Oleh : Abdurrahman Misno Bambang Prawiro
Spiritual Writing adalah menulis dengan dasar keimanan, sehingga semua yang dihasilkan adalah berkaitan dengan masalah keagamaan. Bagaimana dengan permasalahan keduniaan? Dalam Spiritual Writing tidak dikenal adanya pemisahan keilmuan, artinya semua ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia maka itu adalah bagian dari cakupan Spiritual Writing. Sehingga Spiritual Writing bukan hanya menuliskan tentang masalah-masalah keagamaan saja. Ia dapat saja menuliskan hal-hal yang secara tidak langsung tidak berakiatn dengan permasalahan agama. Misalnya menulis tentang resep-resep masakan, membuat aneka ketrampilan, pertanian dan lain sebagainya.
Dari sini kita mengetahui bahwa Spiritual Writing adalah menulis semua hal yang bermanfaat bagi manusia, entah itu urusan keagamaan atau urusan keduniaan. Sebenarnya pemisahan ini juga tidak tepat, semua permasalahan termasuk dalam dunia penulisan juga terkait erat dengan masalah keagamaan. Islam dalam hal ini telah membahas seluruh sendi dan aspek kehidupan, dari masalah yang kecil semisal letak closet sampai masalah yang besar mengenai pemerintahan. Islam telah mengatur semuanya, sehingga kalau ada seseorang yang menulis masalah “keduniaan” dan tidak mengkaitkan dengan Islam berarti ia telah menjadi seorang sekuler yang berkeyakinan bahwa agama hanya mengatur masalah peribadahan antara Tuhan dengan para hambaNya saja. Pemahaman ini jelas salah dan tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Karena itu ruang lingkup Spiritual Writing bukanlah hanya sebatas masalah agama, namun lebih luas dari itu yaitu semua permasalahan yang berkaitan dengan kemasalahatan umat manusia. Selama sebuah tulisan bermanfaat bagi manusia maka di sana pasti terkandung nilai-nilia Islam itulah yang disebut Spiritual Writing.
Apakah ada batasan dalam Spiritual Writing? Karena iman menjadi dasar dan pondasi tulisan maka Spiritual Writing memiliki aturan-aturan sebagaimana iman tersebut. Dalam Spiritual Writing diharamkan menulis hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, bentuk-bentuk kemesuman, tulisan-tulisan yang mengandung ucapan dan perkataan kesyirikan, kemaksiatan, umpatan, makian dan bentuk kemaksiatan lainnya. Demikian pula tidak diperkenankan menuliskan hal-hal yang melecehkan dan menghina syiar-syiar Islam.
Spiritual Writing adalah setiap tulisan yang mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah ta'ala , ia menjadikan tulisan sebagai wasilah (sarana) dalam mendekatkan diri kepadaNya. Upaya pendekatan itu sendiri dapat berupa menelaah dan menghayati ayat-ayat Qauliyyah dan ayat-ayat Kauniyyah. Ayat-ayat Qauliyyah Allah ta'ala adalah wahyuNya yang berupa Al-Qur'an dan As-Sunnah. Kedunya menjadi sumber inspirasi utama dalam Spiritual Writing. Selanjutnya ayat-ayat Kauniyyah berarti mempelajari seluruh makhluk ciptaanNya, dari mulai bakteri yang sangat kecil hingga galaksi yang maha besar. Dengan mempelajari ayat-ayat kauinyyah keimanan kita tentu akan bertambah melihat Maha KuasaNya Allah ta'ala. Tidak ada dikotomi ilmu dalam Spiritual Writing
Oleh : Abdurrahman Misno Bambang Prawiro
Spiritual Writing adalah menulis dengan dasar keimanan, sehingga semua yang dihasilkan adalah berkaitan dengan masalah keagamaan. Bagaimana dengan permasalahan keduniaan? Dalam Spiritual Writing tidak dikenal adanya pemisahan keilmuan, artinya semua ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia maka itu adalah bagian dari cakupan Spiritual Writing. Sehingga Spiritual Writing bukan hanya menuliskan tentang masalah-masalah keagamaan saja. Ia dapat saja menuliskan hal-hal yang secara tidak langsung tidak berakiatn dengan permasalahan agama. Misalnya menulis tentang resep-resep masakan, membuat aneka ketrampilan, pertanian dan lain sebagainya.
Dari sini kita mengetahui bahwa Spiritual Writing adalah menulis semua hal yang bermanfaat bagi manusia, entah itu urusan keagamaan atau urusan keduniaan. Sebenarnya pemisahan ini juga tidak tepat, semua permasalahan termasuk dalam dunia penulisan juga terkait erat dengan masalah keagamaan. Islam dalam hal ini telah membahas seluruh sendi dan aspek kehidupan, dari masalah yang kecil semisal letak closet sampai masalah yang besar mengenai pemerintahan. Islam telah mengatur semuanya, sehingga kalau ada seseorang yang menulis masalah “keduniaan” dan tidak mengkaitkan dengan Islam berarti ia telah menjadi seorang sekuler yang berkeyakinan bahwa agama hanya mengatur masalah peribadahan antara Tuhan dengan para hambaNya saja. Pemahaman ini jelas salah dan tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Karena itu ruang lingkup Spiritual Writing bukanlah hanya sebatas masalah agama, namun lebih luas dari itu yaitu semua permasalahan yang berkaitan dengan kemasalahatan umat manusia. Selama sebuah tulisan bermanfaat bagi manusia maka di sana pasti terkandung nilai-nilia Islam itulah yang disebut Spiritual Writing.
Apakah ada batasan dalam Spiritual Writing? Karena iman menjadi dasar dan pondasi tulisan maka Spiritual Writing memiliki aturan-aturan sebagaimana iman tersebut. Dalam Spiritual Writing diharamkan menulis hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, bentuk-bentuk kemesuman, tulisan-tulisan yang mengandung ucapan dan perkataan kesyirikan, kemaksiatan, umpatan, makian dan bentuk kemaksiatan lainnya. Demikian pula tidak diperkenankan menuliskan hal-hal yang melecehkan dan menghina syiar-syiar Islam.
Spiritual Writing adalah setiap tulisan yang mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah ta'ala , ia menjadikan tulisan sebagai wasilah (sarana) dalam mendekatkan diri kepadaNya. Upaya pendekatan itu sendiri dapat berupa menelaah dan menghayati ayat-ayat Qauliyyah dan ayat-ayat Kauniyyah. Ayat-ayat Qauliyyah Allah ta'ala adalah wahyuNya yang berupa Al-Qur'an dan As-Sunnah. Kedunya menjadi sumber inspirasi utama dalam Spiritual Writing. Selanjutnya ayat-ayat Kauniyyah berarti mempelajari seluruh makhluk ciptaanNya, dari mulai bakteri yang sangat kecil hingga galaksi yang maha besar. Dengan mempelajari ayat-ayat kauinyyah keimanan kita tentu akan bertambah melihat Maha KuasaNya Allah ta'ala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...