Kamis, 23 Februari 2023

It is Our Celebration (Hari Raya Penuh Cinta)

Misno Mohamad Djahri

 




Allah Akbar.... Allah Akbar.... Allah Akbar.... La ilaah ilallahu Allahu Akbar Allahu Akbar walillahilhamd.

Raya Idhul Adha telah tiba gemuruh takbir, tahmid dan tahlil membahana di ranah Nusantara. Yah... it is our celebration (ini adalah hari raya kita) Idhul Adha hampir setiap tahun berulang, bagaiman animo masyarakat? biasa saja. Shalat ‘Idh pulang ke rumah potong qurban lalu malamnya nyate.

Tidak ada perbedaan mencolok dari hari-hari biasa, makna Idhul Adha sendiri telah bias oleh rutinitas itu. Haruskah kita nrimo dengan apa yang ada? atau kiat menginginkan sesuatu yang lebih dari semua rutinitas ini?

Sekali lagi ini adalah hari raya kita, kenapa kita tidak merayakannya, membuat sebuah festival, perlombaan, permainan dan ciri khas lain dari hari raya, apakah masyarakat kita sudah bosan dengan banyaknya “hari raya“ yang mereka rayakan? sebuah pertanyaan besar yang akan kita coba bahas pada kesempatan kali ini. 

Allah ta’ala berfirman :

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ

Dan sebutlah nama Allah pada hari-hari yang ditentukan itu. QS Al-Hajj : 28

Riwayat dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Salam

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, dahulu orang-orang Jahiliyyah memiliki dua haridi setiap tahun yang malan mereka biasa bersenang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke kota Madinah, beliau bersabda, “Dahulu kalian memiliki dua hari di mana kalian bersenang-senang ketika itu. Sekarang Allah telah menggantikan untuk kalian dengan dua hari besar yang lebih baik yaitu Idul Fithri dan Idul Adha.” HR. Abu Daud, Ahmada dan An-Nasa’i

Idhul Adha adalah hari raya umat Islam yang harus dirayakan karena Allah ta’ala telah memilihnya sebagai hari raya kita. Hari raya adalah hari untuk bersenang-senang, berdzikir mengingat Allah dan hari makan dan minum.

Namun hari raya ini ternyata belum mendapat perhatian secara benar oleh kaum muslimin, yang ada adalah setiap hari raya datang selalu menjadi ajang festival konsumsi, di mana semangat pergantian mode dan fashion telah dilalap oleh industri iklan dan televisi hanya untuk keuntungan semata, hari raya hanya sekadar simbol (icon) dan tanda-tanda yang diyakini sebagai artefak ketakwaan seseorang.

Secara jujur kita katakan bahwa Values of Spiritual yang kita miliki semakin mengambang ke arah prestise materilasistik. Hal ini mengakibatkan kita salah arah dalam merayakan hari raya ini. Sebagian kita begitu cuek ketika hari raya ini datang, atau ada juga yang bersikap seperti seseorang yang memiliki anak tiri yang melakukan kesalahan, sungguh memprihatinkan jika kita bersikap seperti itu pada hari raya ini. Ada apa sebenarnya di balik sikap masyarakat kita ini?

Idhul Adha jatuh hanya selang satu bulan setelah Idhul fitri dan hanya setengah bulan dengan tahun baru masehi dan Valentine Day yang menyesatkan remaja kita. Hanya beberapa bulan ke depan masyarakat kita akan merayakan Maulud Nabi, Isra’ Mi’raj, Muharam, Nisfu Sya’ban dan perayaan lainnya.

Begitu banyak “hari raya“ yang akan diperingati oleh ummat Islam, belum lagi perayaan-perayaan yang bersifat duniawiyah seperti hari ibu, hari Kartini, hari anak, hari ulang tahun dan yang lainnya. Saya melihat bahwa semua itu mengakibatkan masyarakat muslim kita begitu bosan dan terbiasa dengan hari-hari raya mereka. Salahkah mereka? tidak... yang salah adalah para pembesar yang selalu memacu terjadinya perayaan-perayaan itu.

Padahal seperti kita tahu bahwa hari raya bagi Ummat Islam hanya ada dua yaitu hari raya Idhul Adha dan hari raya Idhul Fitri, dan selain dari keduanya adalah sesuatu yang tidak pernah disyari’atkan. Bagaimana kita akan merayakannya? jelas sebagai seorang muslim yang berpegang kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah maka tidak layak “hari raya” selain keduanya kita rayakan bukankah hal itu juga tidak pernah dirayakan oleh Nabi, Shahabatnya, dan orang-orang yang berada diatas jalannya, kenapa kita harus memperingatinya?

Masyarakat kita sibuk dengan “hari raya-hari raya" yang mereka buat sendiri, cobalah anda lihat bagaimana ummat memperingati maulid Nabi, Isra Mi’raj begitu meriah peringatan itu, juga festival-festival yang diadakan menjelang tahun baru hijriah (Muharam) dengan alasan menghidupkan syiar Islam mereka membuat berbagai acara menjelang pergantian tahun baru Islam itu, bolehkah semua itu? Hari raya adalah bagian dari ibadah dan ibadah itu harus ada contohnya dari Nabi dan Shahabatnya, jika mereka tidak melaksanakannya berarti hal itu bukanlah sebuah kebaikan bahkan itu sebuah kesesatan.

Kita harus puas dengan apa yang telah datang dari Allah dan Rasul-Nya termasuk dengan hari raya ini. Rayakanlah keduanya dengan sebaik-baiknya, rayakanlah Idhul Adha ini jangan dianggap sebagai anak tiri, agungkanlah nama-Nya dan bersenang-senanglah selama tidak bertentangan dengan syari’at. Dan segera tinggalkan perayaan-perayaan yang tidak ada aturannya dalam Islam, karena semua itu adalah perkara-perkara yang baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasul Shalallahu alaihi wassalam.

            Akhirnya dari pembahasan ini dapat kita simpulkan bahwa :

1.   Idhul Adha adalah hari raya kita dan kita disyariatkan untuk merayakannya.

2.   Spirit of Islam (Ruh Islam) harus segera kita bangunkan sehingga ummat Islam mampu mengambil hikmah dari perayaan ini.

3.   “Hari raya- haru raya“ yang mereka rayakan yang tidak berasal dari Islam dan tidak ada sumber yang Shahih maka itu bukanlah hari raya dan harus kita buang sejauh-jauhnya.

4.   Keringanan (Rukhshoh) bagi kita pada hari raya untuk menabuh rebana (duf) bagi anak kecil sebagai sebuah bentuk perayaan.

5.   Tugas kita bersama untuk merubah citra (image) masyarakat kita yang cuek dengan Idhul Adha ini, agar mereka merayakannya sesuai dengan syariah yang mulia.

6.   Buang sejauh-jauhnya simbol-simbol agama yang tidak ada contohnya dari Nabi yang hanya menjadi ajang bisnis komersil yang banyak menyesatkan ummat serta mendangkalkan aqidah ummat Islam. Wallahua’lam, 23022023.                                                                                                                                                                                        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...