Oleh : Shofi Fasya
Pada
masa pemerintahan Khalifah Abbasiyyah, peranan ekonomi merupakan hal yang
sangat menentukan untuk kemajuan atau kemundurannya suatu negara. Oleh karena
itu, Khalifah Abbassiyah memberikan perhatian khusus pada pengembangan sektor
ini. Di masa pemerintahan Khalifah Abbasiyah ini, sumber pemasukan negara yang
paling utama berasal dari pajak dan zakat. Pada saat itu, ada beberapa jenis
pajak yang berlaku. Seperti pajak yang dipungut bagi orang-orang non Muslim
yang tinggal di wilayah Negara Islam, pajak atas seluruh barang dagangan
orang-orang non-Muslim ketika mereka berdagang di wilayah Negara Islam yang
berkenaan dengan perlintasan batas negara, pemungutan pajak yang dikenakan atas
bumi atau yang biasa disebut dengan pajak tanah dan juga terdapat pajak yang
berasal dari orang-orang non Muslim yang meminta perlindungan atas mereka yang
tinggal di Negara Islam. Dari berbagai jenis pajak yang telah disebutkan, jenis
pajak yang paling banyak menjadi pemasukan negara adalah pajak tanah atau
kharaj. Selain pajak, sumber pemasukan utama negara juga berasal dari zakat.
Zakat dibebankan atas tanah produktif,hewan ternak,emas,perak,barang dagangan
serta harta milik lainnya yang mampu berkembang, baik secara alami maupun
setelah diusahakan. Seluruh hasil pajak dan zakat dikumpulkan di suatu lembaga
perbendaharaan negara yang dikenal dengan nama Baitul Maal yang kemudian
hasilnya dihitung dan dijadikan sebagai pendapatan negara. Lalu semua uang yang
terkumpul di Baitul Maal digunakan untuk kepentingan kaum muslim, yaitu untuk
orang miskin, musafir, memelihara masjid, membayar tentara, sukarelawan dalam
perang suci dan menebus para budak serta tawanan.
Ekonomi
imperium pada masa Khalifah Abbasiyyah digerakkan pula oleh perdagangan.
Dijadikannya Kota Baghdad sebagai pusat kendali pemerintahan memiliki arti
tersendiri bagi perkembangan dan kemajuan di bidang ekonomi. Baghdad merupakan
sebuah kota yang terletak di daerah yang sangat strategis bagi perdagangan.
Karena, sungai tigris dapat melalui kota ini dan juga jalur perdagangan yang
melalui sungai eufarat juga cukup dekat dengan kota tersebut, sehingga
memungkinkan para pedagang untuk singgah dan menawarkan barang dagangan yang
mereka bawa. Selain itu, barang dagangan juga dapat diangkut dengan menggunakan
perahu-perahu kecil dengan melewati sungai tigris dan eufarat. Terdapatnya
jalanan yang aman dan nyaman juga merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh
bagi Kota Baghdad. Sehingga pada saat itu Baghdad menjadi daerah yang sangat
ramai, karena disamping menjadi ibu kota kerajaan Kota Baghdad juga menjadi
pusat perniagaan yang cukup marak. Dari situlah negara mendapatkan devisa yang
cukup besar jumahnya.
Faktor
pertumbuhan jumlah penduduk juga merupakan suatu faktor yang turut meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, dimana semakin banyaknya jumlah penduduk semakin besar
pula faktor permintaan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga memicu
produktivitas ekonomi.
Pada
saat itu, banyak sekali barang-barang yang diperdagangkan. Adapun komoditi yang
menjadi primadona adalah bahan pakaian atau tekstil yang banyak diminati oleh
pasar Asia dan Eropa. Sehingga industri di bidang penenunan, kain-kain bahan
sandang dan juga karpet mengalami kemajuan yang cukup pesat. Bahan-bahan utama
yang digunakan oleh industri ini adalah kapas, wol, dan sutra. Industri lain
yang juga berkembang pesat adalah industri barang pecah belah, keramik dan
parfum. Disamping itu ada juga industri kertas yang perkembangannya juga sangat
baik, yaitu industi kertas yang berada di daerah Samarkand. Di Samarkand inilah
kegiatan produksi dan eksport kertas dimulai. Hal ini menjadi pendorong
pemerintahan pada masa itu untuk membangun pabrik kertas pertama di Baghdad
sekitar tahun 800 M. Teknologi industri kertas berkembang pesat di dunia Islam
setelah terjadinya Pertempuran Talas sekitar tahun 751 M. Kaum Muslim berhasil
mengalahkan orang Cina dalam membuat kertas. Namun, proses pembuatan kertas
yang diperkenalkan oleh orang Cina tidak bisa dilanjutkan karena kulit pohon
murbei di negara Islam tidak ada. Para sarjana Muslim akhirnya membuat sebuah
inovasi baru dalam pembuatan kertas dengan mengganti kulit pohon murbei dengan
pohon linen, kapas dan serat. Selain itu para sarjana Muslim juga
memperkenalkan bambu yang digunakan untuk mengeringkan lembaran kertas basah
dan memindahkan kertas ketika masih lembab. Tak lama kemudian kaum Muslim juga
memperkenalkan proses pemotongan kertas dengan kanji gandum. Proses ini mampu
menghasilkan permukaan kertas yang dapat ditulis dengan menggunakan tinta.
Sejak saat itu industri kertas menyebar dengan cepat ke negara-negara Muslim
lainnya.
Komoditas
lain yang berorientasi komersial selain kertas, barang pecah belah dan tekstil
adalah bidang pertanian yang juga maju pesat pada awal pemerintahan dinasti
Abbasiyyah karena pusat pemerintahannya berada di daerah yang sangat subur, di
tepian sungai Sawad. Pemerintah pada masa itu menyadari bahwa pertanian juga
merupakan sumber pemasukan utama negara maka lahan-lahan pertanian yang
terlantar dan desa-desa yang hancur di berbagai wilayah kerajaan diperbaiki dan
dibangun kembali secara bertahap sehingga memungkinkan untuk melakukan kegiatan
pertanian. Hasil pertanian dan perkebunan seperti gandum, padi,wijen,kapas dan
kurma diperdagangkan di beberapa wilayah kekuasaan Abbasiyyah.
Selain
itu budak-budak juga diperjual belikan, mereka dibeli oleh tuannya untuk
dipekerjakan di lahan pertanian, perkebunan atau pabrik yang mereka miliki.
Namun, bagi pemerintah, budak-budak dibeli untuk direkrut sebagai anggota
militer demi pertahanan negara.
Di
masa pemerintahan Khalifah Abbasiyyah, mata uang yang digunakan sebagai alat
tukar yang sah adalah dinar dan dirham. Kemajuan ekonomi yang sangat pesat
berimbas pada kemakmuran masyarakat secara keseluruhan. Kekayaan yang melimpah
pada masa ini digunakan untuk kegiatan-kegiatan di berbagai bidang seperti
sosial, budaya, ilmu pengetahuan, kesehatan, sastra dan pengembangan ilmu
filsafat. Oleh karena itu, masa Abbasiyyah merupakan masa keemasan dan kejayaan
umat Islam sebagai pusat dunia dalam berbagai aspek peradaban.
Kemajuan
perekonomian pada masa itu disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Relatif stabilnya kondisi perpolitikan pada masa itu. sehingga
kegiatan perekonomian berjalan dengan baik.
2. Karena pada masa itu jumlah penduduk begitu banyak. Permintaan
untuk kebutuhan-kebutuhan hidup seperti primer,sekunder dan tersier juga semakin banyak namun hal ini telah
mendorong para pelaku ekonomi untuk memperbanyak kuantitas persediaan barang
dan jasa.
3. Luasnya daerah kekuasaan Abbasiyyah mendorong perputaran dan
pertukaran komoditas menjadi ramai.
4. Jalur tranportasi laut yang serta kemahiran para pelaut Muslim
dalam ilmu kelautan.
5. Perilaku pekerja para khalifah dan pelaku ekonomi dari golongan
Arab yang memang sudah terbukti dalam sejarah sebagai ekonom yang tangguh. Hal
ini didorong oleh kenyataan bahwa Nabi kita sendiri yaitu Muhammad SAW adalah
seorang pedagang dan perdagangan juga sudah menjadi bagian hidup orang Arab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...