Oleh : Romly
Metode,
dalam bahasa Arab, dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah
strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.[1] Menurut Ahmad Husain al-Liqaniy, metode
adalah: “Langkah-langkah yang diambil seorang pendidik guna membantu peserta
didik merealisasikan tujuan tertentu.[2]
Dalam bahas Arab, kata metode dikenal dengan istilah thariqah
yang berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk
melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka langkah
tersebut harus diwujudkan dalam proses pendidikan dalam rangka pembentukan
kepribadian peserta didik. Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode metode
merupakan cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan teknik berarti: metode atau sistem untuk mengerjakan sesuatu.
Metode
dan teknik mempunyai pengertian yang berbeda meskipun tujuannya sama. Metode
adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan, sementara teknik adalah cara
mengerjakan sesuatu. Dengan demikian, metode mempunyai pengertian
yang lebih luas dan konsepsional. Sedangkan
pendekatan (approach) merupakan pandangan falsafi terhadap subject-matter
yang harus diajarkan dan selanjutnya melahirkan metode mengajar.
Dalam pelaksanaannya, metode dalam pendidikan dijabarkan dalam bentuk teknik
penyajian bahan pelajaran.[3]
Pengertian
metode sebagaimana diungkapkan oleh beberapa ayat dalam al-Qur’an, ternyata
memperlihatkan muatan, nuansa dan kaitan yang amat luas. Thariqah yang
digunakan tersebut terkadang digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan kepada
suatu tujuan, terkadang al-Qur’an menunjukkan tentang sifat dari jalan yang
harus ditempuh, akibat dari kepatuhan pada jalan yang ditempuh itu, dan
terkadang pula berarti suatu tempat. Dengan demikian, metode atau jalan oleh
al-Qur’an dilihat dari sudut objeknya, fungsinya, akibatnya dan sebagainya. Ini
dapat diartikan bahwa perhatian al-Qur’an terhadap metode demikian tinggi,
dimana al-Qur’an lebih menunjukkan isyarat-isyarat yang memungkinkan metode ini
dikembangkan lebih lanjut. Namun demikian, secara eksplisit al-Qur’an tidak
menunjukkan arti dari metode pendidikan Islam, karena al-Qur’an memang bukan
pengetahuan tentang metode.
Pemahaman
sangat dituntut peranannya untuk menemukan pengertian dari macam-macam, begitu
juga dengan metode. Mungkin ada metode yang baik untuk pelajaran tertentu dan
oleh guru tertentu, tetapi tidak cocok untuk pelajaran lainnya.[4]
Minhaj/manhaj,
adalah jalan yang terang dan langkah yang terencana. Dari kata itu dipergunakan
juga istilah: Manhajud Dirasah, Minhaj Al-Ta’lim (metode studi dan
pengajaran) dan sebagainya, jama’nya: Manhaj al-Tarbiyah al- Nabawiyah
Lith-Thifli, Al- Tarbiyah.[5]]
Manhaj
Islam mengarahkan para pendidik
dan orang tua agar bersikap lemah lembut dan santun kepada
anak pada usia pra sekolah atau balita karena sangat memberi pengaruh besar
dalam suksesnya proses pendidikan dan pembentukan kepribadian anak. Dari Aisyah
ra. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
ان ارفق لايكون في شي
ءالا زانه ولاينزع من شيءالاشانه
“Sesungguhnya lemah lembut tidaklah ada
pada sesuatu kecuali pasti menghiasinya dan tidaklah dicabut pada sesuatu
kecuali akan merusaknya”. [6]
Dari
Aisyah ra., Rasulullah SAW bersabda:
حَدَّثَنَا
أَبُو نُعَيْمٍ عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ اسْتَأْذَنَ رَهْطٌ مِنْ الْيَهُودِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا السَّامُ عَلَيْكَ فَقُلْتُ بَلْ عَلَيْكُمْ
السَّامُ وَاللَّعْنَةُ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ
كُلِّهِ
قُلْتُ أَوَلَمْ تَسْمَعْ مَا قَالُوا قَالَ قُلْتُ وَعَلَيْكُمْ
“Sesungguhnya
Allah Maha lemah lembut dan cinta kelembutan dalam segala perkara”.[7]
Hendaknya
kepada para pendidik memanfaatkan peluang ini sebaik mungkin sesuai pengarahan
Umar bin Khaththab ra. “Ajarilah anakmu beberapa nilai kebaikan,” dan diantara
kebaikan itu adalah mengajarkan anak
menghafal al-Qur’an,
as-Sunnah dan masalah
fiqih serta beberapa pendapat para ulama. Orang tua harus membuat
permainan anak yang bagus dan mendidik serta mengembangkan daya nalar dan
kreativitas anak terutama kemampuan untuk meniru dan menghafal harus diberdayakan
semaksimal mungkin.
Dari
Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda:
مامن مولودالايولدعلى الفطرة فابوه
يهودانه وينصرانه ويمجسانه كما تنتج البهمة بهيمة جمعاءهل تحسون فيهامن جدعاء وفي
رواية : حتى تكونواتجدعونها
“Tidaklah
seorang anak terlahir melainkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah
yang merubahnya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi; sepertii hewan yang sehat
dan tidak cacat melahirkan yang sehat, apakah kalian mendapatkannya (melahirkan
turunan) yang cacat”. Dalam suatu riwayat, “Hingga kamulah yang menjadikannya
cacat.”
Dari
Ibnu Umar ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته, والامام
راع ومسؤول عن رعيته والرجل راع في اهله ومسؤل عن رعيته, والمراة راعية قي بيت
زوجها ومسؤولة عن ر عيتها, والخا دم راع في مال سيد ه ومسؤول عن رعيته, وكلكم راع
ومسؤول عن رعيته
“
Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai tanggungjawab
atas kepemimpinannya dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya
dan akan dimintai tanggungjawab atas kepemimpinannya, wanita adalah
penanggungjawab atas rumah suaminya dan akan dimintai tanggung jawabnya serta
pembantu adalah penanggungjawab atas harta benda majikannya dan akan dimintai
pertanggungjawabannya. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai tanggung
jawab atas kepemimpinannya.[8]
Dari
Abu Ya’la Ma’qil bin Yasar ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
ما
من عبد يسترعيه الله رعية, يموت يوم يموت وهوغا ش لرعيته الاحرم الله عليه
الجنة
“Tidaklah seorang hamba yang diberi
tanggungjawab oleh Allah sebuah amanah lalu ia meninggal dalam keadaam menipu
tanggungjawabnya kecuali Allah akan mengharamkan surga baginya”.[9]
Yang
dimaksud dengan metodologi adalah cara atau jalan untuk menuju kepada sesuatu.
Sedangkan penyelidikan (research) bermaksud mencari apa? mencari kebenaran.
Jadi metodologi penyelidikan bermaksud cara atau jalan mencari kebenaran
seperti yang terdapat dalam al-Qur’an.[10]
Berbicara
tentang metodologi adalah berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang
digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau
kebenaran, baik dalam aspek partial atau total. Karena kita bicara tentang
metodologi maka pertama-tama sekali kita harus berbicara tentang manusia yang
menjadi kutub subjektif dari pengetahuan, yaitu subjek yang mengetahui. Kutub ini
terdiri dari seluruh kuasa (faculties) mengetahui yang ada pada manusia yang
sifatnya bersifat hierarki. Dengan kata lain, manusia sanggup memiliki berbagai
tingkat kesadaran.[11]
Selanjutnya,
dalam membicarakan metodologi, kita harus bicara tentang alam jagad, yang
merupakan kutub objektif dari pengetahuan yaitu objek yang dapat diketahui yang
juga bersifat hierarkis. Dengan kata lain, alam jagad memiliki wujud yang
bertingkat-tingkat. Metodologi yang digunakan oleh pemikir-pemikir Islam justru
berusaha mencari hubungan antara dua hierarki ini: hierarki ini mengetahui yang
ada pada manusia dan hierarki alam jagad, dan prinsip yang mengatur hubungan
itu.[12]
Ada
beberapa aspek Strategi Pendidikan Agama Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber
Daya Manusia:
Aspek
pertama adalah strategi pendidikan, bukan strategi pendidikan agama; jadi
pendidikan adalah kata sifat bagi strategi, jadi strategi pendidikan, bukan
strategi pendidikan agama. Karena dalam merekayasa sebagai strategi,
bisa diciptakan berbagai
macam strategi. Ada
strategi
pendidikan,
strategi politik, strategi ekonomi dan sebagainya. Jadi yang kita bicarakan
disini adalah strategi pendidikan mengenai agama, dan dalam konteks tulisan ini
adalah mengenai agama Islam. Akar kata strategi adalah “strategos” yang berasal
dari bahasa Latin yang berarti cara memimpin pasukan (tentara misalnya) atau
seni menjalankan kampanye perang, penggunaan kata “strategi” ini kemudian
meliputi segala peraturan perencanaan atau seni manajerial dalam segala aspek
kehidupan.
Aspek
kedua yang juga perlu diperhatikan adalah tentang pendidikan agama dalam
hubungannya dengan pendidikan Islam.
Aspek
ketiga adalah sumber daya manusia, yaitu setiap orang telah dan mungkin menjadi
sumber yang berguna bagi masyarakat dan negara, dengan kata lain setiap
individu di masyarakat tanpa melihat umurnya bisa menjadi sumber yang berguna,
oleh karena itu meliputi seluruh anggota masyarakat. Aspek ini akan kita
uraikan secara terperinci.
Aspek
keempat adalah tentang meningkatkan kualitas, karena sumber daya manusia itu
sendiri ada dua macam yaitu yang terpendam: sumber daya manusia yang belum
diolah setengah atau keseluruhannya dan belum menjadi sumber yang berguna, dan
yang kedua yang telah dikembangkan, yaitu sumber daya manusia yang telah diolah
dan telah menjadi sumber yang berguna bagi manusia.[13]
Kata
strategi bermakna sejumlah prinsip dan pikiran yang mengarahkan tindakan
sistem-sistem pendidikan di dunia Islam. Memperhatikan bahwa kata terakhir,
yaitu dunia Islam, memiliki ciri-ciri khas yang tergambar dalam Aqidah
Islamiyah, maka patutlah strategi pendidikan itu mempunyai corak Islam. Jadi
tempat bertolak selalu adalah Islam dan ajarannya yang suci.[14]
Metode
pembelajaran memiliki kedudukan yang amat strategis dalam mendukung
keberhasilan pengajaran. Itulah sebabnya, para ahli pendidikan sepakat bahwa
seorang guru yang ditugaskan mengajar di sekolah, haruslah guru yang
profesional, yaitu guru yang antara lain ditandai oleh penguasaan yang prima
terhadap metode pengajaran. Melalui metode pengajaran, mata pelajaran dapat
disampaikan secara efisien, efektif dan terukur dengan baik, sehingga dapat
dilakukan perencanaan dan perkiraan dengan tepat.[15]
Teori
pembelajaran menaruh perhatian pada hubungan di antara variabel-variabel yang
menentukan hasil belajar. Teori ini menaruh perhatian pada “bagaimana seorang
belajar.” Teori pembelajaran sebaliknya, yakni menaruh perhatian pada bagaimana
seseorang memengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar. Dengan kata lain,
teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variabel-variabel yang
dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.[16]
[1] Shahih Abd al-Aziz, al-Tarbiyah
al-Haditsah Maddatuha, Mabadi’uha, Tatbiqatuha al-Amaliyah (al-Tarbiyah wa
Thuruq al-Tadris), (Kairo:Dar al-Ma’arif, 1119 H), hal. 196. Lihat
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta :
Kalam Mulia, 2002), hal. 155.
[2] Ahmad Husain
al-Ligani, Mu’jam al-Musthalahat al-Tarbawiyah al-Mu’arrah fi al-Manhaj wa
Thuruqu al-Tadris, (Mesir: ‘Alam al-Kutub, 1996), Cet. I, h. 127, lihat
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem
Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009), hal. 209.
[3]
Ramayulis dan Samsul Nizar,
Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para
Tokohnya, (Jakarta :
Kalam Mulia, 2009) hlm. 209.
[4] Abuddin Nata, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta :
Gaya Media Pratama, 2005, hal. 144.
[5] Muhammad Ibnu Abdul Hafidh
Suwaid, Cara Nabi Muhammad Mendidik Anak, (Jakarta : Al-I’tishom Cahaya Umat, 2006), hal.
xvii.
[6] Imam Abi Zakaria Yahya bin
Syarif an-Nawawy, Kitab Riyadus Shalihin, Dar al Kutub, Bairut, hal.187
Hadits ke 631-633
7 Al-Maghribi
bin as-Said al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak; Panduan Mendidik
Anak Sejak Masa Kandungan Hingga Dewasa dengan judul asli Kaifa Turabbi
Waladan Shalihan, (Jakarta: Darul Haq, 2008), hal. 132.
[8] Al-Maghribi bin as-Said
al-Maghribi. 142.
[9] Al-Maghribi bin as-Said
al-Maghribi. 143.
[10]Hasan Langgulung, Kreativitas
dan Pendidikan Islam; Analisis Psikologi dan Falsafah, (Jakarta:
Pustaka Al Husna, 1991), hal. 29-30.
[11]
Hasan Langgulung, hal.
36-37.
[12]
Hasan Langgulung, hal.
36-37.
[13]
Hasan Langgulung, Peralihan
Paradigma dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2002), hal.
255-256.
[14]
Hasan Langgulung, Peralihan
Paradigma dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial, hal. 261.
[15]
Abuddin Nata, Perspektif
Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta :
Prenada Media Group, 2009), hal. 176-177.
[16]
Baharuddin, Pendidikan
dan Psikologi Perkembangan, hal.
117.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...