Oleh : Abdurrahman MBP
Kehidupan selalu dihadapkan kepada pilihan-pilihan, bisa jadi dua pilihan itu sesuatu yang saling berlawanan misalnya antara halal dan haram. Jika kita dihadapkan pada hal seperti ini maka dengan mudah kita akan memilih yang halal, demikian pula ketika dihadapkan pada dua permasalahan antara yang penting dan tidak penting, tentu kita akan memilih yang terpenting.
Permasalahannya adalah ketika dihadapkan kepada dua hal yang sama-sama penting dan sama-sama halal, di sinilah kita harus pandai-pandai dalam memilihnya. Skala prioritas adalah kunci dalam menghadapi masalah seperti ini. Maksudnya kita harus bisa mengurutkan pilihan-pilihan tersebut secara tepat. Misalnya ada dua pilihan apakah harus berangkat haji atau membeli mobil baru? Maka ketika kita dapat mengurutkan dengan menguraikan keuntungan dan kekurangan setiap tindakan tersebut maka berarti kita akan mampu memilih mana yang terbaik untuk kita.
Memilih skala prioritas berarti merinci setiap pilihan yang ada. Bagaimana cara merincinya? Kemaslahatan dan kemanfaat utama terutama dalam masalah agama haruslah menjadi prioritas utama. Ketika ia menyangkut masalah agama dan keyakinan maka tidak ada kompromi padanya , namu lagi-lagi ilmu tentangnya juga harus ada. Misalnya kita dihadapkan pada dua model ibadah yang sama-sama wajib atau sama-sama sunnah. Manakah yang harus dipilih?
Ketika kita sedang shalat sunnah tiba-tiba ibu kita memanggil, maka sesuai dengan sunnah Nabi panggilan ibu haruslah diutamakan karena hak ibu adalah wajib dipenuhi, sementara shalat sunnah dapat ditunda. Kenapa demikian? Kuncinya adalah ilmu dan pengetahuan tentang agama kita. Demikian pula ketika akan pergi berjihad namun ibu kita melarang maka hendaklah kita mentaati beliau.
Pada masa nabi sendiri seorang laki-aki dihadapkan pada dua pilihan, ia akan pergi berjihad sementara istrinya yang akan berhaji tidak memiliki mahram, maka Rasulullah memerintahkan untuk menemani istrinya berhaji dan menunda jihadnya.
Apa yang bisa kita petik dari ini semua? Skala prioritas dengan pertimbangan pemahaman agama adalah kunci utama dalam memutuskan sebuah pilihan. Ini standar utama sebelum kita menggunakan pertimbangan lainnya. Wallahu a'lam. Bila harus memilih…..
Oleh : Abdurrahman MBP
Kehidupan selalu dihadapkan kepada pilihan-pilihan, bisa jadi dua pilihan itu sesuatu yang saling berlawanan misalnya antara halal dan haram. Jika kita dihadapkan pada hal seperti ini maka dengan mudah kita akan memilih yang halal, demikian pula ketika dihadapkan pada dua permasalahan antara yang penting dan tidak penting, tentu kita akan memilih yang terpenting.
Permasalahannya adalah ketika dihadapkan kepada dua hal yang sama-sama penting dan sama-sama halal, di sinilah kita harus pandai-pandai dalam memilihnya. Skala prioritas adalah kunci dalam menghadapi masalah seperti ini. Maksudnya kita harus bisa mengurutkan pilihan-pilihan tersebut secara tepat. Misalnya ada dua pilihan apakah harus berangkat haji atau membeli mobil baru? Maka ketika kita dapat mengurutkan dengan menguraikan keuntungan dan kekurangan setiap tindakan tersebut maka berarti kita akan mampu memilih mana yang terbaik untuk kita.
Memilih skala prioritas berarti merinci setiap pilihan yang ada. Bagaimana cara merincinya? Kemaslahatan dan kemanfaat utama terutama dalam masalah agama haruslah menjadi prioritas utama. Ketika ia menyangkut masalah agama dan keyakinan maka tidak ada kompromi padanya , namu lagi-lagi ilmu tentangnya juga harus ada. Misalnya kita dihadapkan pada dua model ibadah yang sama-sama wajib atau sama-sama sunnah. Manakah yang harus dipilih?
Ketika kita sedang shalat sunnah tiba-tiba ibu kita memanggil, maka sesuai dengan sunnah Nabi panggilan ibu haruslah diutamakan karena hak ibu adalah wajib dipenuhi, sementara shalat sunnah dapat ditunda. Kenapa demikian? Kuncinya adalah ilmu dan pengetahuan tentang agama kita. Demikian pula ketika akan pergi berjihad namun ibu kita melarang maka hendaklah kita mentaati beliau.
Pada masa nabi sendiri seorang laki-aki dihadapkan pada dua pilihan, ia akan pergi berjihad sementara istrinya yang akan berhaji tidak memiliki mahram, maka Rasulullah memerintahkan untuk menemani istrinya berhaji dan menunda jihadnya.
Apa yang bisa kita petik dari ini semua? Skala prioritas dengan pertimbangan pemahaman agama adalah kunci utama dalam memutuskan sebuah pilihan. Ini standar utama sebelum kita menggunakan pertimbangan lainnya. Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...