Oleh :
Abdurrahman
Tulisan ini
terinspirasi dari keadaan orang-orang di sekitar saya yang saat ini telah
udzur, sebagian mereka memang sudah lanjut usia dan biidznillah jika Dia berkehendak tidak lama lagi akan
mengambilnya. Tentu saja bukan mendoakan tapi kalau melihat keadaan sebagian
mereka yang “Hidup Enggan Meninggal Belum Mau” sepertinya nikmat masa muda dan
kesehatan itu benar-benar luar biasa. Agar pembaca bisa memahami tulisan ini
saya sebutkan saja keluarga dekat saya yang saat ini sedang dalam keadaan
diberikan anugerah sakit yang tidak semua orang merasakannya.
Pertama dari
mereka yang paling dekat dengan saya yaitu mertua saya, kebetulan rumahnya
bersebelahan dengan rumah saya. Keduanya sudah sangat lanjut usia dan
sakit-sakitan. Kalau saya menyebutnya penyakit tua, mertua laki-laki sudah tidak
lagi bisa duduk dan berdiri apalagi berjalan. Beliau sehari-hari hanya tidur
dan sedikit memiringkan badan, semua kebutuhannya dilayani oleh anak-anaknya
terutama anak perempuan. Sudah tidak banyak aktifitas yang beliau lakukan
selain menunggu dilayani oleh putri-putranya. Mertua perempuan juga tidak jauh
berbeda, beliau sudah menginjak usia 70-an yang sudah mengalami sakit
komplikasi. Beliau beberapa kali masuk rumah sakit dan sampai saat ini masih
rawat jalan.
Sebenarnya
bukan hanya sakit yang diderita oleh kedua mertua saya, tapi sikap dan tingkah
laku dari keduanya seringkali membuat anak-anaknya gregetan. Maklum saja
namanya juga sudah tua, mertau laki-laki contohnya, ketika lapar ia akan
meminta makan banyak-banyak hingga kalau disediakan biscuit-pun dimakan tidak
tanggung-tanggung. Tentu saja hal in berefek kepada pembuangan sisa-sisa
makanan dalam jumlah yang melimpah akibatnya sang putrid seringkali dibuat “kesel”
dengan hal tersebut. Belum lagi kata-kata yang kadang memiriskan hati “Kalau
tidak mau membersihkan kotoran ayah biar saja, ayah juga umurnya sudah gak lama
lagi” begitu kira-kira ucapannya. Bicara keikhlasan? Sepertinya tidak usah
dibahas karena jelas semua berusaha untuk ke arah sana, kalau gak ikhlas
ngapain melayani beliau terus-menerus. Bisa jadi berawal dari kewajiban tapi
mudah-mudahan menjadi sebuah amal sholeh.
Beda lagi
dengan mertua perempuan, saat ini yang menjadi makanan favoritnya adalah
anggur, ya anggur merah yang besar dan manis, padahal menurut dokter buah ini
termasuk tidak bagus dikonsumsi oleh penderita penyakit yang diderita. Tapi ya
bagaimana lagi? Sudah dikasih tahu malah sering salah paham dan akibatnya bisa
jadi ngambek dan keluar kata-kata yang tidak mengenakan “Ibu udah ga lama lagi
di sini”.
Selanjutnya Paman
dan Uwa saya yang tinggal jauh di Jawa tengah sana, keduanya diberikan anugerah
oleh Allah ta’ala berupa penyakit stroke yang biidznillah hingga saat
ini belum bisa disembuhkan. Bahkan kondisi paman sudah “sulit” untuk
disembuhkan. Badannya sudah sisa kulit dan tulang, lebaran tahun lalu saja
sudah sangat kurus sekali dan tidak bisa berbuat apa-apa. Beliau hanya tidur
dan menunggu istrinya atau kakak perempuannya (ibu saya) memberikan makan atau
membersihkan badannya. Beliau sudah tidak bisa bicara dan matanya juga sudah
kabur. Hanya telingannya yang masih bisa mendengar suara. Untuk mengunyah
makanan saja beliau sudah tidak bisa lagi…. Setiap makanan yang disuapkan
langsung masuk ke kerongkongan tanpa dikunyah. “Seperti Kolam” kata ibu saya,
maksudnya beliaua itu seperti kolam, apa saja yang dimasukan ke mulutnya yang
langsung masuk ke dalam sehingga tidak ada lagi rasa dan juga nikmatnya
makanan. Istrinya juga sudah susah dan sepertinya sudah menyerah dengan
keadaan, “Sangat sulit” untuk sembuh… sepertinya harapan itu memang sudah
pupus. Saya sendiri sudah hamper setahun belum emlihatnya lagi…
Terakhir uwa
saya yaitu kakak dari ibu saya, beliau dalah seorang perempuan besi yang luar
biasa dan menginspirasi saya untuk terus berjuang. Bayangkan saja ia telah
bekerja sejak anaknya usia 18 bulan hingga anaknya itu punya anak… bekerja dan
bekerja, itulah yang beliau lakukan hingga mampu membesarkan sang anak tanpa
kehadiran sang suami yang telah pergi meninggalkannya tanpa pesan dan kesan. Kini
beliau juga terbaring lemah di tempat tidur, badannya sudah mati sebelah dan
perutnya semakin hari semakin membesar. Kata dokter usus dan lambungnya
membengkak dan kemungkinan besar tidak bisa disembuhkan. Kini hanya Sang putri semata
wayangnya merawat beliau dengan setia, hanya doa dan dorongan hidup yang bisa
saya sampaikan.
Memang tidak
ada yang mustahil bagi Allah ta’ala untuk menyembuhkan semua penyakit mereka,
namun melihat keadaan dan kondisi itu sepertinya “agak sulit” semuanya kembali
seperti semula. Hanya doa dan harapan semoga semuanya menjadi lebih baik,
walaupun kemungkinan itu tetap ada.
Melihat hal ini
saya selalu berfikir bahwa ternyata mas muda dan massa sehat itu luar biasa…
bagaimana dengan anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...