Oleh Ummu Afif
Hasad adalah sifat iri atau dengki ketika melihat orang lain mendapat nikmat. Penyakit hati ini sering menghinggapi manusia dan terkadang manusia teramat sulit menghindarinya, tidak terkecuali saya. Betapa meruginya orang yang hasad, karena hasad akan menghanguskan kebaikkan kita, seperti api yang membakar kayu bakar. Lalu apa yang kita lakukan saat hasad itu datang. Beberapa ulama memberikan solusi saat hasad datang pada diri kita adalah dengan mengajak orang lain yang kita hasadkan itu untuk berlomba-lomba dalam urusan agama.
Kita ambil contoh sesama pedagang kain, pastinya dia akan hasad juga dengan sesama pedagang kain. Penjual kue dengan sesama penjual kue, guru dengan guru, karyawan dengan karyawan. Kita merasa apa
yang kita lakukan sudah maksimal, berdo'a sudah, berusaha sudah, tetapi hasil yang kita dapatkan hanya itu-itu saja. Sedangkan tetangga kita, teman kita yang usahanya hanya seperti itu tidak semaksimal dengan apa yang kita lakukan, tetapi mendapatkan hasil yang lebih maksimal dari yang kita dapatkan.
wahai saudaraku... Ketahuilah bahwa apa yang kita dapatkan adalah lebih berkah dari mereka yang kita hasadkan. Tengoklah orang yang kita hasadkan, kita tidak tahu berapa hutang yang harus dia
bayar karena tender yang gagal, bagaimana pusingnya dia saat dia harus membayar ganti rugi karena modal yang dia pakai ternyata hasil pinjaman dari bank, belum lagi bunga bank yang membelitnya, belum lagi pusingnya kepalanya karena harus memikirkan bagaimana dia harus menjaga hartanya, rumahnya agar tidak dimasuki pencuri. Betapa kepalanya terasa akan pecah mengingat semua itu. Tapi kita, dengan hasil yang sedikit, kita masih bisa bersyukur, masih bisa mengingat Alloh, tidak terlilit hutang, tidak pula terkena bunga bank yang terasa mencekik leher orang-orang yang bermu'amalah dengan riba, tidak pusing memikirkan harta yang takut dirampok.
Dengan kemiskinan yang kita rasakan, kita masih bisa menuntut ilmu syar'i, tidak tergoda oleh nikmat dunia. fikiran kita hanya kepada alloh, bagaimana memperbaiki diri kita, bagaimana membawa keluarga kita agar selamat dari azab Alloh yang teramat pedih. Fikiran kita hanya tertuju bagaimana kita bisa mengahafal ayat, sudah berapa banyak ayat yang kita hafal, sudah berapa banyak amalan yang kita perbuat sebagai bekal menuju perjalanan abadi menghadap Sang Maha Pemilik Harta yang kita banggakan di dunia.
Dari situ maka akan timbul rasa syukur kita dengan apa yang kita miliki. Sesungguhnya Alloh maha tau apa yang terbaik untuk hamba-hambaNya. Alloh subhanallohu wa ta'ala berfirman,
"Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya" (QS Al-Kahfi: 7)
Wallohu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...