Oleh : Abu Dawud Fachri
Menurut agama Kristen bekerja adalah sebagai hukuman Tuhan yang ditimpakan
kepada manusia karena adanya dosa asal (original sin) yang di lakukan
oleh nabi Adam ‘alaihissalam, sehingga bekerja keras untuk hidup tidak
dianjurkan karena sangat bertentangan dengan kepercayaan terhadap Tuhan[1].
Sedangkan dalam agama Hindu untuk mencapai kondisi manusia ideal menurut mereka
harus melakukan dis asosiasi (pemutusan) hubungan -dengan segala
aktivitas sosial serta semua kenikmatan apapun- dalam rangka mencapai
kesatuan dengan Tuhan.
Sedangkan Islam memberikan apresiasi yang sangat tinggi dalam bekerja.
Prinsip yang mendasar dalam Islam adalah melakukan suatu pekerjaan yang
bernilai dan bermanfaat, begitu pula sebaliknya pekerjaan yang sia-sia dan
membawa kemudharatan dinyatakan sebagai pekerjaan yang terlarang bahkan di
anggap sekutu setan. Juga hal ini terlihat pada banyaknya ayat al Qur’an dan
Hadist yang menyerukan kepada seorang muslim untuk berkerja
A. Urgensi Kerja
a. Kerja sebagai
kewajiban
Islam menjadikan amal atau bekerja sebagai kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap orang
sesuai dengan kapasitas dan kemampuan dirinya. Alloh Ta’ala berfirman:
#sÎ*sù |Møîtsù
ó=|ÁR$$sù ÇÐÈ
“Maka apabila kamu Telah selesai
(dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. (QS. 94: 7)
Sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu (Muhammad) apabila kamu Telah
selesai mengerjakan urusan dunia maka kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi
yang mengatakan: apabila telah selesai mengerjakan shalat berdoalah.
Islam juga telah mengangkat level kerja pada kewajiban religious dengan
menyebutkan secara konsisten sebanyak 50 kali yang digandengkan dengan kata
iman. Karena penekanan terhadap amal dan kerja inilah terdapat konsep Al
Islamu ‘Aqidatu ‘Amalin Wa ‘Amalu ‘Aqidatin (Islam sebagai ideologi
praktis, juga sebagaimana juga praktek ideolog). Bahkan seorang Ismail Raji al
Faruqi mengatakan bahwa Islam adalah a Religion Of Actions (agama aksi).[2]
b.
Frekuensi Penyebutan Kerja Dalam Al Qur’an
Dalam al Qur’an di sebutkan kata kerja atau amal dalam satu konteks dengan
yang lainnya dengan frekuensi yang banyak. Ada 360 ayat yang membicarakan amal
dan 109 yang membicarakan fi’il (keduanya bermakna kerja dan aksi). Nama lain
yang memiliki penekanan pada aksi dan kerja adalah:
-
Kasaba / كسب
-
Baghiya
/ بغية
-
Sa’aa / سعى
-
Jahada / جهد
c. Celaan Pada
Kemalasan Dan Berpangku Tangan
Al Qur’an selalu menyeru manusia untuk mempergunakan waktu (‘ashr)
dengan cara menginvestasikannya dalam hal-hal yang akan menguntungkan dengan
segala mempergunakannya dalam tindakan dan kerja yang baik. Orang yang tidak
mempergunakan waktunya secara baik akan dicela dan dimasukkan ke dalam
orang-orang yang sangat merugi.
d.
Konsiderasi (Perhatian) Untuk Pekerja
Kerja produktif diberikan sebuah posisi yang demikian penting, bahkan
dispense tertentu telah diberikan dalam sebuah ibadah memberikan kesempatan
tersebut.
e.
Kerja Sebagai Satu-Satunya Penentu Manusia
Kerja dan amal adalah yang menentukan posisi dan status seseorang dalam
kehidupan. Alloh Ta’ala berfirman:
9e@à6Ï9ur ×M»y_uy
$£JÏiB (#qè=ÏJtã 4 $tBur /u @@Ïÿ»tóÎ/
$£Jtã cqè=yJ÷èt ÇÊÌËÈ
“Dan masing-masing orang memperoleh
derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak
lengah dari apa yang mereka kerjakan”. (QS. Al An’am [60]: 132).
Di dalam ayat yang lain Alloh Ta’ala berfirman:
9e@à6Ï9ur ×M»y_uy
$IÊeE (#qè=ÏHxå ( öNåkuÏjùuqãÏ9ur öNßgn=»uHùår& öNèdur w tbqçHs>ôàã
ÇÊÒÈ
“Dan bagi masing-masing mereka
derajat menurut apa yang Telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi
mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan”. (QS. Al Ahqaf [46]: 19).
[1] DR. Mustaq
Ahmad; Etika bisnis dalam Islam, Jakarta, Pustaka al Kautsar, 2001, hal:
7
[2] Etika
bisnis dalam Islam, Jakarta, Pustaka al Kautsar, 2001, hal: 10