Oleh : Bambang Sahaja
Romantika hidup penuh dengan berjuta cerita, ada yang bahagia dan ada yang sengsara. Ada yang banyak anak dan ada juga yang tidak punya anak. Semuanya adalah cerita yang menjadikan dunia lebih berwarna. Ada keluarga yang tinggal di rumah besar dan luas namun hanya memiliki satu anak, sebaliknya kelaurga yang memiliki banyak anak namun tinggal di rumah kontrakan yang sederhana dan sempit.
Tinggal di rumah kontrakan, apalagi yang bersebelahan tentu memiliki kisah tersendiri. Inilah pengalaman saya yang memiliki tetangga baru dengan anak empat yang masih kecil-kecil. Mereka hanya mengontrak pada sebuah rumah petak kecil tidak lebih dari 6 X 3 meter persegi. Ada satu kamar, satu ruang tamu dan dapur serta kamar madi yang sempit. karena letaknya yang bersebelahan tentu setiap suara yang ada akan dengan mudah terdengar, apalagi rumah kontrakan itu tidak pakai plafon jadi ya seperti dalam satu rumah.
Istri dari tetangga baru saya itu adalah teman lama yang walaupun tidak terlalu dekat tapi tahu bagaimana kehidupan sehari-harinya, seorang aktifis dakwah yang rajin mengikuti berbagai halaqah dan pengajian. Ruapnya hidup telah membawanya ke gerbang pernikahan dengan seorang ikhwan dengan penghasilan pas-pasan. mereka kini memiliki empat orang anak yang masih kecil-kecil, anak pertama baru kelas II SD, anak kedua kelas I SD, anak no. 3 baru mau masuk SD tahun ini dan anak terakhir baru mulai bisa jalan. Selain itu sudah mulai menyiapkan juga untuk anak kelima. Repot nggak ya.....
Sebenarnya sih.... tetangga dengan berjubel anak sudah biasa di lingkungan saya tapi karena tetangga baru saya tinggal di sebelah jadi semua kejadian ya saya tahu, termasuk bagaimana susahnya menjadi seorang ibu. Teman lama saya itu kini telah menjadi seorang ibu dengan empat anak mendekati lima, hari-harinya disibukan dengan mengurus anak-anaknya. Sementara sang suami sejak pukul 05.00 pagi sudah berangkat ke pasar untuk berdagang. siklus kehidupan teah membawa teman lama saya yang akhwat itu menjadi seorang ibu rumah tangga yang super sibuk, mengurus empat orang anak yang masih kecil-kecil, tinggal di kontrakan yang sempit dan mengurus semua kebutuhan keluarga lainnya. Semua itu dijalani dengan enuh kesabaran.... (Ko' tahu?) khan rumahnya bersebelahan jadi semua yang terjadi di rumah sebelah yang kedengaran. BUkti kesalutan saya adalah dia jarang marah-marah, belajr dari pengalaman beberapa tetangga saya yang hidup bersebelahan sering kali marah-marah dengan anak ataupun suaminya, tapi yang ini beda....
Saya salut dengan bekas akhwat yang kini jadi ummahat, kesabarannya dalam mendidik keempat anaknya patut diacungi jempol, seperti ini barangkali profil dari wanita shalihah. Hidupnya dibaktikan sepenuhnya kepada keluarganya, masa muda memang sudah berlalu dan ini sangat dipahami betul sehingga ia begitu menikmati menjadi seorang ibu.
Keikhlasan dan kesabaran dalam mengurusi anak-anaknya menjadi inspirasi bagi umahat (ibu-ibu) lainnya dan saya yakin semua itu didapatkan dari kajian-kajian yang dulu ia ikuti. Ketika menjadi seorang ibu semua ilmu yang didapatkan langsung diaplikasikan dalam rumah tangga. Ah..... inilah manfaat ilmu bagi wanita, ia akan terasa ketika menjadi seorang ibu rumah tangga. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari tetangga baru saya ini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...