Oleh : Abu Aisyah
Empati, kata ini sepertinya saat ini hanya tinggal di buku-buku
pelajaran sekolah. Apa sebab? Ternyata masyarakat saat ini lebih memilih
mementingkan diri sendiri dari pada melakukan hal-hal kecil yang sebenarnya
bisa dia lakukan untuk orang lain. Contoh mudah dan yang sering kita saksikan
sehari-hari adalah suasana di angkot (angkutan umum), di mana jika kita mau
naik ke angkot kemudian ternyata di angkot tersebut ada beberapa penumpang yang sudah naik. Apa yang
dilakukan penumpang di angkot tersebut biasanya? Mereka lebih senang duduk
mendekat ke arah pintu, dengan berbagai alasan “sudah dekat mau turun”, “di dalam tidak nyaman” dan “ingin
menghirup udara segar” Semua itu memang
menjadi alasan masuk akal untuk menyulitkan setiap orang yang akan naik ke
angkot. Padahal kita tahu bahwa tidak ada sulitnya untuk menggeser duduk ke arah
dalam angkot bagaimanapun dekatnya jarak, Toh itu tidak memberatkan dan yang
pasti memberikan jalan bagi orang yang akan naik angkot untuk lebih mudah
duduk. Maka yang terjadi juga adalah bagi yang naik belakangan akan sangat sulit
masuk ke angkot tersebut, apalagi kalau penumpang tersebut bawa barang-barang.
Melihat pemandangan ini sepertinya kita harus lebih peduli dengan
orang-orang di sekitar kita, masayarakat kita saat ini telah terjangkiti
penyakit egois dan tidak lagi berempati kepada orang lain. Dalam ruang lingkup
Islam maka etika seperti ini disebut dengan adab terhadap orang lain, misalnya
dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa jika kita erada di satu majelis kemudian ada
orang lain yang dating maka kita diperintahkan untuk memberikan tempat bagi
orang tersebut untuk duduk. Adab ini bertolak belakang dengan kejadian
sehari-hari di angkot. Padahal sebagian dari mereka adalah umat Islam, namun
sangat disayangkan mereka telah jauh dari nilai-nilai Islam. Apakah kita juga
demikian?
Empati adalah menempatkan diri kita pada posisi orang lain,
seolah-olah kita merasa menjadi orang lain tersebut. Dari sini akan muncul rasa
bagaimana jika kita yang diperlakukan seperti mereka. Bisa dibayangkan
seandainya kita akan masuk ke angkot kemudian ternyata orang-orang tidak mau
bergeser ke dalam tentu kita akan merasa kesal. Itulah empati, seharusnya ia
menjadi again dari kehdiupan kita sehari-hari, menempatkan posisi kita di
tempat orang lain dan berperilaku seolah-olah kita adalah mereka dalam segala
hal.
Dari adab ini diharapkan akan terwujud satu masyarakat yang tidak hanya
mementingkan diri sendiri dan tidak peduli dengan orang lain, namun masyarakat
yang saling memberikan penghormatan dan saling mengasihi sesuai dengan strata
mereka masing-masing. Semoga kita bisa menjadi seperti mereka, yaitu
orang-orang yang senantiasa mampu berempati kepada orang lain…. Mulailah dari
diri kita dahulu…
keren !!!
BalasHapusmampir ke blog ane juga ustad !!!
http://ilho071.blogspot.com/