Hidup Bergelimang Dosa
Oleh : Durrah Al-Fakir Ilallah
Oleh : Durrah Al-Fakir Ilallah
Membaca judul tulisan ini kita membayangkan seseorang yang hidup dalam keadaan berdosa, selalu bermaksiat kepada Allah ta'ala, membuat keonaran dan berbagai bentuk kemungkaran yang mendatangkan murka dari Ar-Rahman. Atau kita membayangkan orang kafir yang tidak menjalankan Islam, mereka hidup semaunya di dunia tanpa ada aturan dari Sang Pencipta. Semua membayangkan orang-orang yang berada di luar diri kita.
Namun sebenarnya tulisan ini tidak membicarakan orang-orang yang selalu berbuat dosa, justru kita saat ini sedang menuliskan tentang diri saya sendiri dan mungkin juga diri anda pembaca dan kita semua. Bisa jadi kita selama ini telah terjaga dari berbagai bentuk kemaksiatan, kita telah terhindar dari berbagai bentuk kemungkaran, kita tidak pernah berbuat maksiat dan kita tidak pernah melanggar hukum-hukumNya. Benarkah demikian?
Perlu instropeksi ulang untuk membuktikannya. Sejatinya hanya karena kasih sayang Ar-Rahman kita saat ini sering sekali dimaafkan. Perbuatan dosa yang selama ini kita lakukan bisa jadi tanpa kita sadari. Memang benar perbuatan dosa yang tidak kita ketahui dan tidak disadari tidak akan dituliskan sebagai dosa. Namun juga hal ini dilakukan secara terus-terusan dan kita tidak mau tahu tentang dosa tersebut, maka bisa jadi dosa itu Allah bebankan.
Di antara dosa yang sering kali tidak kita sadari adalah perbuatan-perbuatan yang kita anggap sepele, hal-hal yang tidak pernah kita perhatikan, hal kecil yang seringkali kita acuhkan. Sebuah dosa kecil ketika hal tersebut dilakukan secara terus menerus bisa jadi menjadi dosa besar. Dan ini terjadi pada diri kita sendiri.
Dosa apa yang saya lakukan? Dosa tidak mau tahu dengan aturan Islam. Apa itu? Hal-hal kecil yang terlalaikan, bisa jadi kita tidak tahu atau jangan-jangan tidak mau tahu dan yang lebih parah lagi tidak mau dikasih tahu. Dosa-dosa yang disepelakan itulah jawabannya. Berapa banyak kita telah bermaksiat, namun kita tidak menyadarinya. Bisa jadi kita tahu itu dosa, tapi jiwa kita meronta dan tetap melakukannya. Ketika meng-ghibah adalah dosa, kita seringkali melakukannya. Manakala berbuat iri dan dengki kepada orang lain adalah maksiat, kita masih merasakan nikmat. Ketika isbal adalah sebuah larangan kita masih melakukan dengan kesombongan atau tanpa kesombongan. Itu semua adalah maksiat yang telah jelas hukum-hukumnya, namun kita masih sering melakukannya. Maka apakah kita tidak pernah berbuat dosa?
Ketika kita berwudhu di kamar mandi misalnya, kita tidak memperhatikan najis yang masih menempel di badan kita. Bukan tidak mau tahu, tapi tidak mau dikasih tahu.... “Alloh khan Maha Tahu” memang betul, tapi kita juga diberikan upaya untuk berhati-hati dengannya. Ketika kita berwudhu, bisa jadi karena terburu-buru mata kaki kita tidak terkena usapan air wudhu, berdosakah itu? Bukan dosa karena berwudhu tapi dosa karena tidak mau tahu (misalnya terburu-buru). Ketika kita shalat pikiran kita entah kemana padahal khusyu konsentrasi adalah salah satu hal mutlak dalam shalat.
Demikian pula dosa-dosa lain yang tidak terasa kita lakukan namuns eringkali berulang. Intinya adalah kita sendiri hidup bergeliman dosa, maka tidakkah kita merasakannya? Jika telah merasa apa kira-kira jalan keluarnya? Merasa diri penuh dosa (dan memang demikian kenyataannya) akan memberikan panduan dalam hidup, demikian pula akan menjadikan jiwa senantiasa beristighfar dan memohon ampun kepadanya. Karena semua manusia tidak ada yang tidak pernah berbuat dosa, inilah salah satu kebenaran sabda Nabi akhir zaman yang Mulia.... Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...