Oleh : Abdurahman Abu Aisyah
Berniat dalam Hati
Setiap
amal ibadah haruslah diawali dengan niat, demikian pula dalam melaksanakan
shalat, hal pertama yang harus diperhatikan adalah niat shalat kita. Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam
bersabda :
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ
يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya dan
setiap orang pun (akan dibalas) sesuai dengan
yang diniatkannya. HR Bukhary dan Muslim.
Maka sebelum melaksanakan shalat, kita harus
berniat bahwa pelaksanaan shalat kita adalah karena perintah Allah ta'ala. Niat
shalat kita adalah ikhlas karenaNya, bukan karena yang lain, sebagaimana
sabdaNya :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ مِنْ الْعَمَلِ إِلَّا
مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
Sesungguhnya Allah tidak menerima amal ibadah kecuali yang diniatkan
untukNya secara ikhlas dan mengharapkan memandang wajahNya. HR An-Nasa'i.
Lalu bagaimana cara berniat dalam shalat? Niat
adalah azzam (kehendak) dalam hati untuk melaksanakan sesuatu, sehingga
ketika kita hendak melakukan shalat dengan mengambil air wudhu maka di dalam
hati kita telah muncul apa yang disebut dengan niat. Karena itu niat tempatnya
berada di hati dan tidak perlu untuk dilafadhkan atau ucapkan.
Berwudhu
Sebelum
melaksanakan shalat, kita diperintahkan untuk bersuci terlebih dahulu, bersuci
yang dimaksud adalah menghilangkan semua najis yang menempel di badan kita.
Bersuci ketika akan melaksanakan shalat adalah dengan cara berwudhu.
Wudhu
adalah syarat bagi seseorang yang akan melaksanakan shalat, sebagaimana yang
diperintahkan oleh Allah ta'ala di dalam firmanNya :
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاَةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ
وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلِكُمْ
إِلَى الْكَعْبَيْنِ
Wahai
orang-orang yang beriman, apa bila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku-siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai kedua mata kaki .. QS. Al-Maidah : 6
Selain ayat tersebut, Nabi
Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam juga bersabda :
لَا تُقْبَلُ صَلَاةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ
Tidak diterima shalat seseorang
yang dalam keadaan berhadats hingga ia berwudhu. HR. Bukhary.
Maksud
tidak diterima dalam hadits ini adalah shalatnya tidak sah jika tanpa wudhu.
Dalam
keadaan darurat wudhu bisa digantikan dengan tayamum, misalnya ketika sedang
sakit atau benar-benar tidak ada air untuk bersuci.
Bagaimana tata cara wudhu yang benar? Berwudhu sangatlah
mudah, berikut adalah tata caranya :
1.
Niat wudhu di
dalam hati
2.
Membaca “Basmallah”
yaitu kalimat "Bismillahirahmanirrahiim".
3.
Membasuh kedua
telapak tangan
4.
Berkumur, serta
menghirup air ke hidung (3x).
5.
Membasuh
seluruh muka (sampai batasan muka dengan telinga) dan dari tempat pertumbuhan
rambut kepala sampai jenggot bagian bawah (3x).
6.
Membasuh kedua
tangan, dari ujung jari sampai siku-siku. Di awali dengan tangan kanan,
kemudian tangan kiri
7.
Mengusap
kepala, yaitu dengan membasahi tangan kemudian menjalankannya dari kepala
bagian depan sampai bagian belakang, kemudian mengembalikannya (mengembalikan
tangan tersebut dari belakang sampai ke
depan lagi ). Dilanjutkan dengan mengusap kedua telinga dengan memasukkan jari
telunjuk dalam lubang telinga, dan mengusap bagian luar (belakang) dengan
jempol.
8.
Membasuh kedua
kaki, yaitu dari ujung jari sampai mata kaki, di awali kaki kanan, kemudian
kaki kiri
Sangat mudah bukan?,
tata cara wudhu ini adalah seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam. Beliau
mengajarkan kepada para shahabatnya untuk melaksanakan tata cara wudhu tersebut,
seperti dalam salah satu haditsnya :
أَنَّ عُثْمَانَ
بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ فَغَسَلَ
كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ
ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلَاثَ
مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ
ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ
غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا
ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ
مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Utsman bin Affan memanggil salah satu
maulanya untuk mengambil air untuk berwudhu, maka ia berwudhu dimulai dengan
membasuh kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian berkumur-kumur
dan memasukan air ke dalam hidung dan mengeluarkannya, selanjutnya ia membasuh
mukanya sebanyak tiga kali, dilanjutkan membasuh tangan kanannya hingga sampai
ke siku tiga kali, kemudian tangan yang kirinya tiga kali pula, kemudian
membasuh kepalanya dan mencuci kakinya yang kanan hingga mata kaki sebanyak
tiga kali demikian juga kaki yang kiri. Kemudian Ustman berkata "Aku
melihat Rasulullah berwudhu sebagaimana wudhu saya ini". Lalu beliau
berkata "Rasulullah bersabda 'Barang siapa yang berwudhu sebagaimana
wudhu-ku ini kemudian shalat dua raka'at tanpa berhadats maka akan diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu'". HR Bukhary.
Setelah
selesai berwudhu kita juga disunnahkan untuk berdoa dan melaksanakan shalat dua
rakaat sebagai shalat sunnah.
Demikianlah tata cara
wudhu Nabi Muhammad Shalallahu
'Alaihi Wassalam. Dalam hadits
ini juga ada jaminan diampuninya dosa kita ketika berwudhu sebagaimana wudhunya
beliau. Maka hendaklah kita senantiasa mengikuti tata cara wudhu dan ibadah
beliau.
Setelah
yakin wudhu kita telah sempurna, lalu pakaian kita juga sudah suci, demikian
pula tempat kita shalat maka kita telah siap untuk melaksanakan shalat. Karena
itu bersiap-siaplah untuk melaksanakannya.
Menghadap
Kiblat
Hal
pertama yang harus dilakukan setiap orang yang akan shalat adalah dengan
menghadapkan dirinya ke arah kiblat (Ka'bah).
Hal ini telah diperintahkan oleh Allah ta'ala dalam firmanNya :
فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً
تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ
فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
Palingkanlah mukamu
ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah
mukamu ke arahnya. QS Al-Baqarah : 144.
Ayat
ini adalah perintah untuk menghadap kiblat ketika hendak melaksanakan shalat.
Sementara hadits Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam juga
memerintahkan hal ini. Beliau bersabda :
إِذَا
أَرَدْتَ أَنْ تُصَلِّيَ فَتَوَضَّأْ فَأَحْسِنْ وُضُوءَكَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ
الْقِبْلَةَ ....
Apabila
kamu hendak melakukan shalat maka berwudhu'lah dengan sempurna kemudian
menghadaplah ke arah kiblat…. HR Bukhary dan Ahmad.
Bagi
orang yang dalam perjalanan dan melaksanakan shalat boleh untuk tidak menghadap
ke arah kiblat karena dikhawatirkan akan menyusahkan, ia shalat sesuai dengan
arah kendaraan yang dinaikinya. Hal ini karena menghadap kiblat bukanlah rukun
shalat melainkan hanya syarat saja. Sehingga boleh ketika pada keadaan
tertentu tidak menghadap ke arahnya.
Bertakbir dengan
mengucapkan ”Allahu Akbar
"
Setelah menghadap kiblat, Pembukaan untuk memulai shalat
kita adalah dengan mengucapkan takbir yaitu kalimat “Allahu Akbar”,
ketika mengucapkannya pandangan mata kita harus ke arah tempat sujud. Takbir
pertama ini disebut sebagai takbiratul ihram.
Pengucapan takbir ini sebagaimana perintah Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam yang
bersabda :
إذَا أَرَدْتَ أَنْ تُصَلِّيَ فَتَوَضَّأْ فَأَحْسِنْ
وُضُوءَكَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ ثُمَّ كَبِّرْ
Apabila
kamu hendak melakukan shalat maka berwudhu'lah dengan sempurna kemudian
menghadaplah ke arah kiblat lalu bertakbirlah…. HR Bukhary dan Ahmad.
Ketika
mengucapkan takbir, kita juga diperintahkan untuk mengangkat tangan
setinggi pundak atau hingga sampai ke telinga. Telapak tangan terbuka, dan
menghadapa ke arah kiblat sementara jari-jari tidak terlalu renggang tidak
terlalu rapat.
Meletakkan Tangan Kanan di Atas Tangan Kiri di Dada
Setelah selesai takbiratul ihram dan mengangkat
tangan maka selanjutnya kita meletakkan kedua tangan di atas dada. Telapak tangan
kanan berada di atas tangan kiri. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh
Wail bin Hujr dari salah satu anggota keluarganya yang melihat bahwa Rasulullah
Shalallahu 'Alaihi Wassalam :
يَرْفَعُ
يَدَيْهِ مَعَ التَّكْبِيرَةِ وَيَضَعُ يَمِينَهُ عَلَى يَسَارِهِ فِي الصَّلَاةِ
Mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan takbir
lalu meletakan tangan kanannya di atas tangan kirinya di dalam shalat. HR
Ahmad.
Dalam riwayat yang lain disebutkan :
عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ هُلْبٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْصَرِفُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ
يَسَارِهِ وَرَأَيْتُهُ قَالَ يَضَعُ هَذِهِ عَلَى صَدْرِهِ
Dari Qabishah bin Halb dari Ayahnya ia berkata
"Aku melihat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam meletakkan
tangan kanannya di tangan kirinya, dan aku melihatnya meletakannya (dua tangan
tersebut) di atas dadanya. HR Ahmad.
Dari sini kita mengetahui bahwa
setelah takbiratul ihram kita
diperintahkan untuk meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri kita
(bersedekap) dan meletakannya di dada.
Membaca Do'a Istiftah
Selanjutnya kita disunnahkan untuk membaca do’a istiftah
yaitu :
اللَّهُمَّ
بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ
الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ
وَالْبَرَدِ
Ya
Allah, jauhkanlah aku dari segala dosa, sebagaimana Engkau menjauhkan timur dan
barat. Ya Allah , bersihkanlah aku dari segala dosa seperti dibersihkannya kain
putih dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari segala dosa dengan air, es dan
salju.
Hal ini seperti riwayat yang datang dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam
:
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْكُتُ بَيْنَ التَّكْبِيرِ
وَبَيْنَ الْقِرَاءَةِ إِسْكَاتَةً قَالَ أَحْسِبُهُ قَالَ هُنَيَّةً فَقُلْتُ
بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيرِ
وَالْقِرَاءَةِ مَا تَقُولُ قَالَ أَقُولُ اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ
خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي
مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ
اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Rasulullah
Shalallahu 'Alaihi Wassalam berhenti sejenak antara takbir pertama dan dan bacaan
Al-Qur'an dalam shalat, maka Abu Hurairah bertanya "Apa yang engkau
ucapkan?" Beliau menjawab "Aku mengucapkan 'Allahumma ba'id
baini…. " HR. Bukhary.
Sebenarnya doa istiftah tidak
hanya satu macam, ia memiliki banyak jenisnya, sehingga bagi yang ingin membaca
doa istiftah yang lain juga diperbolehkan. Misalnya doa istiftah yang
paling pendek yaitu :
سُبْحَانَك
اللهمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ
غَيْرُكَ
Maha
suci Engkau, ya Allah. Aku memuji-Mu dengan pujian-Mu, Maha berkah asma-Mu,
Maha tinggi kebesaran-Mu, dan tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Engkau.
HR An-Nasai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...