Oleh : Yasir Maqosid
Ada beberapa
pembaca situs ini yang menanyakan, Bagaimana cara menerbitkan buku? Bagaimana
proses mendirikan penerbitan buku? Bagaimana perhitungan bisnis penerbitan
buku? Dan pertanyaan lain yang serupa. Baiklah, saya akan menguraikan tentang
penerbitan buku berikut kalkulasi bisnisnya. Untuk mendirikan penerbitan buku,
terlebih dahulu dilihat seberapa besar modal yang dimiliki. Jika modalnya
kurang dari 50 juta, berarti yang diterbitkan adalah buku-buku yang tidak
terlalu tebal (kisaran 100 – 200 halaman), dengan asumsi menerbitkan satu buku
secara rutin. Selain itu, tidak perlu mengalokasikan dana untuk kantor ataupun
mengangkat pegawai tetap, cukup di out sourching, yaitu mempekerjakan karyawan
free lance. Sebab, jika modal segitu digunakan untuk sewa gedung dan mengangkat
karyawan tetap, maka akan menghabiskan modal itu sendiri sehingga
keberlangsungan usaha akan terancam.
Sebagai
simulasi, jika menerbitkan buku setebal 100 halaman, maka biaya yang dibutuhkan
adalah royalti penulis / fee penerjemah sebesar 1.000.000, editor 400.000, setter
250.000, dan cover 250.000, sehingga totalnya adalah 1.900.000. Jika buku
dicetak sebanyak 1500 eksemplar, ongkos cetaknya sekitar 6.000.000. Kemudian
ongkos kirim ke toko buku dan distributor sekitar 1.000.000. Total biaya
seluruhnya adalah 8.900.000. Kita juga perlu mengaggarkan lain-lain sekitar
1.100.000 sehingga biaya untuk satu buku dengan ketebalan 100 halaman dan
dicetak 1500 eksemplar adalah 10 juta rupiah.
Dengan
demikian, dengan modal yang ada dapat dibuat 5 judul buku, masing-masing satu buku
per bulan. Kenapa harus seperti itu? Karena ketika menerbitkan pertama kali,
modal tidak langsung balik begitu saja. Jika buku itu dititipkan di Gramedia
atau Gunung Agung, maka pembayarannya adalah 4 bulan setelahnya. Jadi, selama 4
bulan itu penerbit harus “berpuasa”. Jika modal hanya satu buku, maka penerbit
akan sulit bertahan jika ternyata bukunya tidak langsung best-seller.
Adapun jika
modalnya besar, maka penerbit bisa menggunakannya untuk sewa kantor, biaya
promosi, merekrut karyawan, dll. Biaya sewa kantor tergantung lokasi penerbit
berada. Jika di daerah terpencil pasti lebih murah, tapi jika di Jakarta tentu
mahal. Sedangkan untuk promosi bisa lewat majalah, koran, selebaran, mengadakan
bedah buku, dll. Bahkan jika modalnya lumayan, maka penerbit bisa menerbitkan
dua judul atau lebih per bulan.
Lalu bagaimana
dengan perhitungan bisnisnya?
Umumnya
penerbit memberlakukan harga jual buku sebesar empat kali atau lima kali dari
ongkos cetak. Kalau biaya cetaknya nya adalah 4.000. per buku maka harga
jualnya 16 ribu atau 20.000 perbuku. Sedangkan perhitungannya adalah sebagai
berikut:
20 % untuk
ongkos cetak
10 % untuk
royalti penulis/fee penerjemah, setting, edit, dan cover
5 % untuk
transportasi
5 % untuk
promosi/lain-lain
10 % untuk
keuntungan penerbit
50 % untuk
rabat distributor/toko buku.
Perhitungan ini
tidak mesti kaku seperti di atas, semuanya tergantung dari penerbit. Misalnya
jika buku diterbitkan secara self publishing, yaitu ditulis sendiri, disetting
sendiri, dan dibuatkan cover sendiri, maka uang yang ada bisa dialokasikan ke
promosi.
Begitu pula
dengan rabat yang diberikan kepada distributor tergantung dari daya tawar
penerbit. Bagi penerbit baru, biasanya diminta oleh distributor tunggal sebesar
55 %, ada juga yang 45 % atau 50 %. Sedangkan penerbit yang mapan, biasaya
“pelit” dalam memberi rabat ke toko buku, angkanya sekitar 30 % sampai 40 %
yang diberikan ke toko buku. Dengan demikian, semakin besar nama penerbit, maka
semakin bagus daya tawarnya sehingga semakin besar pula keuntungan yang
didapatkan. Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...