Senin, 11 April 2022

Ramadhan dan Kemalasan Individual

Oleh: Abd Misno

 


Bulan Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan, kemuliaan dan dilipatgandakannya pahala amalan. Ibadah yang paling utama di bulan ini adalah shaum atau puasa selama sebulan penuh, yaitu menahan diri dari makan, minum, syahwat dan hal-hal lainnya yang dapat membatalkan puasa. Ibadah ini memang dianggap mudah oleh yang telah terbiasa, namun dirasa berat oleh yang tidak baru melakukannya. Ada juga faktor lainnya yang mengakibatkan ibadah ini menjadi tidak nyaman untuk dilakukan. Salah satunya adalah karena hawa nafsu, godaan syaithan hingga kelemahan dari insan (manusia).

Jasad manusia yang membutuhkan makanan, minuman dan yang lainnya memang ketika dalam keadaan puasa akan menjadi lemah dan kurang berdaya. Ini wajar, karena asupan yang dibutuhkan oleh tubuh selama seharian tidak didapatkan. Walaupun ditukar dengan makan sahur, namun tidak membantu secara keseluruhan dari lemahnya orang yang berpuasa. Apalagi jika ada faktor lainnya, semisal gaya hidup yang tidak sehat serta godaan syaithan yang selalu ada dalam kehidupan. Efek dari puasa bagi seseorang adalah rasa lemah, lapar, haus hingga kemudian penyakit malas menghampirinya.

Belum ada survey yang menunjukan apakah puasa membuat rasa malas itu muncul, tapi secara logis bahwa seseorang yang berpuasa akan kekurangan asupan untuk badannya sehingga sangat wajar ketika badannya melemah. Apalagi jika gaya hidupnya tidak sehat, semisal setelah makan sahur tidur lagi, atau makan minum yang berlebihan ketika berbuka puasa. Godaan syaithan juga ikut berperan dalam membuat sifat malas pada diri manusia, menggoda dengan berbagai alasan logis semisal “Kamu khan sedang puasa, jadi lemas karena itu santai-santai aja”. Godaan ini akan berbeda variasinya namun intinya sama yaitu agar orang-orang yang berpuasa menjadi malas dan tidak banyak melakukan akfititas yang bermanfaat untuk akhiratnya.

Tentu saja ini bukan menunjuk kepada orang lain, sekadar ingatan untuk diri sendiri dan renungan bagi yang membaca, bahwa ketika puasa dilaksanakan badan ini memang menjadi lemah hingga tubuh terasa lemas dan kurang tenaga. Akibatnya rasa malas untuk kemudian muncul, malas melakukan aktifitas berat, malas untuk beribadah, malas untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat. Terkadang karena sifat malas ini muncul, kemudian malah melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat atau malah tidak baik dengan alasan lemas, misalnya membuka media sosial, menonton TV atau Film, bermain game hingga kegiatan lainnya yang tidak bermanfaat bahkan cenderung pada Kesia-siaan.

Hal ini tentu tidak boleh dibiarkan, karena puasa yang kita lakukan semestinya tidak menghalangi kita untuk melakukan aktifitas seperti biasa. Kalaupun ada pengurangan itu wajar, karena memang badan kita sedang berpuasa sehingga tenaga akan berkurang. Namun bukan menjadi halangan untuk melakukan aktifitas seperti biasa, bisa saja dengan mengurangi porsinya agar bisa menghemat tenaga hingga berbuka. Jangan sampai kita terjatuh pada aktiftas yang melalaikan atau sia-sia yang bisa mengurangi nilai pahala puasa kita.

Kemalasan individual yang juga terjadi di level sosial adalah ketika puasa mereka lebih banyak santai, tiduran, rebahan dan kegiatan yang tidak bermanfaat. Setelah sahur dan shalat shubuh tidur kembali menjadi bukti kemalasan yang terjadi. Nyaman memang setelah sahur dan shalat shubuh tidur kembali, tapi ini tentu tidak dianjurkan. Kalaupun terpaksa tunggu hingga matahari terbit agar makanan yang dicerna bisa berjalan dengan baik. setelah bangun tentu saja harus kembali melakukan aktifitas yang lebih produktif.

Sejatinya kemalasan individual ataupun sosial tidak hanya terjadi di bulan Ramadhan, sifat malas memang menjadi penyakit yang harus dicari obatnya. Tidak bisa dibiarkan karena akan merugikan baik diri sendiri maupun masyarakat, malas mengakibatkan berbagai aktifitas yang semestinya dilakukan tidak terselesaikan dengan baik. Menunda pekerjaan bahkan hingga tidak terlaksana adalah dampak negatif dari sifat malas, padahal kalau ia bisa mengatasinya maka seharusnya ia juga akan mendapatkan manfaat yang juga dapat dirasakannya.

Berdasarkan teori dan pengalaman ada tiga obat untuk mengobati penyakit malas ini, Pertama: perbaiki kembali niat karena Allah Ta’ala, maknanya bahwa jadikan semua aktifitas itu adalah karena diniatkan untuk mendapatkan ridha dari Allah Ta’ala. Dengan memperbaiki niat ini diharapkan sifat malas ini berkurang, karena kita diingatkan bahwa semua yang dilakukan adalah karena mengharap ridhaNya. Kedua, menikmati prosesnya. Puasa memang membuat badan kita lemah dan kurang tenaga, namun tidak menjadi alasan untuk kita bermalas-malasan. Lakukan kegiatan yang tidak banyak menguras tenaga, bagi yang bekerja berat maka dapat dikurangi sedikit agar tetap kuat menjalankan puasa. Ketiga, fokus pada tujuan, baik itu jangka pendek ataupun jangka Panjang. Tujuan jangka pendek terkait dengan harapan-harapan yang segera didapatkan ketika melakukan berbagai kegiatan, sedangkan jangka Panjang adalah pahala dari Allah Ta’ala dan efek ke depan yang juga akan dirasakan dengan melakukan aktifitas tersebut. Harapan menjadikan hidup kita lebih bermakna, karena ada sesuatu yang dinanti sehingga hidup akan lebih berarti.

Maka Ramadhan yang mulia ini jangan dijadikan alasan untuk bermalas-malasan, bangun dan lakukanlah kegiatan seperti biasa, bila sedikit lelah maka beristirahatlah, jika rasa lapar itu datang maka segera ingat bahwa ini adalah ibadah kepadaNya. Demikian pula apabila rasa malas melanda maka ingatlah ada banyak hal positif yang bis akita dapatkan apabila mampu mengalahkan rasa malas ini, baik itu di dunia ini hingga di akhirat nanti. Wallahua’lam, berusaha melepas rasa malas, Senin 11 April 2022.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...