Menikmati Musibah
Oleh : Abdurrahman Misno Bambang Prawiro
Umat Islam Indonesia akhir-akhir ini terus diberikan cobaan oleh Allah ta’ala dengan berbagai musibah yang melanda. Ia datang silih berganti, seakan-akan menjadi sebuah “hukuman” yang begitu berat dibebankan kita. Apakah benar ini hukuman? Atau ujian dan cobaan? Hanya Allah yang mengetahuinya, hanya saja kita sebagai seorang hamba hendaklah berbaik sangka denganNya. Tidaklah sesuatu yang menimpa kita kecuali sudah menjadi takdirNya, sehingga walaupun yang menimpa kita adalah musibah di mata manusia, namun bisa jadi di mataNya adalah sebuah sarana untuk menghapus kesalahan-kesalahan kita.
Benar, musibah itu adalah sesuatu yang dilihat dengan kacamata manusia. Karena itu bisa jadi kaca mata ini salah dalam melihatnya. Segala sesuatu yang menurut manusia jelek mereka sebut sebagai musibah. Padahal banyak sekali hal-hal yang buruk yang menimpa kita padahal itu adalah baik bagi kita. Sebagai contoh, ketika orang tua kita meninggal kita merasa ini adalah musibah terbesar, padahal menurut Allah ta’ala itu adalah sesuatu yang biasa, manusia yang sudah tua tentu akan meninggal. Demikian juga jika kita terkena suatu penyakit, bisa jadi kita menganggap ini adalah musibah, padahal ini adalah sesuatu yang baik bagi kita.
Dari sinilah kita belajar untuk menikmati “musibah” yang menimpa kita. Kata musibah adalah dilihat dari kaca mata manusia, segala sesuatu yang menimpa manusia yang dirasakan tidak enak dianggap musibah. Karena itu hal pertama yang harus dilakukan untuk menikmati musibah adalah dengan merubah pola pikir bahwa semua yang menimpa kita itu adalah hal terbaik yang datang dari Allah ta’ala. Allah sangat sayang terhadap hambaNya, keyakinan ini harus selalu kita ingat, tidak mungkin Dia memberikan sesuatu yang jelek bagi manusia. Walaupun itu menurut manusia adalah musibah, hakikatnya adalah anugerah dari Allah ta’ala.
Kedua, cara menikmati musibah adalah dengan sabar terhadap musibah tersebut. Jadikan musibah yang menimpa kita sebagai suatu jalan untuk menghapus dosa-dosa kita. Ingatlah sabda Nabi yang mulia bahwa jika sesuatu yang tidak enak semisal tertusuk duri menimpa manusia, maka sebenarnya hal itu adalah sebagai suatu saran untuk mengurangi dosa-dosanya. Maka siapakah yang tidak mau jika dosa-dosanya dihapuskan? Tidak ada tentunya, karena itu ketika musibah datang bersabarlah dengannya agar ia menjadi sarana untuk mengurangi dosa kita.
Ketiga. Tidaklah musibah itu dianugerahkan kepada manusia kecuali untuk meningkatkan derajatnya di sisi Allah ta’ala. Sehingga semakin banyak musibah menghampiri kita, semakin tinggi derajat kita di sisiNya.
Walaupun demikian, perasaan sedih dan berduka ketika ditimpa musibah adalah sesuatu yang tidak mengapa. Artinya pada awalnya bisa jadi kita merasa ini adalah musibah, namun dengan kembali berfikir ulang kita akan dapat merasakan bahwa musibah ini adalah anugerah. Menangis ketika ditimpa musibah juga sesuatu yang mubah, Rasulullah sendiri menangis ketika putra beliau wafat. Hanya saja kesedihan itu tidak sampai membuat kita tidak yakin lagi dengan kasih sayang Allah ta’ala kepada kita, apalagi sampai berburuk sangka kepadaNya. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...