Sementara itu sebuah obat, apabila ia sama dengan obat yang dulu, maka pastilah ia akan menyembuhkan -jika digunakan oleh orang yang sakit- terhadap penyakit yang sama dengan penyakit yang dulu.
Islam adalah satu-satunya obat, dan ini tidak diperselisihkan oleh jama'ah-jama'ah Islam di bidang perbaikan; usaha mengembalikan Islam, memulai kehidupan Islam dan menegakkan daulah Islamiyah.
Jama'ah-jama'ah ini telah terlibah perselisihan keras mengenai apa titik awal yang seharusnya dilakukan untuk ishlah (memperbaiki ummat -pent). Dalam hal ini, kita berbeda dengan seluruh jama'ah Islam yang ada.
Aku berpendapat bahwa (perbaikan itu) harus dimulai dengan Tashfiyah dan Tarbiyyah secara serempak.
Adapun seandainya memulai dengan perkara-perkara politik, maka (kita melihat) orang-orang yang sibuk dengan politik terkadang aqidahnya rusak dan terkadang tingkah lakunya terlalu jauh dari syari'at ditinjau dari kaca mata Islam.
(Kita melihat) orang-orang yang sibuk membuat himpunan dan perkumpulan-perkumpulan dengan embel-embel nama "Islam", pada umumnya massa himpunan tersebut tidak mempunyai pemahaman yang jelas (tentang kebenaran -red).
Karenanya Islam ini tidak terpengaruh apa-apa dalam sikap hidup mereka. Itulah mengapa anda jumpai kebanyakan mereka tidak menerapkan Islam pada dirinya, padahal itu termasuk perkara yang memungkinkan bagi mereka untuk mengamalkannya dengan mudah, karena tidak seorang diktator pun yang bakal sewenang-wenang menghalanginya.
Di saat yang sama mereka ini mengembar-gemborkan semboyannya bahwa : "tidak ada hukum (yang boleh diikuti) kecuali hukum Allah...", "harus berhukum berdasarkan hukum yang diturunkan Allah...".
Kalimat di atas memang merupakan ungkapan yang benar, akan tetapi orang yang tidak mempunyai apa-apa (tidak mempunyai kemauan untuk menerapkan ajaran Islam pada dirinya), tentu tidak akan bisa memberikan apa-apa (tidak akan bisa menerapkan ajaran Islam pada ummat).
Maka apabila kebanyakn kaum Muslimin dewasa ini tidak menegakkan hukum Allah pada diri mereka seangkan mereka menuntut orang lain untuk menegakkan hukum Allah pada negara/pemerintahan mereka, tentu mereka tidak akan mampu mewujudkannya, karena orang (yang menuntut) yang tidak mempunyai apap-apa, tentu tidak akan bisa memberi apa-apa.
Para penguasa itu sebenarnya termasuk bagian ummat ini, karenanya mereka bersama rakyat berkewajiban memahami penyebab kelemahan yang mereka alami. Mereka (rakyat dan penguasa) wajib mengetahui mengapa para penguasa kaum Muslimin dewasa ini tidak berhukum dengan Islam kecuali dalam beberapa segi. Mengapa pula para da'i Islam itu tidak menerapkan Islam pada dirinya sebelum mereka menuntut orang lain untuk menerapkannya pada negeri mereka.
Jawabannya hanya satu, yaitu kemungkinan mereka hanya mengetahui dan memahami Islam secara garis besar saja, atau kemungkinan dasar pijak mereka, hidup mereka, akhlaq mereka, dan tata pergaulan mereka terhadap sesama atau terhadap selain mereka tidak terbina melalui ajaran Islam ini....
Namun secara umum, seperti kita ketahui melalui pengalaman, adalah karena mereka hidup di dalam penyakit utama yang besar, yaitu jauhnya mereka dari pemahaman yang shahih tentang Islam. Bagaimana tidak, sedangkan di kalangan para da'inya saja sekarang ada yang menganggap bahwa para salafiyyun telah menyia-nyiakan umur mereka hanya dalam masalah tauhid. Subhanallah, betapa jauhnya orang yang mengucapkan kata-kata semacam ini, tenggelam ke dalam kebodohan, karena dia pura-pura lalai kalau tidak benar-benar lalai bahwa dakwah seluruh Nabi dan Rasul yang mulia adalah:
"Hendaklah kalian beribadah kepda Allah (saja) dan jauhilah thaghut." [An-Nahl: 36]
Bahkan sesungguhnya Nuh 'alaihis salam telah melaksanakan dakwah selama 950 tahun, beliau tidak mengadakan ishlah (perbaikan), tidak membuat syari'at dan tidak menegakkan politik. Yang beliau lakukan hanya seruan: "Wahai kaumku beribadahlah kepada Allah saja dan jauhilah thagut!"
Adakah di sana ada ishlah? Apakah di sana ada tasyri' (pensyari'atan)? Apakah di sana ada politik, tidak suatu pun, kecuali seruan: "Kemarilah wahai kaumku, beribadahlah kepada Allah dan jauhilah thaghut". Itulah dia Rasul pertama (berdasarkan hadits shahih) yang telah diutus ke bumi, beliau terus-menerus berdakwah selama 950 tahun, tidak menyeru kecuali kepada tauhid, dan inilah (tauhid) kesibukan yang menyibukkan para salafiyyun. Karenanya, betapa anehnya ketika kebanyakan da'i Islam memandang rendah bahkan sampai pada tingkat mengingkari tugas dakwah para salafiyyun.
Sesungguhnya termasuk keutamaan-keutamaan Sunnah adalah bahwa ia menjelaskan musykilah-musykilah (kesulitan-kesulitan) yang terkadang menghadang umat ini. Sunnah itu terlebih dahulu menyediakan obatnya setelah sebelumnya memperingatkan mereka akan penyakitnya.
Masing-masing-masing-masing kita mengetahui sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam:
" Artinya : Umat-umat akan mengelilingi kalian sebagaimana orang-orang yang makan (dengan lahap) mengelilingi piring-piringnya. Para sahabat bertanya: "Apakah karena sedikitnya kami pada saat itu, wahai Rasulullah?. Beliau menjawab: "Tidak, bahkan kalian banyak (jumlahnya) pada saat itu, akan tetapi kalian adalah seperti buih banjir, dan Allah benar-benar akan mencabut kegentaran dari hati musuh kalian, dan Dia benar-benar akan menanamkan wahn ke dalam hati kalian. Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah wahn itu?". Beliau menjawab: "Cinta dunia dan benci mati". [Hadits Riwayat. Abu Dawud dari Ibnu Umar, Ahmad, Ath-Thabrani dalam al-Kabiir, Ibnu 'Adi dan Abu Nu'aim dalam al-Hilyah dan hadits ini shahih]
Dalam hadits ini terdapat penjelasan mengenai salah satu penyakit yang akan menimpa kaum muslimin, dan akan menjadi sebab atau menujukan sunnah kauniyah syari'ah (satu ketentuan yang pasti terjadi yang diterangkan oleh syari'at -pent) dalam satu waktu, bagi berkuasanya musuh terhadap kaum Muslimin dari segala arah, sebagaimana orang-orang yang makan bersama (dengan lahap) mengelilingi (satu) piring.
Aku katakan: "Di dalam hadits ini terdapat penjelasan mengenai adanya satu penyakit di antara sekian penyakit lainnya yang akan mengakibatkan kaum Muslimin terperosok ke dalam kenyataan yang menggenaskan ini, yaitu (penyakit) cinta dunia dan benci mati. Dan ini erat kaitannya dengan apa yang telah aku katakan di muka, yakni keharusan bagi adanya Tashfiyah dan Tarbiyah"
Penggalan kedua dari kalimat (tashfiyah dan tarbiyah) ini, (yaitu kalimat Tarbiyah), artinya harus mentarbiyah (mendidik/membina) kaum Muslimin zaman sekarang dengan suatu tarbiyah yang pada intinya dapat menghindarkan mereka agar jangan sampai terfitnah dengan dunia sebagaimana yang dialami orang-orang sebelum mereka.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Bukanlah kefakiran yang aku takutkan atas kalian, tetapi yang aku takutkan (justeru) apabila dibukakan kesenangan kehidupan dunia buat kalian, lantas hal itu membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan orang-orang sebelum kalian."
Maka sesungguhnya aku melihat bahwa pekerjaan yang semestinya dilaksanakan oleh jamaah-jamaah Islamiyah, hendaklap dipusatkan (terbatas) pada dua point yang mendesak. Aku tidak percaya bahwa di sana (selain dua point tadi) ada metode untuk selamat dari kelemahan, kerendahan dan kehinaan yang dialami kaum Muslimin.
Aku katakan hal ini khususnya kepada kaum Muslimin yang teguh, dengan dipelopori para pemudanya yang sadar dan memahami; (pertama) kasus tragis yang menimpa kaum Muslimin, dan (kedua) sangat menaruh perhatian untuk melakukan upaya sungguh-sungguh dalam mencari alternatif pemecahan dari kasus tragis tersebut dengan segenap kekuatan yang ada.
Sedangkan terhadap jutaan kaum Muslimin yang Islamnya hanya karena kenyataan geografis atau hanya Islam ktp, maka mereka ini bukanlah yang aku maksudkan dengan pembicaraanku.
Aku ulangi, sesungguhnya penyelesaian yang harus ditangani para pemuda tadi, terangkum hanya dalam dua perkara, tidak ada lainnya, yaitu: Tashfiyah (pemurniaan kembali ajaran-ajaran Islam) dan Tarbiyah (pembinaan).
Yang aku maksudkan dengan Tasfiyah adalah mempersembahkan Islam kepada generasi muda Muslim secara murni, bersih dari segenap kotoran keyakinan (menyimpang), khurafat, bid'ah dan kesesatan yang menyusup masuk ke dalamnya (Islam) di sepanjang abad-abad ini. Di antaranya adalah hadits-hadits yang tidak shahih, bahkan terkadang maudhu' (palsu).
Tash-fiyah ini haruslah direalisasikan, karena tanpa tash-fiyah tidak akan ada jalan lain selama-lamanya untuk mewujudkan cita-cita kaum Muslimin dimaksud. Padahal mereka, kita yakini merupakan umat pilihan di dunia yang luas ini.
Jadi yang dimaksud tashfiyah ini sesungguhnya adalah mempersembahkan obat (solusi). Obat atau solusi itu adalah Islam yang telah memecahkan musykilah (kesulitan) serpa ini di saat bangsa Arab, di satu sisi, dalam keadaan hina dan diperbudak oleh bangsa-bangsa yang kuat di sekitar mereka yaitu Persia, Romawi dan Habasyah, sedangkan di sisi lain mereka beribadah kepada selain Allah Ta'ala.
Islam inilah satu-satunya obat (solusi) untuk menyelamatkan bangsa Arab dahulu dari keadaan yang buruk itu. Dan ternyata (kini) sejarah berulang sebagaimana dikatakan orang. Sementara itu sebuah obat, apabila ia sama dengan obat yang dulu, maka pastilah ia akan menyembuhkan -jika digunakan oleh orang yang sakit- terhadap penyakit yang sama dengan penyakit yang dulu.
Islam adalah satu-satunya obat, dan ini tidak diperselisihkan oleh jama'ah-jama'ah Islam di bidang perbaikan; usaha mengembalikan Islam, memulai kehidupan Islam dan menegakkan daulah Islamiyah.
Jama'ah-jama'ah ini telah terlibah perselisihan keras mengenai apa titik awal yang seharusnya dilakukan untuk ishlah (memperbaiki ummat -pent). Dalam hal ini, kita berbeda dengan seluruh jama'ah Islam yang ada.
Aku berpendapat bahwa (perbaikan itu) harus dimulai dengan Tashfiyah dan Tarbiyyah secara serempak.
Adapun seandainya memulai dengan perkara-perkara politik, maka (kita melihat) orang-orang yang sibuk dengan politik terkadang aqidahnya rusak dan terkadang tingkah lakunya terlalu jauh dari syari'at ditinjau dari kaca mata Islam.
(Kita melihat) orang-orang yang sibuk membuat himpunan dan perkumpulan-perkumpulan dengan embel-embel nama "Islam", pada umumnya massa himpunan tersebut tidak mempunyai pemahaman yang jelas (tentang kebenaran -red).
Karenanya Islam ini tidak terpengaruh apa-apa dalam sikap hidup mereka. Itulah mengapa anda jumpai kebanyakan mereka tidak menerapkan Islam pada dirinya, padahal itu termasuk perkara yang memungkinkan bagi mereka untuk mengamalkannya dengan mudah, karena tidak seorang diktator pun yang bakal sewenang-wenang menghalanginya.
Di saat yang sama mereka ini mengembar-gemborkan semboyannya bahwa : "tidak ada hukum (yang boleh diikuti) kecuali hukum Allah...", "harus berhukum berdasarkan hukum yang diturunkan Allah...".
Kalimat di atas memang merupakan ungkapan yang benar, akan tetapi orang yang tidak mempunyai apa-apa (tidak mempunyai kemauan untuk menerapkan ajaran Islam pada dirinya), tentu tidak akan bisa memberikan apa-apa (tidak akan bisa menerapkan ajaran Islam pada ummat).
Maka apabila kebanyakn kaum Muslimin dewasa ini tidak menegakkan hukum Allah pada diri mereka seangkan mereka menuntut orang lain untuk menegakkan hukum Allah pada negara/pemerintahan mereka, tentu mereka tidak akan mampu mewujudkannya, karena orang (yang menuntut) yang tidak mempunyai apap-apa, tentu tidak akan bisa memberi apa-apa.
Para penguasa itu sebenarnya termasuk bagian ummat ini, karenanya mereka bersama rakyat berkewajiban memahami penyebab kelemahan yang mereka alami. Mereka (rakyat dan penguasa) wajib mengetahui mengapa para penguasa kaum Muslimin dewasa ini tidak berhukum dengan Islam kecuali dalam beberapa segi. Mengapa pula para da'i Islam itu tidak menerapkan Islam pada dirinya sebelum mereka menuntut orang lain untuk menerapkannya pada negeri mereka.
Jawabannya hanya satu, yaitu kemungkinan mereka hanya mengetahui dan memahami Islam secara garis besar saja, atau kemungkinan dasar pijak mereka, hidup mereka, akhlaq mereka, dan tata pergaulan mereka terhadap sesama atau terhadap selain mereka tidak terbina melalui ajaran Islam ini....
Namun secara umum, seperti kita ketahui melalui pengalaman, adalah karena mereka hidup di dalam penyakit utama yang besar, yaitu jauhnya mereka dari pemahaman yang shahih tentang Islam. Bagaimana tidak, sedangkan di kalangan para da'inya saja sekarang ada yang menganggap bahwa para salafiyyun telah menyia-nyiakan umur mereka hanya dalam masalah tauhid. Subhanallah, betapa jauhnya orang yang mengucapkan kata-kata semacam ini, tenggelam ke dalam kebodohan, karena dia pura-pura lalai kalau tidak benar-benar lalai bahwa dakwah seluruh Nabi dan Rasul yang mulia adalah:
"Hendaklah kalian beribadah kepda Allah (saja) dan jauhilah thaghut." [An-Nahl: 36]
Bahkan sesungguhnya Nuh 'alaihis salam telah melaksanakan dakwah selama 950 tahun, beliau tidak mengadakan ishlah (perbaikan), tidak membuat syari'at dan tidak menegakkan politik. Yang beliau lakukan hanya seruan: "Wahai kaumku beribadahlah kepada Allah saja dan jauhilah thagut!"
Adakah di sana ada ishlah? Apakah di sana ada tasyri' (pensyari'atan)? Apakah di sana ada politik, tidak suatu pun, kecuali seruan: "Kemarilah wahai kaumku, beribadahlah kepada Allah dan jauhilah thaghut". Itulah dia Rasul pertama (berdasarkan hadits shahih) yang telah diutus ke bumi, beliau terus-menerus berdakwah selama 950 tahun, tidak menyeru kecuali kepada tauhid, dan inilah (tauhid) kesibukan yang menyibukkan para salafiyyun. Karenanya, betapa anehnya ketika kebanyakan da'i Islam memandang rendah bahkan sampai pada tingkat mengingkari tugas dakwah para salafiyyun.
Sesungguhnya termasuk keutamaan-keutamaan Sunnah adalah bahwa ia menjelaskan musykilah-musykilah (kesulitan-kesulitan) yang terkadang menghadang umat ini. Sunnah itu terlebih dahulu menyediakan obatnya setelah sebelumnya memperingatkan mereka akan penyakitnya.
Masing-masing-masing-masing kita mengetahui sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam:
" Artinya : Umat-umat akan mengelilingi kalian sebagaimana orang-orang yang makan (dengan lahap) mengelilingi piring-piringnya. Para sahabat bertanya: "Apakah karena sedikitnya kami pada saat itu, wahai Rasulullah?. Beliau menjawab: "Tidak, bahkan kalian banyak (jumlahnya) pada saat itu, akan tetapi kalian adalah seperti buih banjir, dan Allah benar-benar akan mencabut kegentaran dari hati musuh kalian, dan Dia benar-benar akan menanamkan wahn ke dalam hati kalian. Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah wahn itu?". Beliau menjawab: "Cinta dunia dan benci mati". [Hadits Riwayat. Abu Dawud dari Ibnu Umar, Ahmad, Ath-Thabrani dalam al-Kabiir, Ibnu 'Adi dan Abu Nu'aim dalam al-Hilyah dan hadits ini shahih]
Dalam hadits ini terdapat penjelasan mengenai salah satu penyakit yang akan menimpa kaum muslimin, dan akan menjadi sebab atau menujukan sunnah kauniyah syari'ah (satu ketentuan yang pasti terjadi yang diterangkan oleh syari'at -pent) dalam satu waktu, bagi berkuasanya musuh terhadap kaum Muslimin dari segala arah, sebagaimana orang-orang yang makan bersama (dengan lahap) mengelilingi (satu) piring.
Aku katakan: "Di dalam hadits ini terdapat penjelasan mengenai adanya satu penyakit di antara sekian penyakit lainnya yang akan mengakibatkan kaum Muslimin terperosok ke dalam kenyataan yang menggenaskan ini, yaitu (penyakit) cinta dunia dan benci mati. Dan ini erat kaitannya dengan apa yang telah aku katakan di muka, yakni keharusan bagi adanya Tashfiyah dan Tarbiyah"
Penggalan kedua dari kalimat (tashfiyah dan tarbiyah) ini, (yaitu kalimat Tarbiyah), artinya harus mentarbiyah (mendidik/membina) kaum Muslimin zaman sekarang dengan suatu tarbiyah yang pada intinya dapat menghindarkan mereka agar jangan sampai terfitnah dengan dunia sebagaimana yang dialami orang-orang sebelum mereka.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Bukanlah kefakiran yang aku takutkan atas kalian, tetapi yang aku takutkan (justeru) apabila dibukakan kesenangan kehidupan dunia buat kalian, lantas hal itu membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan orang-orang sebelum kalian."
Wallohu A’lam
Sumber: www.almanhaj.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...