Senin, 06 Februari 2023

Pernahkah Anda Merasa Hidup Terasa Hampa?

Oleh: Misno bin Mohamad Djahri

 


Kehidupan manusia penuh dengan warna, terkadang suka cita menghampirnya, tidak jarang juga duka nestapa ada di depan mata. Sementara jiwa manusia juga terkadang merasakan bahagia tiada tara, namun tidak jarang juga hidup ini terasa hampa. Bagaimana kita menyikapinya?

Sebagian orang mencoba menutupi hampanya jiwa dengan bersenang-senang dengan berbagai kenikmatan dunia, padahal semua itu tidaklah menjadi jiwa tenang adanya. Bahkan akan cenderung semakin hampa, karena justru menjadi racun bagi jiwa manusia. Sebagian lainnya mencoba mendalami ilmu filsafat, dengan harapan fikirannya akan dipenuhi oleh kebijakan hidup yang diharapkannya. Sebagian lagi menghiasi diri dengan dzikir-dzikir atau menyendiri agar jiwa menjadi tenang dan tidak ada lagi hampa.

Faktanya, semua itu bukanlah jawaban dan solusi yang tepat bagi kehidupan manusia. Karena sejatinya, ketika jiwa dan hidup anda terasa hampa, maka ada sesuatu yang hilang dalam diri anda. Agama dan kepercayaan pada Sang Pencipta adalah obat bagi hampanya hidup manusia, karena ruang kosong dalam jiwa yang menjadi tempat bagi agama tidak terisi dengan selayaknya. Keyakinan dan kepercayaan akan adanya Allah Ta’ala sebagian Pencipta dan Sesembahan (Ilaah) adalah obat bagi hampanya jiwa.

Secara lebih spesifik lagi, hampanya jiwa adalah karena jiwa terkadang tidak yakin dengan kuasa dari Allah Ta’ala, tidak menerima qadha dan qadarNya hingga seringkali menyesali kuasa Allah Ta’ala atasnya. Kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan, atau kekhawatiran yang akhirnya menjadi kenyataan dan berbagai perasaan yang tidak diserahkan sepenuhnya kepada kuasa Allah Ta’ala adalah sebab utama hampanya jiwa. Demikian juga merasa diri paling sengsara di dunia, paling miskin di dunia, paling penuh dengan cobaan hingga penuh dengan segala kekurangan. Padahal Allah Ta’ala telah memberikan takdir yang terbaik bagi setiap manusia.

Allah Ta’ala tidak menginginkan hambaNya menjadi yang paling sengsara, paling miskin di dunia, paling jelek dibandingkan dengan lainnya. Tetapi Allah Ta’ala telah menciptakan manusia sesuai dengan proporsinya, takdirNya dan semua itu adalah baik adanya. Bagaimana jika ternyata sebabnya adalah orang lain yang ada di sekitar kita?

Jawabannya tidak jauh berbeda, bahwa semua yang menimpa kita adalah menjadi takdirNya, sehingga apapun yang terjadi itu sudah menjadi kuasaNya. Kita sebagai manusia tinggal menjalaninya, baik yang dzalim akan mendapatkan balasan adzab di dunia dan di akhirat serta bagi yang bersabar akan mendapatkan pahala yang besar di sisiNya. Inilah sejatinya ciri dari orang muslim, sebagaimana sabda dari Nabi Muhamamd Shalallahu alaihi wassalam:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” HR. Muslim.

Merujuk pada hadits ini, maka kita sebagai muslim mestinya tidak akan pernah merasa hampa karena ketika kenikmatan dan suka cita ada pada kita maka bersyukur kepada Allah Ta’ala adalah sumber pahala. Sedangkan apabila duka nestapa dan jiwa hampa maka bersabar dengannya dan berusaha untuk semakin dekat kepadaNya dengan menyerahkan sepenuh jiwa dan raga kepada Allah Ta’ala.

Sampai di sini, masihkan ada yang merasa hidupnya hampa? Solusinya adalah dengan meningkatkan keimanan kepada Allah Ta’ala, berdzikir dan berserah diri padaNya serta berusaha sekuat tenaga untuk menyikapi segala yang ada sesuai dengan syariahNya. Wallahu a’lam, 06022023.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...