Sabtu, 22 Oktober 2011

Berteman Dengan Orang Kaya



Oleh : Abu Aisyah 


Kaya? Relative kali ya….? Soalnya yang namanya manusia memang terkadang selalu merasa kurang. Sudah punya sepeda pengin punya motor, sudah punya motor pengin punya mobil, sudah punya mobil pengin mobil yang lebih bagus, sudah punya mobil bagus pengin beli pesawat… pokoke mah gak pernah ada habisnya. Trus…. Yang dimaksud kaya di sini kaya seperti apa? Ya standar kaya menurut saya aja deh…. Punya rumah di atas rata-rata, penghasilan di atas rata-rata punya mobil di atas rata-rata dan lebih dari itu punya gaya hidup di atas rata-rata. Masih ambigu juga ya….? Pokoknya yang saya sebut kaya ya yang punya mobil aja deh… walaupun definisi salah besar karena bisa jadi mobilnya masih kredit atau mobil warisan. Any way… intinya kaya menurut saya ya minimalnya punya mobil yang tidak kredit. Oke jelas khan?
Nah, kebetulan banyak teman saya yang masuk kategori kaya, walaupun kalau ditanya kepada mereka tentu jawabannya “Saya tidak kaya  biasa saja” tapi dari gaya hidupnya yang di atas rata-rata itu sudah menunjukan kalau dia orang kaya. Di atas rata-rata, misalnya makan minimal di restoran yang di atas rata-rata, pakaian juga di atas rata-rata sampai rumah juga di atas rata-rata. Intinya mah… semua di atas rata-rata. Ngomong-ngomong tentang teman saya yang kaya itu (gak ghibah khan ya….?) ternyata saya merasa tidak nyaman berteman dengan orang kaya. Kenapa ya…? Katro amat ya? Nggak juga sih… cuman ngerasa aja ga punya apa-apa (eits… awas kufur nikmat) maksudnya kayaknya mengikuti gaya hidup mereka tidak sesuai dengan hati nurani saya (karena itu gak bakal saya pilih kalau pemilu nanti….). juju raja mungkin karena background saya kali ya…. Yang tidak terbiasa dengan gaya hidup mereka jadinya gak bisa menikmati gaya hidup mereka.
Cuman kayaknya gak itu aja deh, dari segi agama kayaknya emang gak cocok dengan ideology saya… (boleh khan idealis…?) contoh kecil aja dari segi makan. Pas kita makan di restoran or di rumah makan sering kali teman-teman saya itu tidak habis dalam menyantap makanan, ada yang memang sudah kenyang atau ada juga yang sengaja tidak menghabiskannya. Gak islami banget khan ya…? Ups… husnudzan dong…! Bisa jadi belum tahu ilmunya. Tapi bukan cuma itu, banyak hal yang seringkali gak sesuai dengan gaya hidup Islami yangs aya piker seharusnya bisa mereka lakukan. Membeli semua hal yang diinginkan plus membeli sesuatu yang tidak ada manfaatnya sering sekali terjadi, ini jelas sebuah bentuk pemborosan. Tapi ya namanya juga sudah kelebihan uang, jadi semua yang diinginkannya bisa dilakukan.
Ternyata berteman dengan orang kaya sering kali tidak sesuai dengan ideology kita. Bukan sekadar gaya hidup yang tidak syar’i tapi efek terhadap diri kita juga kentara. Ketika ngobrol dengan mereka biasanya yang dibicarakan adalah perkembangan trend mobil terbaru, hape yang selalu berganti hingga dunia hiburan yang mengguncang iman. Satu hal yang paling saya rasakan ketika berteman dengan orang kaya adalah bahwa seringkali timbul dalam diri kita sifat “kufur” dalam arti kurang bersyukur dari nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Ketika berteman dengan orang-orang kaya seringkali kita menggunakan fasilitas mereka padahal bisa jadi kita memilikinya hingga dalam hati akan muncul pertanyaan “Kenapa fasilitas ini tidak saya dapatkan?” itulah kekhawatiran saya ketika berteman dengan orang-orang kaya. Saya selalu merasa khawatir tidak bisa bersyukur ketika melihat harta yang ada pada mereka, tentu ini bukan sifat iri dan dengki dengan harta yang ada pada mereka. Hanya menjaga diri agar jangan sampai kita tidak bersyukur dengan yang ada pada kita, bukankah banyaknya harta juga adalah ujian? Sebagaimana kekurangan adalah juga ujian. Saya sendiri tidak merasa kaya walaupun harus bersyukur dengan semua yang ada pada saya…. Mari kita bersyukur dan saling nasehat menasehati dalam kabajikan… Wallahu a’lam.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...