Oleh : Abu Aisyah
Pendahuluan
Dalam sebuah pengajian tampak seorang ustadz berpakaian jubah ala Arab berjenggot tebal, berpeci putih dan di kelilingi oleh murid-muridnya, murid-murid tersebut tampak begitu khusyu' mendengarkan ceramahnya. "Pokoknya semua bid'ah itu sesat, tidak ada yang benar" kata ustadz tersebut dengan berapi-api.
Sementara, nun jauh di tempat yang lain, seorang ustadz kembali melanjutkan ceramahnya "Saudara-saudara harus berhati-hati dengan kelompok pengajian yang begitu mudah mengatakan bahwa ini bid'ah, itu bid'ah pokoknya semua bid'ah. Kalau saudara-saudara pikir "Mana yang sunnah?" ucapnya tak kalah bersemangat.
Pembaca sekalian, dua kejadian di atas adalah sebuah fenomena yang terjadi di masayarakat, bahkan bisa jadi dua model pengajian tersebut tempatnya berdekatan. Apa yang mereka perdebatkan? tidak salah lagi mereka sedang berbicara tentang bid'ah yaitu sebuah amalan yang tidak dilaksanakan oleh Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa salam dan para shahabatnya.
Pembaca sekalian, anda tentu pernah mendengar istilah bid'ah bukan? benar, ini adalah masalah krusial yang terjadi di tengah masyarakat kita. Sebuah permasalahan yang sering kali membawa kepada konflik, dari konflik urat syaraf dan tidak jarang pula sampai pada konflik fisik.
Satu pihak menyatakan dengan semangat baja bahwa bid'ah adalah kesesatan "Semua bid'ah sesat" itulah dakwah mereka. Sementara pihak yang lainnya menyatakan "Tidak semua bid'ah sesat, ada juga bid'ah hasanah" .
Bagaiman kita menyikapi dua pihak yang sepertinya berseberangan "jalan" ini? atau barangkali kita termasuk salah satu bagian dari dua kelompok yang berseberangan tersebut?. Di manapun posisi kita?, selama masih muslim kita adalah bagian dari mereka (muslimin), walaupun kita memiliki kecenderungan kepada salah satu pihak.
Jika kita cermat memperhatikan kondisi masyarakat kita berkenaan dengan hal ini (bid'ah), maka mereka sebenarnya memerlukan adanya penjelasan yang tepat mengenai hal ini. Karena jangan sampai pemahaman tentang hal ini hanya dibangun di atas hawa nafsu, ketidaksukaan pada suatu kelompok, ego diri atau hanya mengikuti pendapat ustadznya tanpa dilandasi oleh keilmuan yang sahih. Semua itu adalah sebab utama terjadinya perseteruan ini semakin tajam. Apalagi dikompor-kompori oleh pihak-pihak yang memperuncing permasalahan ini.
Pembaca sekalian, masalah bid'ah memang tidak bisa diselesaikan hanya dengan mengandalkan emosi atau hawa nafsu kita, ia harus diselesaikan dengan hukum yang telah turun kepada kita dari Allah ta'ala dan petunjuk rasulNya. Tidak mungkin suatu pemasalahan dapat terselesaikan dengan baik tanpa kita merujuk kepada dua sumber hukum Islam. Karena itu dalam menghadapi masalah seperti ini haruslah selalu kita hadapi dengan kepala dingin dan hati yang jernih serta ada landasan yang menjadi hujjah bagi pendapat tersebut. Allah ta'ala berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا(59)
Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. QS An-Nisaa ayat 59.
Ayat ini secara jelas menjelaskan bahwa setiap permasalahan yang ada haruslah dikembalikan kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Pada keduanyalah kita dapatkan jawaban-jawaban yang qath'i (kuat dan meyakinkan).
Pembahasan masalah bid'ah bagi sebagian orang akan ditanggapi dengan berbagai reaksi, "Sudah… jangan membahas masalah yang membuat umat terpecah belah" kata sebagian orang, Sebagian yang lain mengatakan "Tidak, masalah bid'ah haruslah dijelaskan secara detail agar umat paham bahwa bid'ah lebih disukai Iblis dari pada maksiat". Sementara ada juga suara yang menyatakan "Oke, kita bahas masalah bid'ah sesuai dengan porsinya, tapi ingat kita tidak boleh membid'ahkan seseorang, apalagi menuduh bahwa seseorang itu adalah ahli bid'ah yang berada dalam kesesatan".
Pembaca sekalian, pendapat terakhir inilah yang menjadikan inspirasi dari buku ini, kita ingin sama-sama melihat secara "adil", apa sebenarnya bid'ah itu, apakah benar dengan bid'ah hidup kita semakin mudah? atau dengan bid'ah hidup kita menjadi semakin tidak terarah?
Sebagaimana kita ketahui bahwa agama Islam ini telah begitu lengkap membahas secara detail bagian-bagiannya, dari masalah-masalah remeh sampai masalah-masalah besar yang menyangkut kepentingan umat. Sehingga tidaklah mengherankan jika permasalahan bid'ah inipun dibahas secara lengkap, baik dari nash-nash syar'i ataupun pendapat para ulama.
Mudah-mudahan buku ini mampu menjawab setiap pertanyaan yang berkecamuk dalam diri kita dan juga pada masyarakat mengenai hakikat bid'ah, sehingga diharapkan kita dapat mengetahui hakikatnya beserta hal-hal ynag terkait dengannya.
Pembahasan dalam buku ini tidak merinci secara detail mengenai jenis-jenis bid'ah yang terjadi di masyarakat kita, ia lebih menekankan kepada kaidah-kaidah dasar mengenai hakikat dan keberadaannya. Selain itu juga memberikan suatu alternatif bagaimana kita bisa mengambil sikap yang sesuai dengan yang dituntut oleh agama kita yang mulia ini yaitu Islam. Bersambung........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...