Oleh : Abu Aisyah
Kamis, 24 Maret 2011 Saya sedang menunggu waktu shalat maghrib di masjid Ali Imran. Sebuah masjid sederhana di samping sebuah perumahan mewah di kawasan Yasmin Bogor. Tidak jauh berbeda dengan masjid-masjid lainnya, lokasi bangunan masjid itu terjepit oleh perumahan mewah dan berada di pinggir sungai kecil. Letaknya yang berada di tengah kampung menjadikan suasananya sangat kental dengan budaya pinggiran.
Ada satu hal yang menarik perhatian, yaitu ketika seorang laki-laki tua dengan pakaian sederhana mulai menyenandungkan puji-pujian melalui sebuah mikrofon yang tidak kalah tuanya. Sepintas tidak ada yang aneh, hanya bila kita perhatikan lebih seksama dengan melibatkan mata hati iman maka kita akan dapati sebuah fenomena yang menjadi awal bagi terputusnya sebuah generasi. Apa itu?
Benar sekali, ketika waktu maghrib hanya tersisa beberapa menit saja, lelaki tua itu masih sendirian berada di masjid tersebut. Suaranya yang terdengar khidmat mengalun menyenandungkan puji-pujian kepada Tuhan. The Missing Link itu tampak di depan mata saya, tidak ada terlihat satu anak kecilpun yang berada di masjid itu. Padahal malam itu adalah malam jumat di mana akan diadakan pembacaan yasin secara bersama-sama. Ke mana generasi yang akan melanjutkan tradisi ini, apakah mereka sibuk belajar? Atau sedang asyik menonton TV? Bisa jadi mereka sedang berkelana di dunia maya. Entahlah saya sendiri tidak bisa membayangkannya. Yang ada di depan mata saya adalah seorang lelaki tua yang sedang khidmat menyenandungkan puji-pujian di depan mihrab masjid, sementara di sekelilingnya tidak ada satupun anak kecil atau generasi muda yang mengiringinya.
Saya membayangkan dalam beberapa tahun ke depan ketika pak tua itu telah tiada, maka tidak ada lagi generasi berikutnya yang melanjtukan estafet tradisi ini. Sebanernya bukan masalah puji-pujiannya namun lebh dari itu bagaimana generasi ini seharusnya terbiasa dengan menghadiri masjid untuk shalat berjama’ah dan memakmurkan masjid.
Dan fenomena ini telah jelas terlihat saat ini, berapa banyak masjid-masjid yang megah namun sepi dengan jama’ah. Bangunan-bangunan masjid berdiri kokoh namun azzam umat ini untuk menghidupkannya roboh.
Apa yang terjadi di masjid Ali Imran hanyalah fenomena kecil yang menggambarkan secara jelas bagaimana generasi muda kita sudah mulai enggan pergi ke masjid, walaupun itu adalah waktu maghrib. Inilah yang saya sebut sebagai missing link…. Terputusnya sebuah generaai dalam hal ini generasi Islam yang melanjutkan kembali nilai-nilai Islam yang universal. Maka sudah saatnya kita untuk berbuat untuk Islam ini, jangan biarkan generasi ini kehilangan pegangan dan terlepas dari nilai-nilai Islam. Inilah tugas kita untuk kembali menghidupkan warisan agung para leluhur yang telah di jamin oleh Al-Ghafur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...