Oleh : Uthia Helmi
Dalam catatan sejarah, di manapun dan kapan- pun,
Yahudi menjadi objek kebencian, digambar- kan dekil, kikir, busuk, haus darah,
rakus, peng- hianat, egois dan pengecut. Mereka dikenal piawai memonopoli
sumber-sumber ekonomi terpenting, berkepribadian memuakkan, tidak lebih simbol
ke- sialan di kalangan mayoitas masyarakat Eropa.
Lalu mereka mencuci otak masyarakat inter- nasional,
khususnya Eropa dan Amerika. Keber- hasilan Yahudi adalah hasil perjuangan
panjang dan keras. Mereka tahu bahwa satu-satunya jalan untuk memperbaiki citra
mereka adalah dengan mendominasi media massa internasional. Seperti yang
diungkapkan oleh Rabi Yahudi pada tahun 1869 dalam khutbahnya di kota Braga:
”Jika Emas merupakan kekuatan pertama kita untuk men- dominasi dunia, maka
dunia jurnalistik merupakan kekuatan kedua.” (hlm. 14) Atau pernyataan para pemimpin
Yahudi: “Media massa pemerintah meru- pakan potensi yang harus kita kuasai
untuk mem- pengaruhi opini publik, kita akan terus menanam- kan pengaruh tanpa
terjun langsung (hlm. 26). Realisasi rencana mereka tentang bidang publistik
didiskusikan dalam Konferensi Zionis pertama di Swiss tahun 1897 menghasil kan
rencana kerja pemimpin-pemimpin Zionis no 12, yaitu:
1) Menguasai
dan mengendalikan dunia pers,
2) Tidak
memberi kesempatan kepada media massa non-Yahudi yang memuat gagasan-gagasan
anti Yahudi,
3) Melakukan
sensor yang ketat (melalui surat izin dari penguasa) sebelum berita disiarkan
4)
Menerbitkan berbagai media massa untuk men- dukung kelompok aristokrat,
republikan, revolu- sioner, hingga kelompok anarki,
5)
Mempengaruhi publik saat diperlukan dan mere- dam gejolak yang
ditimbulkan,
6) Memberikan
dorongan kepada orang-orang je- nius untuk mengendalikan media massa yang
beroplah besar, khususnya yang anti Yahudi. Jika suatu saat orang tersebut
menunjukkan gejala-gejala tidak setia, maka akan dibongkar skandal-skandalnya,
sekaligus pelajaran bagi yang lain.
Hanya beberapa tahun setelah itu, para pengusaha
Yahudi berhasil menguasai sebagian besar media massa Eropa dan Amerika. Yang
menandai keber- hasilan mereka adalah tentang propaganda Nazi Jerman atas
prakarsa Hitler untuk mengusir kaum Yahudi, agar masyarakat dunia simpati dan
iba, kemudian mengumpulkan bantuan kemanusiaan (ahli-ahli sejarah menyediakan
hadiah 50 ribu dolar untuk pihak yang mampu membuktikan kebenaran peristiwa tersebut.
Hingga detik ini ahli-ahli sejarah, terutama Wills Carto, masih menunggu orang
yang sanggup membuktikan tragedi tersebut). (hlm. 13-14) Perasaan simpati
tersebut mereka manfaatkan untuk kepentingan proyek pemukiman Yahudi di
Palestina tanpa menghargai sedikit hak-hak warga Palestina. Propaganda Yahudi
selalu disertai upaya menjatuhkan bangsa Arab (yang dalam pandangan Barat
adalah Islam) di hadapan masyarakat dunia.
Fungsi media massa bagi Yahudi dalam mem- pengaruhi
opini publik antara lain:
1) Menentukan
jabatan seseorang, (hlm. 14) misal, pembunuhan atas penentang mereka, Presiden
Amerika ke-35 John Fitzgerald Kennedy, Benyamin Franklin, menteri pertahanan
Amerika James Frostal, Jenderal George Brown, Spiro Agnew. Mereka dibunuh namun
bukti-bukti yang menunjukkan kalau Yahudi pembunuhnya hilang (hlm. 70);
dukungan terhadap pendukung Yahudi, Churchill, (hlm. 41) Franklin Roosevelt,
(hlm. 45) Harry Truman, (hlm. 70) Gerald Rudolf Ford (hlm. 71)
2) Menggiring
masyarakat Barat untuk memusuhi bangsa Arab dengan mengungkit kembali ke-
kalahan Nashrani dalam perang salib dan meng- gambarkan Arab sebagai bangsa
primitif, (hlm. 16)
3) Memegang
kunci aktivitas politik, moneter dan ekonomi, (hlm. 18)
4) Mengubah
opini bahwa penyerangan Israel atas negara lain (seperti ketika menyerang
reaktor nuklir Irak dengan memakai istilah) adalah untuk menciptakan perdamaian
dunia, (hlm. 19)
5)
Kepercayaan dunia atas Israel, (hlm. 21)
6) Menanamkan
ide-ide dan pengaruh Zionis (harian Luvigaro dan Le Cutidia di Perancis membela
agresi Zionis atas Libanon; pemban- taian muslimin Palestina di Shabra dab
shathila; dan mengecam harian lain yang membeberkan pembantaian tersebut),
(hlm.22)
7) Propaganda
akhlak buruk, penyimpangan sek- sual melalui buku-buku dan film-film porno,
(hlm. 24, 59, 64)
8) Berusaha
menutupi kejahatan teror mereka atas muslim Palestina dan membungkam siapa yang
membeberkannya, (hlm. 26)
9)
Membangkitkan kebencian umat Hindu di India atas Islam (hlm. 26).
Organisasi dunia (IMF, PBB) dijadikan alat Yahudi
untuk memonitor musuh-musuhnya, misal, resolusi Dewan Keamanan PBB yang tidak
pernah merugi- kan mereka karena banyak anggotanya merupakan Yahudi; atau hak
veto hanya digunakan jika me- nyangkut kepentingan Yahudi. (hlm. 54-55)
Dinas Spionase dan Penghianatan
Untuk memenuhi targetnya, Yahudi mengkoor- dinasi
mayoritas grup-grup hiburan, membangun gedung-gedung untuk pentas seni atau
kontes ratu-ratuan, sehingga manusia menggandrunginya.
Sementara tidak ada yang digandrungi Yahudi selain
berdirinya Israel Raya denga berbagai cara. Target mereka antara lain: (hlm.
66)
1) Menjaring
promotor untuk menjadi mata-mata,
2)
Menghancurkan dan mengalihkan aktivitas ma- syarakat non-Yahudi dari
politik, ekonomi dan sosial ke bidang hiburan/ olahraga dan penye- lewengan
(ketika serdadu Israel mencincang muslim Palestina di Beirut (1982), media
massa mereka menulis: “Kita sangat bangga kesebe- lasan sepak bola kita masuk
ke babak final piala dunia”. Sementara pasukan Israel berada di wilayah Sidon,
Tyr, dan ad-Dmur, serta me- nguasai Gurun sinai, Dataran Tinggi Golan dan
al-Quds. Saat perwira dan jenderal-jenderal negara Arab menyiapkan
kesebelasannya, Israel tengah mengirimkan pasukannya ke front-front
pertempuran. Usai pertandingan seorang menteri negara Arab berkomentar:
“Pertan- dingan yang sangat cantik, kemenangan ini berkat keung gulan para
pemain kita”. Dan Shamir menegaskan bahwa pasukannya telah memasuki Libanon dan
menghabisi kaum Muslimin berkat keunggulan mereka”), (hlm. 68)
3) Menggiring
manusia menangggalkan hakikat kemanusiaannya agar mudah dikontrol,
4) Mendukung
kandidat-kandidatnya duduk di pe- merintahan atau departemen, kemudian mem-
perbudaknya dengan memanfaatkan skandal skandal pribadinya.
Spionase Yahudi berusaha mencari informasi dengan
terjun langsung bertopeng delegasi diplo- matik, negoisator, pakar (tahun 1964
Dr. Hamond, arkeolog Amerika datang ke al-Khalil, Palestina, untuk meneliti
kepurbakalaan. Tahun 1967 ia meng hilang dan muncul setelah pencaplokan Israel
atas al-Khalil dengan jabatan Kepala Staf Angkatan Perang Israel), konsultan,
budayawan; atau dengan memperalat warga negara setempat. (hlm. 66)
Dari uraian di atas, seolah-olah Yahudi menguasai
dunia (Islam) dalam berbagai bidang adalah karena kecerdasan mereka, sebenarnya
tidak, karena mereka melakukan dengan kelicikan, tipuan dan memanfaatkan
situasi dan kondisi yang ternyata menguntungkan mereka. “Kemenangan” yang di-
peroleh Yahudi adalah karena: (hlm. 74-75) faktor eksternal: Persekongkolan
antara Yahudi, Kristen, Komunis dan Kebatinan; Faktor internal, yang
mempermudah musuh-musuh Islam melakukan kejahatannya
1) Banyak
kalangan intelektual dan pejabat peme- rintahan Islam yang tidak menghargai
eksistensi umat Islam,
2) Media yang
memasok kejahatan dan meng- adopsi kesesatan yang diterima umat Islam,
3) Beberapa
negara Islam mudah menerima berbagai isme (seperti SEPILIS) dan tertipu oleh
simbol-simbol musuh,
4) Tanpa
disadari sesama umat Islam saling ber- tikai untuk hal-hal yang seharusnya bisa
ditoleransi, seperti perbedaan madhab,
5) Jiwa kaum
muslimin yang sering lalai, tengge- lam dalam hawa nafsu, lebih memprioritaskan
kehidupan dunia.
Sumber:
Yahudi dalam Informasi dan Organisasi, Fuad bin
Sayyid Abdurrahman Arrifa’i, Gema Insani Press, Jakarta, 2002.